Sugar Boy 55 - Pengkhianat yang Berkhianat

1.1K 131 256
                                    

****Apa yang bisa diharapkan dari seorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****
Apa yang bisa diharapkan dari seorang ... yang bahkan mengkhianati keluarganya sendiri?

****

Kevin tidak tahu harus bereaksi seperti apa jika dihadapkan dalam situasi yang menurutnya menyebalkan ini. Kevin hanya bisa mendesah malas, mengaduk-aduk makanan, serta menyeringai tipis sejak tadi. Tak sedikitpun ia tertarik untuk mengangkat suara di meja makan besar yang terisi penuh oleh seluruh keluarga Bramantio.

Begitu tiba-tiba, Kevin bahkan tidak tahu bahwa kedua orangtuanya akan memaksanya ikut ke dalam pertemuan keluarga yang amat sangat tiba-tiba ini. Tahukah apa yang lebih mengejutkan? Ternyata, mereka akan membahas pesta ulang tahun sang Kakek yang akan berlangsung bulan depan.

Meski sudah sering terjadi setiap tahun, Kevin masih saja tak habis fikir mengapa rencana pesta ulang tahun kakeknya itu bahkan harus dirapatkan terlebih dahulu.

Ayolah ... Kevin ada acara dengan anak-anak Avigator dan para gadis sore ini. Dan bisa Kevin pastikan bahwa ia tak akan lepas hingga malam hari.

Menyebalkan. 

Meja makan yang mereka tempati ini sangat besar. Memanjang dengan jumlah kursi yang mencapai puluhan.  Bramantio duduk di kursi tengah ujung kanan. Di sisi kanannya, ada Roy beserta istri dan anaknya. Lalu di sisi kirinya ada Aiden, istri dan anaknya. Kemudian Keenan, istri dan anaknya termasuk Kevin. 

"Kakek, aku sudah menyiapkan kado ulang tahun yang istimewa untuk Kakek seorang. Al baru saja membelinya dari luar negeri." Alan, putra pertama Aiden sekaligus cucu pertama keluarga Bramantio menyahut dengan semangat. Lelaki berpakaian kemeja formal berwarna hitam itu, tersenyum lebar.

"Oh, benarkah, Al? Kakek sangat berterima kasih, nak." Bramantio tersenyum simpul. Menatap Alan yang semakin terlihat percaya diri.

"Rian juga punya sesuatu untuk, Kakek. Rian bisa pastikan bahwa Kakek akan menyukainya." Sahut Rian tak mau kalah. Rian adalah putra dari Roy, yang umurnya tak terpaut jauh dari Alan.

"Oh, itu bagus sekali, putraku. Aku sampai terharu melihat perjuanganmu mendapatkan hadiah tersebut. Tahukah Ayah? Rian bahkan  berkeliling kota hanya untuk mencarinya. Bukankah begitu, sayang?" Nia, Ibu dari Rian tersenyum semanis mungkin, menyetuh pundak putranya yang tampak tersenyum bangga.

"Begitukah? Tidak perlu berlebihan, Rian." Bramantio terkekeh.

"Alan juga tak kalah berjuangnya mendapatkan hadiah untuk Kakeknya. Dia sudah memesannya jauh-jauh hari." Lilis tentu saja tidak mau kalah juga.

Mendengar perang dingin antara kedua menantu dan kedua cucu tertua yang tampak sekali sedang berusaha merebut perhatian sang Kakek, membuat Kevin terkekeh sendiri. Sebelum menyeringai, menyendokkan satu suapan pasta yang porsinya memang hanya satu suapan saja di atas piring keramik itu. Ya, saking sedikitnya menurut Kevin.

My Sugar BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang