💚4

748 150 29
                                    

Kim Minjae memasuki rumah besar itu dengan tatapan sulit diartikan. Foto cantik Park Sooyoung terpampang di ruang tamu. Tersenyum cantik dalam pigura besar dengan bingkai bunga berwarna putih.

Apa Sooyoung sudah bahagia di sana?

"Selamat datang kembali Tuan. Semua urusan pemakaman Nyonya sudah selesai, dan ini," Taehyung menyerahkan satu map berwarna biru. "Penyebab dan waktu kematian nyonya semua sudah tertulis di sana."

Kematian karena tenggelam dan pendarahan hebat. Waktu kematian 5.45 pagi. Sesaat setelah kepergiannya.

"Maafkan kelalaian kami, Tuan. Kami berniat memberi ruang pada nyonya untuk membersihkan diri lalu sarapan. Tetapi nyonya tak kunjung keluar."

Bugh

Taehyung jatuh tersungkur dengan sudut bibir yang berdarah. Ia tersenyum tipis lalu kembali memasang wajah bersalah. Sudah diduga ia akan mendapatkan hal itu.

"Jadi dia mengandung anakku?!!! Kalian lengah menjaganya!!! Brengsek!"

Entah. Mengapa Minjae marah karena sesungguhnya Sooyoung selalu berniat mencelakai dirinya sendiri karena laki-laki itu? Tidak tau diri.

"Maaf tuan. Kami juga tak bisa membiarkan tubuh Nyonya kaku begitu saja. Kami memakamkan segera demi kebaikann nyonya."

Minjae melempar dokumen yang berisikan surat kematian itu ke udara. Berjalan angkuh meninggalkann para bawahannya yang terlihat ketakutan. Taehyung menahan orang-orang yang hampir mengekori Minjae.

"Beri ruang agar tuan bisa menyembuhkan luka hatinya," Taehyung adalah orang kepercayaan Minjae. Sehingga perkataan Kim Taehyung adalah perintah mutlak seLain perintah Minjae. "Bibi Nam, siapkan makan untuk tuan. Biar saya nanti yang mengantarnya."

'Ini baru awal Minjae. Obsesi dan dendammu hanya akan membawamu pada kehancuran. Jika kau ingin hancur, hancurlah sendirian.'

*

Sooyoung sudah membuka matanya. Sendu dan tak ada harapan hidup. Bahkan ketika kabar ia keguguran menghampirinya, Sooyoung hanya bisa tertawa hampa. Ia benar-benar ingin segera lepas dari dunia yang menyiksa.

"Kenapa...," suara lemah Sooyoung menghentikan kegiatan Yerim yang sedang menata lemari besar di kamar itu. Baju-baju milik Sooyoung yang sudah disiapkan oleh tuan besar di rumah itu.

"Ada apa kakak?"

"Kenapa...," Sooyoung menatap Yerim. Tatapannya nanar. "Kenapa kalian berusaha memperpanjang usiaku? Kenapa kalian menyelamatkan hidupku?! Kenapa kalian tidak biarkaan aku mati?!! Kenapa?!!! Kenapa?!!!!!!"

Yerim menyadari psikis Sooyoung sangat tidak baik-baik saja. Menjatuhkan pakaian yang sudah dirapikan dan berlari menuju Sooyoung. Memeluk wanita rapuh itu dengan erat.

"Kakak tenang. Ada kami di sini. Kakak tidak pernah sendirian. Kakak Sooyoung harus kuat."

"Lepas!!! Aku harus mati! Aku lelah!!!"

Yerim tetap mengeratkan pelukannya. Ia mengambil gagang telepon di meja yang sengaja disiapkan karena khawatir jika kondisi Sooyoung tidak stabil sewaktu-waktu. Telepon tersebut tersambung langsung dengan telepon di ruang kontrol.

Yerim menekan tombol satu. "Ada dokter Park? Kak Sooyoung histeris."

Setelah mengatakannya, Yerim meletakkan kembali telepon tersebut dan fokus menenangkan Sooyoung.

Bugh

Yerim meringis ketika sekuat tenaga Sooyoung mendorongnya. Yerim kesakitan karena punggungnya membentur sudut meja. Sooyoung memanfaatkan kesempatam itu untuk berlari menuju balkon. Yerim berusaha menahan kaki Sooyoung.

HEARTLESS -- VJoy ver. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang