Chapter 17

55 10 1
                                    

(Karena cinta butuh proses)

-

Hari ini hari Sabtu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini hari Sabtu. Hari paling indah diantara hari-hari yang lainnya, menurut Aldo.

"Bu! Aldo berangkat dulu yaa." Ucap seorang laki-laki sembari menyodorkan tangan kanannya untuk berpamitan pada seorang wanita paruh baya yang sudah melahirkan dan merawatnya sampai detik ini.

"Iya.. hati-hati dijalan nya ya. Belajar yang bener, jangan main-main terus!" jawab wanita itu.

"Iya.." timpal Aldo sembari bergegas menuju mobilnya.

Hari ini hari Sabtu. Hari paling indah diantara hari-hari yang lainnya, menurut Aldo.

Ibu Indah permata, nama Ibunya Aldo. Dia bekerja sebagai ibu rumah tangga. Memiliki sifat yang lemah lembut membuat dirinya lebih didekati oleh kedua anaknya. Dan Pak ghali Altteza, dia adalah Ayah Aldo. Orang paling tegas diantara keluarganya. Dia bekerja sebagai pengusaha tambang di Indonesia yang terbilang sangat sukses.

Aldo adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya bernama Aldi Ghali Altteza. Dia sekarang berusia 22 tahun dan kini tengah menginjak perguruan tinggi semester 6 di Amerika serikat yang bernama Stanford university. Dan akan pulang ketika dirinya sudah mendapat gelar Sarjana Satu kedokteran.

"Brukkkkkkkkkk!!!!"

Seorang wanita terjatuh dengan posisi lutut yang mencium aspal.
Sontak wanita itu seketika diam membisu pada saat dirinya merasakan sakit dan perih yang sangat luar biasa diarea kedua lututnya.

"KARIN!!!" teriak seorang laki-laki sembari belari menuju posisi wanita yang tengah terjatuh itu, ketika dirinya tengah memarkirkan motornya.

Yaps wanita yang kini tengah terjatuh itu adalah Karin. Dia kini tengah berada di lapangan menuju kelasnya setalah dia memarkirkan motornya ditempat parkir, yang jaraknya tak jauh dari dirinya jatuh sekarang.

"Rin! lo gapapa kan?" ucap seorang laki-laki tadi sembari membantu Karin untuk membenarkan posisinya.
Karin yang mendengar pun hanya menggelengkan kepalanya, tanpa mengeluarkan kata sedikit pun dari mulutnya.

"Rin! lo beneran gapapa kan?" tanya laki-laki itu lagi dengan nada khawatir. Ya, laki-laki yang tengah menolong Karin saat itu adalah Putra, ketua OSIS di SMA Tunas Bangsa. Pada saat laki-laki itu bertanya kedua kalinya lagi pada Karin, seketika hidung Karin memerah dan matanya berkaca-kaca, menahan air matanya untuk tak jatuh detik itu juga.

Kalian pernah gak sih ada diposisi kaya.. misalnya nih! kalian tuh lagi sedih atau kecewa. Nah terus ada orang yang nanya sama kalian "kamu kenapa?" atau "kamu gapapa kan?" gatau kenapa, kaya seketika malah pengen nangis aja. Yang asalnya emang lagi nangis ditanya kaya gitu malah tambah nangis. Iya ga sih? Kenapa ya?

"Ada apaan nih Put!" tanya seorang laki-laki yang datang secara tiba-tiba.

"Ini, dia jatoh. Kesandung nih polisi tidur." Timpal Putra pada laki-laki yang tengah berdiri dan memperhatikan Karin yang saat itu tengah duduk dengan posisi kedua kaki yang ditekukan.

"Makanya.. kalau jalan tuh kaga usah maen hp! kan enak kalau dah jatoh." Ketus cowok itu ketika dirinya sudah menyadari siapa cewek yang tengah duduk diatas lapangan sembari menahan rasa sakitnya tanpa memikirkan kotor atau tidaknya tempat yang tengah ia duduki saat itu.

Karin yang mendegar suara cowok yang sangat tak asing ia dengar di telingannya, dirinya hanya fokus menahan air matanya agar tidak jatuh. Sembari sesekali meniup lutut bagian kanannya, yang kebetulan Rok bagian kanan yang jaraknya dekat dengan lutut kanan robek sedikit akibat goresan antara aspal dengan lututnya. Sehingga terlihat kulit lututnya lecet disertai dengan darah.

"Ya Allah Rin! gue yakin sih ini sakit banget. Gue anter ke UKS yok!" ucap Putra sembari memegang lengan Karin, setelah dirinya melihat luka pada lututnya.

"Nyusahin emang!" ketus laki-laki tadi.

"Enggak lah Al! gapapa, ayo Rin!" timpal Putra pada laki-laki yang hanya terus berbicara tanpa niat membantu Karin sedikit pun. Yaps! Laki-laki itu adalah Aldo!

"Enggak-enggak-enggak!!" ucap Karin pada Putra dengan melepaskan tangannya dari lengannya saat itu dan berusaha berdiri dari posisi duduknya, dengan menahan rasa perih yang menggelegar di lututnya.

"Gue bisa sendiri, Kak!" lanjut Karin lagi setelah dirinya berhasil bangun dari posisinnya saat itu.

"Cih! baperan lu!" ketus Aldo dengan menatap tajam Karin.

"Simpen kata baperan lo itu pada tempatnya!" ketus Karin sembari menahan Isak tangisnya yang sangat sulit sekali ia bendung, sampai tenggorokannya sakit akibat terlalu lama menahannya.
Rasanya ingin sekali dirinya sekarang berteriak dan berkata,

"GUE BILANGIN LO SAMA AYAH GUE! LO TAU GAK, AYAH GUE ITU JAGO KARATE!!!" tapi sayangnya, Karin sekarang bukan lagi anak TK yang ketika dirinya jatuh dan diejek oleh orang yang dia tak suka, dirinya akan berkata seperti itu. Dia sekarang sudah dewasa. Ketika dirinya disakitin oleh orang yang sama sekali dia tak suka, dia harus bisa mengontrol perasaannya itu sebaik mungkin agar tidak terjadi masalah yang tidak diinginkannya dikemudian detik.

"Ntar gue bakalan minta izin sama KepSek buat ngilangin nih polisi tidur. Udah makan banyak korban banget soalnya!" Ucap Putra pada Karin dan Aldo.

"Makasih ya Kak! permisi!" ucap Karin sembari berjalan meninggalkan tempat itu dengan tetap berusaha menahan Isak tangisnya yang sangat sulit ia bendung sedari tadi. Aldo dan Putra yang melihat pun hanya menatap kepergian Karin.

"Yaudah Al! gue duluan ya. Mau nyusul si Karin, takutnya dia kenapa-napa. Soalnya tadi gue liat lututnya lecet banget." Ucap Putra sembari berjalan mengikuti Karin yang saat itu jaraknya tak jauh dari dirinya sekarang.

"Yo'i!" timpal Aldo sembari menatap kepergian dua orang itu.

"Ya Allah, sakit banget.." batin Karin sembari terus berjalan menuju kelasnya yang berada dilantai dua dengan lutut yang terus mengeluarkan darah. Untung saja saat ini sekolah belum banyak yang datang. Karin hari ini terpaksa datang ke sekolah lebih awal dari hari biasanya, dikarenakan dirinya harus melakukan piket kelas sesuai yang telah dijadwalkan.

"Kenapa sih dia gak pernah mikirin perasaan orang? kenapa mulutnya harus selalu ngebikin sakit hati orang? kenapaa?" batin Karin sembari berjalan menaiki tangga dengan hati-hati.

"Rin!" ucap seorang laki-laki yang datang secara tiba-tiba dari arah belakangnya. Karin yang mendengar pun sontak melihat ke asal suara itu.

"Iya?" timpal Karin setalah dirinya tau siapa yang memanggilnya.

Lanjut chapter↓↓↓

                            :-D

Vote nya jangan lupa, ya! hargai karya orang ❤️

Vote nya jangan lupa, ya! hargai karya orang ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PROSES (on-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang