Chapter 13

21 8 0
                                    

        (Karena cinta butuh proses)

                            -

                            -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dek!"

"Tok tok tok"

"Iyaaa?"

"Buka pintunya!" ucap Kak Kiran yang saat itu tengah berada di depan pintu kamar adiknya.

"Ya tinggal dorong aja, apa susahnya sih?" timpalnya.

"Yi tinggil diring iji ipi sisihnyi sih! Orang pintunya aja dikunci, gimana mau gak susah?" ketus Kak Kiran.

Perempuan yang ada di dalam kamar itu seketika memutar bola matanya. Dengan perasaan malas dirinya turun dari ranjang dan berjalan membukakan pintu kamarnya yang sengaja dikunci oleh dirinya saat kejadian tadi.

Iya. Karin tadi sudah mendengarkan penjelasan sepupunya itu, tentang mengapa dirinya bisa melanggar peraturan yang sudah dibuat oleh kedua orang tua dan keluarganya.

Dan tentu saja Karin sudah memaafkan sepupunya itu, tetapi dengan satu syarat. Raka harus menceritakan masalah yang sudah dialaminya itu dengan jujur pada kedua orang tuanya. Dan satu lagi, Karin meminta pada sepupunya itu supaya dirinya berjanji pada dirinya untuk tidak lagi melakukan hal itu, dimulai dari hari ini, detik ini, menit ini, dan jam itu juga.

"Lagian pake dikunci-kunci segala sih. Kan nyusahin diri sendiri jadinya." Ketus Kak Kiran pada Karin yang saat itu sudah membukakan pintunya.

"Terserah aku dong." Jawabnya, dengan kembali lagi berbaring di atas ranjang nya sembari mengotak ngatik ponselnya.

"Dek!" tegas Kak Kiran yang tengah melihat adik satunya itu dengan santainya memainkan ponsel sembari berbaring di atas ranjang.

"Apaan sih?" timpal Karin dengan tetap fokus pada benda pipih dihadapannya.

"Dengerin Teteh!" tegasnya lagi.

"Iya apaan? aku juga denger kok. Dikira budek kali, ya?!" kesal Karin. Yang benar saja, dirinya hari ini sudah sangat bosan dengan kata budek yang sudah beberapa kali ia lontarkan dari mulutnya.

"Bukan budek, tapi minus akhlak! udah kelas 2 SMA tapi ko sifatnya sama kaya anak TK? anak TK aja tau gimana caranya memperlakukan orang ketika sedang berbicara. Kamu di ajarin gak sama guru waktu SD, kalo ada orang didepan bicara tuh tengok mukanya! liat! perhatikan. Jangan mata kemana, telinga kemana!" Jelasnya. Dengan perasaan kesal Kak Kiran melihat tingkah adik satunya itu yang sudah beberapa kali ia ceramahi tetapi tetap saja, masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

"Terus?" jawab Karin sembari menghela nafas gusar.

"Udah?" lanjut Karin lagi. Kak Kiran yang melihat tingkah Karin, dirinya hanya menatap Karin dengan tatapan kosong, seakan dirinya sudah lelah dan pasrah terhadap tingkah adik satunya itu.

"Dek. Dengerin Tetah nih, ya. Kalo maen HP tuh jangan sambil rebahan begitu. Di HP tuh ada radiasinya. Ya masih mending kalo kamu maen HP nya sambil duduk, resikonya gak berat-berat banget. Lah ini? maen HP sambil tiduran-" ucap Kak Kiran yang seketika ucapannya terpotong oleh ucapan Karin.

"Iya, iya. Karin juga udah tau kok." Jawabnya, sembari membenarkan posisi nya menjadi duduk.

"Terus kalo udah tau kenapa masih dilakuin?" tanya nya.

"Haduh.. punya Kakak perempuan begini banget ya? kenapa aku gak punya Abang aja sih ya Allah?" batin Karin.

"Iya maaf. Karin gak bakalan ngelakuin itu lagi kok." Jawabnya, dengan tersenyum dan menunjukan jari tengah serta telunjuknya, yang membentuk huruf V.

"Insyaallah." batin Karin. Melanjutkan ucapan yang tadi diucapkan pada Kakaknya itu.

"Yaudah bagus. Temenin Teteh belanja yuk!" ucapnya, yang sudah siap dengan pakaian rapihnya saat itu.

"Apa? huaaa.. jadi tujuan Teteh tadi datang kesini tuh cuma mau ngajak aku buat nemenin Teteh belanja?" tanya Karin, dengan wajah kesalnya.

"Iya, emang kenapa?" ucapnya dengan membenarkan bajunya yang sedikit acak-acakan.

"Kenapa gak to the poin aja sih? Karin juga kan sama, mau dibelanjain." Jelas Karin dengan suara cempreng nya yang seketika langsung bangun dari duduknya dan berjalan menuju lemari pakaiannya. Ingat! terdapat kata 'di' didalam ucapannya tadi.

"Yeh.. gercep banget kalo soal belanja." Ucap Kak Kiran, yang seketika pergi berjalan meninggalkan kamar Karin begitu saja.

Lanjut chapter↓↓↓

                               :-D

Vote nya jangan lupa, ya! hargai karya orang ❤️

Vote nya jangan lupa, ya! hargai karya orang ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PROSES (on-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang