Chapter 18

17 6 0
                                        

         (Karena cinta butuh proses)

                              -

"Kenapa sih dia gak pernah mikirin perasaan orang? kenapa mulutnya harus selalu ngebikin sakit hati orang? kenapaa?" batin Karin sembari berjalan menaiki tangga dengan hati-hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa sih dia gak pernah mikirin perasaan orang? kenapa mulutnya harus selalu ngebikin sakit hati orang? kenapaa?" batin Karin sembari berjalan menaiki tangga dengan hati-hati.

"Rin!" ucap seorang laki-laki yang datang secara tiba-tiba dari arah belakangnya. Karin yang mendengar pun sontak melihat ke asal suara itu.

"Iya?" timpal Karin setalah dirinya tau siapa yang memanggilnya.

"Lu kenapa?" tanya Arga sembari menatap tajam Karin dengan tatapan yang sulit sekali untuk diartikan.

"Gak! gue gapapa." Jawab Karin sembari menghapus air matanya yang tiba-tiba saja lolos begitu saja. Padahal dia sudah menahannya sedari tadi untuk tidak menjatuhkan air mata itu.

"Argh! benci banget sama orang yang selalu tanya kenapa!" batin Karin.

"Gak! gue tau lu kenapa-napa. Kalau lu gapapa, trus ngapain lu nangis?" tanya Arga dengan nada curiga. Karin yang mendengar pun hanya menggelengkan kepalanya. Entah mengapa dirinya sangat sulit sekali mengeluarkan kata dari mulutnya saat itu. Tenggorokan nya rasanya sakit sekali untuk mengeluarkan suara sedikit pun, mungkin karena dirinya terlalu lama menahan Isak tangis yang sangat ingin sekali ia keluarkan, tapi..

"Cinta tak mungkin berhenti.." dering suara telfon Karin berbunyi. Seketika dirinya langsung merogoh saku cardigan yang ia pakainya.

"Secepat saat aku jatuh hat—" Karin menerima panggilan suara yang tengah masuk itu, tanpa melihat siapa orang yang tengah menghubunginya saat itu.

"Hallo assalamualaikum!" ucap Karin pada seseorang di sebrang sana dengan berusaha menahan Isak tangisnya.

"Waalaikumsalam.." Jawab seseorang itu. Ketika Karin mendengar suara khas yang tengah menelfon itu, sontak dirinya langsung mengeluarkan Isak tangisnya yang sudah lama ia tahan sedari tadi.

"Rakaaa.. huaaa!!!" teriak Karin dengan suara cemprengnya. Yaps, yang tengah menelfon Karin saat itu adalah Raka.

"Heh! lu, kenapa??" tanya seorang itu dengan nada khawatir setelah dirinya mendengar Isak tangis sepupunya itu.

"Lutut gueee!!!" ucap Karin sembari menangis. Arga yang melihat tingkah Karin saat itu hanya menatap-nya, dia sangat ingin tahu sekali siapa yang tengah menelfon cewek yang ia sukai-nya saat itu. Sampai- sampai dia begitu leluasa megobrol dengan orang itu.

"Lutut gue? lutut gue kenapa? Eh!!! lutut LO?! LUTUT LO KENAPA?!" timpal Raka dengan nada khawatir.

"Huaaa!!! bisa, nggak? lu gak usah tanya gue kenapa?" ucap Karin yang seketika duduk disalah satu tangga dengan memperhatikan lututnya yang penuh dengan darah.

"HEH, P'A!! GUE GAK BAKALAN BISA TAU LUTUT LU KENAPA KALAU GUE GAK TANYA LU KENAPA!!!" kesal Raka di sebrang sana.

"Huaa.. lutut gue sakit banget Kaa.." ucap Karin dengan menangis. Seakan dia tak menyadari jika masih ada Arga di hadapannya.

"Kok ,bisa?? lu kalau ngomong yang to the point langsung bisa gak, sih?!" kesal Raka.

"Huaa!!! lutut gue.. gue tadi jatuh, kesandung polisi tidurrr.. trus lutut gue nyium aspal, sampe rok gue robek." ucap Karin yang sesekali meniup-niup lututnya itu.

Arga yang mendengar ucapan cewek dihadapannya saat itu seketika langsung menatapnya. Dia tadi tak menyadari jika lutut cewek yang ada dihadapannya saat itu  tengah mengeluarkan darah sampai rok nya robek. Karena memang pada saat dirinya menghampiri Karin, yang pertama kali ia lihat adalah wajah Karin, tidak dengan keadaannya.

"Ck! MAMPUS LU!!" ucap Raka diseberang sana.

"Heh! gue bilangin lu ke Pak Subagja, yaa!!" kesal Karin.

"Makannya kalau lagi jalan tuh, kagak usah sok-sok an maen HP! kan enak kalau udah jatoh." ucap Raka tanpa beban sedikit ketika mengutarakannya.

"Kok, semua orang bisa tau kalau gue jatuh karena maen HP?" batin Karin.

"Trus gue sekarang harus gimana Kaa.." ucap Karin dengan terus menangis.

"Itu lutut lo, udah lo cuci belum?" tanya Raka.

"Belum.." Jawab Karin dengan polosnya.

"TOLOL!!! cuci dulu lah P'A! lu mau ntar lutut lu di amputasi?!" bentak Raka di sebrang sana.

"Huaaa trus gimana dong!! gue gamau di amputasi Kaa.. gue belum nikah! ntar gak ada yang mau sama gue kalau kaki gue buntung... " ketus  Karin dengan polosnya.

"Dahlah.. kagak dengar gue Rin! KAGAK DENGER!!! " ucap Raka yang terpotong oleh Karin.

"KAA.. kok gitu sih!" timpal Karin dengan manahan Isak tangisnya agar bisa berhenti detik itu juga.

"Yaa lu sekarang pergi ke Toilet Karin Putri Ajeng yang buriqnya naudzubillah.. masa gue harus ngejelasin gimana tutornya mencuci dengkul yang baik dan benar sih?" kesal Raka.

"Tapi kalau ntar lutut gue udah dicuci, gak bakalan di amputasi kan?" tanya Karin.

"Berdo'a aja semoga enggak." Timpal Raka diseberang sana.

"Huaa gue takut Kaa.." Ucap Karin dengan terus menangis.

"Allahu! buruan tuh dengkul cuci!! astagfirullah.." geram Raka.

"Yaudah.. gue ke Toilet dulu.. assalamualaikum!" ucap Karin yang langsung menutup telfonnya secara sepihak tanpa mendengar jawaban lebih dulu dari sepupunya itu.

"Jang—"

Tut tut..

Karin pun memasukan ponselnya kembali kedalam saku cardigan yang tengah di pakainya.

"Ya udah.. gua mau ke toilet." ucap Karin pada Arga sembari berjalan turun tangga dengan hati-hati dan menghiraukan Arga yang tengah memperhatikan nya saat itu. 

JENG JENG JENG!!!

Lanjut chapter↓↓↓

                                  :-D

Vote nya jangan lupa, ya! hargai karya orang ❤️

Vote nya jangan lupa, ya! hargai karya orang ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PROSES (on-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang