(Karena cinta butuh proses)
-
Dug!
"Astaghfirullah," ucap seorang gadis yang sedari beberapa menit yang lalu tengah sibuk-sibuknya menyetir dan mengamati setiap perjalanannya. Tiba-tiba saja pada saat dirinya tengah fokus menyetir terdengar suara dari mobil yang tengah dikendarainya, sehingga sontak dirinya seketika memberhentikan mobilnya secara mendadak.
"Suara apaan tuh?" batinnya. Dengan membuka sabuk pengaman yang dipakainya dan bergegas keluar mobil untuk melihat suara apa yang sudah dirinya dengar tadi.
Dan setelah dirinya mengecek dengan teliti mobilnya, ternyata salah satu ban belakang mobil yang tengah dikendarainya itu pecah. Sontak kejadian itu membuat dirinya terkejut dengan apa yang sudah dirinya lihat. Batinnya mengatakan, bagaimana bisa ban nya pecah, sementara sekarang jam sudah menunjukan pukul 5 sore.
Dan dirinya sekarang bukan lagi tengah berada di pemukiman yang padat penduduk. Tetapi, dirinya sekarang tengah berada di jalan tol yang akan membawa nya menuju Bandung."Astaghfirullah.. kok bisa pecah sii? yaa Allah.." ucapnya dengan menghela nafas gusar, dan mata yang mulai berkaca-kaca. "Maa.. kenapa Karin harus di tinggal sii? Kenapa ga kak Kiran aja yang ditanggal, kenapa harus si bontot yang ditinggal?" ucapnya, lirih. Otaknya terus berputar bagaikan kincir angin, dirinya terus berfikir bagaimana caranya dia bisa mengatasi masalah serumit ini.
Yaps! Gadis yang tengah meratapi nasibnya itu adalah Karin.
Setelah beberapa menit dirinya berfikir keras, akhirnya Karin masuk kembali kedalam mobil untuk mengambil ponsel yang disimpan di dalam tas, dan memutuskan untuk menelfon seseorang yang semoga saja dapat membantu dirinya saat itu.
Belum saja dirinya mengetik nama seseorang itu di hp nya, tiba-tiba saja terdapat nomor yang tak dikenal lebih dulu menelfon dirinya. "Rezeki anak baik!" ucap Karin dengan tersenyum, dirinya berharap semoga seseorang yang tengah menghubungi nya saat itu adalah orang yang ia kenal.
"Hallo, assalamualaikum," ucap seseorang itu disebrang sana.
"Iya, waalaikumsalam. Ini siapa ya?" jawab gadis itu, dengan hati yang terus berharap bahwa seseorang yang tengah menelfon itu orang yang ia kenal.
"Ini gua Rezky, Rin. Gue pinjem hp nya si Al. Hp gua mati. Btw lo lagi dimana sekarang?" jelasnya.
"O—ohh, gu— gue lagi di jalan nih.." Ucap Karin, dengan gugup. Yang benar saja dia harus meminta bantuan pada cowok yang tengah menelfon nya saat itu.
"Ehem, sama siapa tuh? malming nih ceritanya?" tanya nya dengan nada menggoda Karin.
"Ahaha, enggak. Gu—gue lagi mau jalan ke Bandung, nih. Ke rumah nenek gue." Jawabnya.
"Oh, sama siapa?"
"Sendiri.."
"Lu sekarang lagi dimana?"
"Di mobil,"
"Oh, lagi nyetir dong berarti?" tanya nya dengan nada terkejut.
"Enggak, enggak. Ban mobil belakang gue pecah, jadi otomatis gue harus berhenti."
"Oh.. trus? udah ganti ban nya?"
"Ahaha, masalahnya gue gak bawa ban serep. Kalau pun gue bawa, tetep ga bakalan bisa masang, Rez.." Jawab Karin.
"Trus? lu sekarang lagi ngapain?"
"Gu—gue tadinya mau nelpon sodara buat bantuin gue, tap—"
"Posisi lu sekarang dimana?"
"Lo mau ngapain?"
"Gua mau bantu lu, Rin. Emang lu mau seharian disitu? langsung sharlock aja. Pokonya lu diem aja di mobil, handphone lu aktif in terus ya. Ntar kabarin gua kalo ada apa-apa," Jelasnya.
"Tap—"
"Tapi apa?"
"Jauh banget ini,"
"Dimana?"
"Tol Cipularang, Rez.."
"O—oke oke! lu sharlock aja ya. Mungkin beberapa menitan lagi gua sampe. Pokonya lu diem aja di mobil, gak usah ke luar. Jangan lupa nyalain lampu hazard nya, Rin. Ntar kalo ada apa-apa, kabarin gua." Titahnya.
"Iya, iya udah gue nyalain kok, Rez. Btw, makasih ya. Gue bener-bener gatau harus bilang apa lagi sama lo," ucap Karin.
"Gapapa, yaudah. Telfon nya gua matiin, ya?"
"Iya, iya. Hati-hati ya, Rez."
"Iya, assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumssalam," jawab Karin dengan mematikan ponselnya.
***
Dilain tempat. Kini Aldo, Rezky, Reza, dan Iqbal tengah berada di cafe yang sudah cukup sering mereka kunjungi ketika malam Minggu tiba.
Berbeda dengan cowok lain, keempat lelaki itu pada saat malam Minggu tiba hanya akan menghabiskan waktunya dengan curhatan-curhatan yang sangat tidak jelas. Seperti, Reza yang terkadang selalu membicarakan kisah cintanya dengan Nunung yang kandas, Rezky yang selalu membicarakan tentang peternakan burung parkitnya yang sudah lumayan banyak menghasilkan keuntungan, Iqbal yang terkadang selalu membicarakan bagaimana nanti masa depannya jika sudah lulus SMA, dan Aldo yang terkadang selalu membicarakan bagaimana caranya bisa memikat hati cewek dengan mudah, cepat dan aman.
"Anj***, si Nunung ngebales chat gua, WOY!!" teriak Reza dengan wajah yang penuh kebahagiaan. Ketiga sahabat nya yang sedari tadi tengah sibuk dengan dunianya masing-masing, sontak terkejut dengan ucapan sahabat satu nya itu, yang tak lain tak bukan adalah Reza.
"Apaan sih lu, anj***? gua lagi maen subway surf jadi kalah, kan!" kesal Rezky, dengan menampakan wajah emosi pada Reza, yang hanya menampilkan senyum Pepsodent nya.
"Ya maap! gua seneng banget anj***, si Nunung akhirnya ngebales chat gua dari yang bulan kemaren." Jelas Reza dengan mata yang terus berbinar.
"Kagak usah berharap lebih lu, Ky! bisa aja dia ngebales chat lu cuma karna gabut." Timpal Aldo dengan santaynya, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Reza. Reza yang mendengar ucapan Aldo, seketika senyum wajahnya yang tadi mengembang menjadi menipis.
"Anj***! bener juga ya.." jawab Reza, dengan tersenyum. Iqbal yang sedari tadi memperhatikan Reza, seketika berbicara, seolah-olah dirinya menyemangati Reza untuk tidak percaya pada apa yang sudah Aldo katakan.
"Kalau menurut gua gak mungkin sih. Emang ada ya, cewek yang sengaja ngebales chat cuma karena gabut? apalagi, dia ngebales chat yang dari bulan lalu. Dan gua liat, si Nunung bukan tipikal cewek yang suka ngemainin hati cowok." Jelas Iqbal dengan menatap ke arah Reza.
"Ya bisa aja, Bal! kita kagak tau sikap aslinya si Nunung. Bisa aja dia didepan baik, tapi dibelakang? kagak ada yang bisa tau isi hati orang kaya gimana." Ketus Rezky, dengan mengotak-atik ponselnya. Reza yang melihat perdebatan antar ketiga sahabatnya itu, dirinya hanya sibuk dengan pikiran yang ada otaknya. Batinnya mengatakan,
"Iya juga ya? siapa tau dia ngebales chat gua cuma karena gabut. Tapi.. keknya si Nunung bukan tipikal cewek yang kaya gitu dah, apa gua tanya dia aja kali, ya? kenapa dia baru ngebales chat gua sekarang-sekarang? kenapa gak dari dulu?"
Lanjut chapter ↓↓↓
^_^
Vote nya jangan lupa, ya! hargai karya orang :)
