Pssst ... sudahkah kalian follow saya? Yuk di follow dulu! Terimakasih! 😊
****
Takdir memang tak bisa diubah. Namun, kita bisa memilih cara untuk menghadapinya. Ikhlas atau melawan. Bukankah begitu?****
Wendy menyandarkan dirinya pada dinding toilet di belakangnya. Dinginnya dinding tersebut tak membuat Wendy segera beranjak. Untuk sejenak, gadis itu hanya menatap lurus ke depan. Memeluk dirinya sendiri.
Air matanya telah berhenti mengalir. Namun, rasanya untuk kembali tegar pun, Wendy membutuhkan sedikit waktu lagi. Ia perlu meyakinkan dirinya bahwa ia akan baik-baik saja. Bahwa semua yang terjadi padanya ... adalah bagian dari proses agar dirinya menjadi orang yang lebih kuat lagi.
Hal yang selalu ia lakukan saat merasa 'jatuh' adalah seperti ini. Mencoba menerima dan mengikhlaskan semuanya. Karwna ... Wendy sudah lelah menyalahkan orang lain. Menyalahkan hanya akan membuat hatinya semakin sesak. Memendam dendam juga tak ada gunanya menurut Wendy. Toh ... jika ini memang ditakdirkan untuknya, Wendy bisa apa?
Kuat, kuat, kuat. Wendy tak selamanya bisa merasa kuat. Ada saat dimana ia ingin menyerah dan memilih untuk lenyap saja dari dunia. Tapi, sekali lagi, Wendy akan berusaha menemukan alasannya tetap hidup.
Jika satu hal membuatnya harus lenyap dari dunia, maka Wendy akan menemukan jutaan hal yang membuatnya harus tetap hidup.
Wendy mengeratkan pelukannya, begitu merasakan dingin mulai menusuk hingga ke tulangnya. Dengan rok pendek dan hoodie, serta rambutnya yang juga basah kuyup, mampu membuat gadis itu mulai menggigil kedinginan.
Tidak bisa begini. Wendy harus segera beranjak.
Wendy perlahan meraih ponselnya yang telah retak karena diinjak dengan kejamnya oleh Jane. Gadis itu berusaha menahan tangisnya yang sudah berhenti, saat meraba ponselnya. Kali ini, Wendy rasanya ingin menangis saja melihat nasib ponselnya. Bukan tanpa alasan, Wendy tahu betul bahwa kerusakan ponselnya ini sangat parah. Sementara dirinya ... tidak punya uang untuk membeli ponsel yang baru.
Lalu, bagaimana Wendy akan berkomunikasi dengan ibu, teman-temannya, dan Saga? Wendy menghela nafas. Ia hanya bisa berharap ... bahwa ponselnya bisa kembali normal setelah membawanya ke tukang servis HP.
Wendy perlahan berdiri, meraih tas selempangnya. Namun sialnya, begitu Wendy akan berdiri, pijakan kaki kanannya justru terasa licin. Alhasil, gadis itu kembali jatuh terduduk. Menimbulkan suara keras. Wendy meringis, memejamkan mata merasakan sakit pada lututnya.
Ya Tuhan ... mau nangis aja sambil guling-guling. Capek.
Wendy tidak menyerah. Bahkan dengan memar dan rasa sakit pada lututnya, gadis itu tetap berusaha untuk berdiri dengan susah payah. Kemudian menarik gagang pintu toilet tersebut.
Wendy menghela nafas kesal, begitu mendapati bahwa pintu tersebut terkunci lagi. Oh, apakah belum cukup Jane menindasnya tadi? Mengapa gadis itu perlu menguncinya lagi di dalam toilet yang dingin ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar Boy
Ficção Adolescente[On-Going | 15+] Genre : Young Adult, Teenfiction, Romance, Comedy, Psikologi. Tentang seorang gadis tangguh yang berusaha bertahan hidup di tengah-tengah perjuangannya mendapatkan cinta dari seorang laki-laki yang memiliki senyum semanis gula yang...