(karena cinta butuh proses)
-
"Hallo, assalamu'alaikum.." ucap Rezky, dengan menempelkan ponsel pada daun telinga kanan nya.
...
"Ini gua Rezky, Rin. Gue pinjem hp nya si Al. Hp gua mati. Btw lo lagi dimana sekarang?" jelas Rezky, dengan menatap ketiga sahabat nya yang saat itu tengah memperhatikan dirinya.
...
"Ehem, sama siapa tuh? malming nih ceritanya?" tanya Rezky dengan nada sedikit menggoda.
...
"Oh, sama siapa?"
...
"Lu sekarang lagi dimana?"
...
"Oh, lagi nyetir dong berarti?" tanya Rezky dengan perasaan terkejut. Dirinya berfikir? bagaimana bisa Karin menyetir di jalan tol yang keadaan nya dia tengah menyetir sendiri tanpa di dampingi oleh siapa pun, dan dia bisa memainkan ponsel dengan mudahnya.
...
"Oh.. trus? udah ganti ban nya?"
...
"Trus? lu sekarang lagi ngapain?"
...
"Posisi lu sekarang dimana?" tanya Rezky, dengan menatap ke arah tiga sahabatnya yang tengah memberikan kode pada dirinya tantang apa yang tengah di alami oleh Karin saat itu.
...
"Gua mau bantu lu, Rin. Emang lu mau seharian disitu? langsung sharlock aja. Pokonya lu diem aja di mobil, handphone lu aktif in terus ya. Ntar kabarin gua kalo ada apa-apa," Jelas Rezky.
...
"Tapi apa?"
...
"Dimana?"
...
"O-oke oke! lu sharlock aja ya. Mungkin beberapa menitan lagi gua sampe. Pokonya lu diem aja di mobil, gak usah ke luar. Jangan lupa nyalain lampu hazard nya, Rin. Ntar kalo ada apa-apa, kabarin gua." Titahnya.
...
"Gapapa, yaudah. Telfon nya gua matiin, ya?"
...
"Iya, assalamu'alaikum.." Ucap Rezky yang kemudian mematikan telfon nya secara sepihak.
"Dia kenapa?" tanya Aldo, Iqbal, dan Reza secara bersamaan pada saat Rezky sudah menutup ponselnya.
"Ban nya pecah," jawab Rezky pada mereka tanpa menjelaskan secara rinci apa yang tengah di alami oleh Karin saat itu. Mereka bertiga yang mendengar pun sontak mengerutkan keningnya. Tak mengerti dengan apa yang sudah di bicarakan oleh sahabat satunya itu.
"Ban?" ucap Aldo, Reza, dan Iqbal secara bersamaan, dengan terus memperhatikan Rezky yang seketika sibuk menghabiskan minuman yang sudah dirinya pesan sedari tadi.
"Lu kalau ngomong bisa gak sih yang jelas dikit? kagak usah sepotong-sepotong, anj***! kaya es potong bae!" ketus Reza, dengan menatap kesal Rezky. Rezky yang sudah menghabiskan minuman nya pun sontak menjelaskan dengan rinci pada ketiga sahabatnya tentang apa yang tengah di alami Karin saat itu.
"Jadi.. lu sekarang mau bantu si Karin?" tanya Reza pada Rezky dengan nada meyakinkan, setelah dirinya mendengar penjelasan sahabatnya saat itu. Rezky yang mendengar pun sontak menganggukkan kepalanya. "Ya, jelas gua bantu dia lah!" ucap nya.
"Ya udah sono! kesian anak orang, tuh!" titah Reza. "Tapi masalahnya.. gua kagak punya ban serep, nih. Dongkrak juga gua kagak bawa." Ucap Rezky dengan menatap satu persatu ketiga sahabatnya.
"Perasaan gua kok, kagak enak yah bal?!" ketus Reza dengan menatap ke arah Iqbal. Aldo yang mendengar ucapan Rezky tadi, seketika mata dan tanganya langsung terfokus pada ponselnya. Seolah dirinya tak pernah mendengar ucapan Rezky saat itu.
"Ayolah, guys! support nya yuk, bisa yuk!" bujuk Rezky dengan menatap satu persatu ketiga sahabatnya. Tapi, pada saat suasana tengah fokus, terdapat ponsel salah satu dari mereka berdering. Tanda jika terdapat seseorang yang ingin menghubungi nya saat itu.
Ding dong ding dong ding dong📱📞
"Handphone lu, Bal." Ucap Reza pada Iqbal. Iqbal yang melihat pun seketika mengambil ponselnya yang ia simpan di dalam saku jaket nya, kemudian menjawab panggilan itu.
"Hallo, assalamu'alaikum! iya ada apa, Bu?"
...
"Oh, iya iya! Iqbal sekarang pulang, Bu!"
...
"Iya, wa'alaikumsalam." Ucap Iqbal yang kemudian menutup panggilan itu secara sepihak. "Sodara gua yang dari Aceh, dateng ke rumah gua. Jadi gua harus balik sekarang juga." Jelas Iqbal pada ketiga sahabatnya, sembari merapihkan Hoodie yang ia pakainya, dan setelah itu pergi menuju kasir untuk membayar minuman yang sudah dirinya pesan.
"Ya udah, gua juga sekalian mau balik, nih." Ucap Reza, dengan mengantongi ponsel pada saku jaketnya yang kemudian berjalan membuntuti Iqbal. Rezky, dan Aldo yang mendengar pun sontak menatap ke arahnya. "Gak seru lu, anj***!" ketus Aldo pada Reza dengan menampakan tatapan tak suka. "Ya udah, gua juga balik, dah!" Sambung nya.
Sementara Rezky yang mendengar ucapan ke tiga sahabatnya itu, dia hanya terus fokus memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa membantu gadis yang tengah terkapar dijalanan saat ini.
"Al, lu bawa ban serep kan?" tanya Rezky pada Aldo sebelum sahabatnya itu pergi. "Lu masih mikirin cewek itu, Rez? lupain aja udah, hukuman yang tadi dah dibuat lupain aja. Lagian gedek banget gua sama dia. Lu juga sama, Rez! hukuman nya kan nyuruh lu buat ajak dia main, bukan mbantu dia! mau-mau aja lu di jadiin badut sama dia." Jelas Aldo dengan wajah kesal.
"Al! sumpah, gua sekarang cuma berharap sama lu, doang. Cuma lu yang bisa bantu gua sekarang. Emang lu gak kasihan sama dia? kalau ada apa-apa sama dia, gimana?" ucap Rezky pada Aldo yang tengah menghabiskan rokok nya sebelum dirinya pergi.
"Gua gak kasihan sama dia, Rez. Dia bukan siapa-siapa gua! sodara? teman?" ketus Aldo dengan terus menghisap rokok yang ia selipkan di antara sela jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan nya.
Lanjut chapter↓↓↓
:-)
Vote nya jangan lupa, ya! hargai karya orang ❤️
