Bonus 2 (38 💚)

505 73 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyung tertawa melihat balasan komentar dari sahabatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyung tertawa melihat balasan komentar dari sahabatnya. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana Sehun datang dengan ekspresi sedih ke ruangannya. Dikira ada masalah serius ternyata masalahnya karena Sejeong menolak cincin yang sudah disiapkan khusus oleh Oh Sehun.

Sehun bilang, Sejeong masih ingin fokus kuliah. Dia mau berpacaran tapi untuk komitmen yang serius, Sejeong masih belum bisa. Jadi jika mau ya Sehun harus menunggu. Bukannya simpatik, tapi hal itu malah menjadi bahan ledekan dari sahabat-sahabatnya yang lain.

"Sayang, Kak Seokjin tanya perkiraan lahirnya babies."

Sooyoung keluar dari dapur dengan membawa semangkuk sereal. Jika ada yang bertanya apakah Sooyoung masih mual dan susah makan, jawabannya adalah tidak. Masa sulit trimester pertama sudah terlewati. Sejak trimester kedua hingga memasuki trimester ketiga ini, Sooyoung banyak perubahan. Tubuhnya lebih berisi, nafsu makan sudah sangat baik, dan aura yang terpancar sangat cerah.

"Lagi?" Tanya Taehyung. Ia bertanya karena istrinya baru saja menghabiskan sarapan sandwich tuna yang dikirim oleh mama Kim.

"Pengen sereal. Hehe. Oh ya, tadi kenapa?"

"Perkiraan lahir babies kim sayang..."

"Nanti tanya dokter saja ya. Kemarin aku lupa sayang. Ya yang kelas kurang lebih dua bulan lagi."

Taehyung mengelus perut buncit istrinya. Karena kembar, perut Sooyoung benar-benar sudah seperti hamil di usia sembilan bulan.

"Betah di sana ya sayang. Keluarnya saat sudah waktunya keluar," ucap Taehyung. Ia berharap anak-anaknya lahir normal dan tepat waktu. Bukan prematur. Melihat kembali bagaimana lemahnya Sooyoung di trimester pertama, ada kekhawatiran dari dokter jika bayinya nanti prematur.

"Dua hari badan aku lelah banget. Besok aku harus ambil kelas senam lagi. Boleh ya papa?"

Taehyung mengangguk. "Boleh. Biar istriku ini nanti juga kuat saat melahirkan. Katanya pengen normal kan?"

Sooyoung mengagguk antusias.

"Tapi dua loh sayang..."

"Ya apa masalahnya sih? Aku juga bisa kok. Aku yakin. Makanya aku harus ikut senam meski perutnya sudah besar banget seperti ini."

"Baiklah. Besok aku antara atau aku senam di Vguard saja bagaimana? Besok ruang direktur bawah kosong. Aku ada rapat lumayan lama. Jadi kalau mamanya babies lelah, bisa langsung ke atas. Tidur di ruanganku atas. Mau ya?"

"Baiklah kalau begitu. Aku ikut apa kata suami. Oh ya, kantor udah lama aku tinggal."

"Sudah tenang saja. Aku yang urus. Sesekali dibantu Daniel."

"Terimakasih suamiku..."

Setelah itu Sooyoung melanjutkan memakan serealnya. Ia makan dengan lahap dan hal itu membuat Taehyung tersenyum senang.

*

Taehyung tidurnya sedikit terusik. Ia membuka matanya sedikit dan melihat sang istri yang berganti-ganti posisi tidur.

"Sayangku kenapa?"

"Eh? Maaf aku ganggu ya?"

Taehyung menggelengkan kepala. Masih membiarkan kamarnya remang-remang, Taehyung mengambil tangan istrinya dan diusap perlahan.

"Kenapa?"

"Perut aku rasanya tidak enak. Tidur posisi bagaimanapun kurang nyaman. Belum lagi babies masih mau main."

Keluhan beberapa hari terakhir. Posisi yang nyaman untuk tidur. Taehyung merasa kasihan. Begini ternyata beratnya perjuangan seorang ibu. Sejak melihat istrinya hamil, ia jadi lebih respect pada perempuan.

"Sini," Taehyung menepuk-nepuk pahanya. Ia meletakkan bantal di atas paha.

Sooyoung menurut. Ia berbaring miring di paha suaminya yang sudah diberi bantal. Taehyung mengambil bantal lain.

"Ini sayang, buat di perut."

Sooyoung menurut.

"Nyaman?"

"Jauh lebih baik."

Taehyung kini beralih mengelus perut istrinya. "Anak-anak papa tidur ya nak. Sudah larut loh ini," Taehyung melirik jam beker di nakas. "Sudah jam 1. Kasihan mama belum istirahat. Besok lagi ya main-mainnya."

"Anak papa ya mereka," komentar Sooyoung membuat Taehyung terkekeh.

"Sudah tenang kan mereka?"

"PR besok malam, jangan tidur sebelum aku tidur ya suamiku, babies minta dielus-elus dulu ini..."

Taehyung mengangguk. "Maaf ya sayangku. Tadi mata aku sudah berat. Tau begitu, aku tahan buat mastiin mamanya anak-anak tidur dulu."

"Maaf ya suamiku, jadi ikut kerepotan begini."

"Please sayang, kalau urusannya dengan anak-anak jangan minta maaf. Sudah kewajibanku begitu. Kan kau bisa hamil begini juga karenaku. Jadi jangan minta maaf lagi."

Sooyoung mengangguk.

"Tidur ya."

"Nanti kalo aku sudah tidur, pindah saja ya. Tubuhmu bisa sakit kalau seperti ini."

Taehyung kali ini mengangguk. "Iya. Jangan khawatirkan aku. Sekarang tugas mamanya babies adalah tidur."

"Iya."

Setelah itu, Sooyoung memejamkan mata. Terdengar alunan musik yang menenangkan. Taehyung memutar sebuah lagu untuk pengantar tidur. Winter Bear.

**

HEARTLESS -- VJoy ver. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang