Chapter 1

244 91 140
                                        


        (Karena cinta butuh proses)

                             -

"KARIN AYO BANGUN! LIAT, JAM!!! UDAH JAM TUJUH!!!" teriak seorang perempuan yang kini sudah jengah terhadap seorang gadis yang masih terlelap dalam mimpi nya.

"Iya, iya Ma.. baru juga jam tujuh, atuh." Timpal seorang gadis yang kini tengah berada di ruangan Istananya kaum rebahan. Dengan dihiasi cat serba warna biru muda, menambahkan kesan sejuk ketika berada di ruangan itu.

Ya, Karin menyukai warna biru. Lebih tepatnya biru muda. Ntah mengapa dirinya bisa sangat menyukai sekali warna biru muda. Karena menurutnya, ketika dirinya melihat benda atau apa pun itu yang berbau warna biru muda, seketika perasaanya selalu berubah menjadi sejuk, dan damai.

Menurut psikologi. Warna biru umumnya menggambarkan ketenangan, kestabilan, produktif, dan kesedihan. Menjadikan warna ini memberi perasaan yang tenang aman dan damai. Biru juga sering dipandang sebagai tanda stabilitas. Akan tetapi, warna biru juga dapat menciptakan perasaan sedih atau ingin menyendiri.

   Potret Kamar Karin saat ini

   Potret Kamar Karin saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ASTAGFIRULLAH HALADZIM.. mau jadi apa kamu! anak perawan bangun jam segini, liat tuh si Dinda anak tetangga, dari jam 6 dia udah beres-beres rumahnya. Lah kamu?" tegas Mamanya, sembari berjalan menuju gadis yang tengah terlelap itu.

Tanpa basa-basi gadis itupun langsung mengeluarkan jurus prikitikitik menuju kamar mandi, sebelum wanita paruh baya itu lebih menceramahinya. Iya kalian tau kan jurus prikitikitik? itu loh jurus handalan si Ceking. Tau Ceking? Gatau? Yaudah gapapa :)

"Mamaa, Karin berangkat dulu yaa, assalamualaikum." Ucap Karin sembari mengecup tangan Mamanya. tetapi tidak dengan Ayahnya. Ayahnya kini tengah bekerja di luar kota. Dan kakaknya? sudah jelas dia berangkat lebih awal dibandingkan dengan dirinya.

"Waalaikumsalam, hati-hati dijalan yah. Awas loh bawa motornya, gausah ngebut-ngebut!" tegasnya dengan mengikuti anak gadisnya itu menuju pintu keluar Rumah.

"Iyaa.."

Karin pun bergegas menuju garasi dengan membawa helm dan kunci motor kesayangan yang dibelinya dari hasil tabungannya selama ini. Motor Scoopy, yaa si biru yang cantik. Memang Karin itu anak yang sederhana, padahal orang tuanya sudah membelikan mobil beserta Supirnya tetapi dia tetap tidak mau merepotkan siapapun terutama kedua orang tuanya.

      Potret si biru yang cantik

Sampailah di Sekolah Tunas Bangsa, Sekolah yang sangat populer dikalangan masyarakat Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sampailah di Sekolah Tunas Bangsa, Sekolah yang sangat populer dikalangan masyarakat Jakarta. Sekolah yang bukan hanya dikhususkan bagi murid yang beragama muslim saja. Tetapi bagi semua murid yang beragama, ada semua disekolah itu.

Pada saat Karin tengah melajukan motornya menuju parkiran Sekolah, tiba-tiba ...

"Tittt!!!"

Suara klakson mobil dari arah belakang Karin mengejutkan seluruh murid yang berada di tempat itu, termasuk dirinya. Merasa terganggu dengan suara klakson mobil yang ada di belakangnya, Karin pun turun dari motornya dan berjalan menuju mobil tersebut. Karin dan seluruh siswa Tunas Bangsa sudah mengetahui siapa yang membawa mobil seperti itu jika bukan Aldo ghali altezza

"ALDOO! KELUAR GA LO!?" teriak Karin dengan memukul kaca mobil si pembawa masalah yang telah merusak mood paginya hari ini.

"APA-APAAN LU? BERANI BANGET NERIAKIN COWOK SEGANTENG GUA?" bentak Aldo saat keluar dari mobilnya. Dengan baju seragam yang dikeluarkan dan kancing pertama yang sengaja ia buka menambah ke good looking- an nya.

"LO YANG APA-APAAN!! GANTENG JUGA KALAU BEGO YA, PERCUMA!!" tegas Karin dengan sedikit menanggahkan kepalanya, karena memang tinggi tubuhnya yang lebih pendek dari laki- laki yang tengah ada didepannya saat itu.

"Gua ada salah apa sih, Rin?! dateng-dateng marah-marah, emang bener ya? cowok di mata cewek selalu salah?" ucap Aldo dengan nada Fakeboy nya.

"Lo nanya salah apa? jalanan segini luasnya masih aja tat-tit-tat-tit!!! berasa gendang telinga gue mau pecah, TAU GAK LO?!!" ketus Karin. Sementara laki- laki yang ada didepannya saat itu, hanya menampakan wajah tanpa dosanya.

"Terus masalahnya apa?" dengan santainya.

"Masalah nya, lo kenapa jadi orang seenaknya aja sih? kenapa gak pernah mikirin perasaan orang? pernah gak lo berfikir kalo apa yang sering lo lakuin itu salah? PERNAH GAK?" tegas Karin dengan wajah merah padam menatap tajam laki laki yang ada dihadapanya saat itu.

"Maksud lo? jadi gua harus jawab pertanyaan yang sangat gak berfaedah dari mulut lo itu? iya? lo siapa?" ketus Aldo pada Karin yang sedari tadi tak henti hentinya menatap tajam kesal dirinya.

"Ga punya otak banget, emang!" timpal Karin.

"Berani banget lu sama gua!" ucapnya. Dengan sedikit mendekati wajah Karin. Karin yang melihat pun sontak sedikit berjalan mundur menjauhi Aldo.

"Berani lah! sama-sama manusia kok takut?!" Jawab Karin dengan sedikit menanggahkan kepalanya pada Aldo. Aldo yang melihat tingkah cewek dihadapannya itu seketika emosinya tersulut.

"HEH!! BISA GAK MULUT LO ITU DIEM!! " teriak Aldo dengan wajah merah padamnya.

"GAK!! udah cukup habis kesabaran gue. Jangan mentang-mentang banget lo ganteng, dan lo berhak berbuat semau lo?!" lantang Karin yang kini tengah sangat kesal pada cowok didepanya saat itu.

"Cih!" Aldo hanya berdecih. Jujur! di dalam hati yang paling dalamnya saat ini, dia sangat ingin sekali menerkam dan mengubur hidup-hidup cewek yang ada dihadapannya saat itu.

"Sengaja mau malu-malu in gua keknya nih anak!" batin Aldo dengan menatap Karin.

"Dengerin gua!! gua gamau ya, ntar gua kena masalah cuma gara-gara lu!! ketimbang gua nge klaskon lu, terus ntar gua dibawa ke ruang BK?! kenapa gua berani bilang gini sama lu? karena gue tau, diantara orang-orang nih, (dengan menunjuk murid yang tengah memperhatikan mereka berdua)  pasti ada mulut ember, ntar gua lagi yang di skors." Ucap Aldo.

"Lah?? Kan emang lo yang salah?? ngapain gua harus peduli sama lo kalau ntar ada orang yang, ember?? ya bagus dong kalau misalnya dia ngaduin lo ke BK. Berarti dia masih tau mana yang bener, mana yang salah." Timpal Karin.

"Da—" ucapan Aldo terpotong oleh Karin.

"Dan satu lagi!! kalau emang lo ngerasa lo gak mau di panggil terus setiap detik ke ruang BK, trus di skors. Ngapain lo masih bad, sih?? tapi ya kalau lo emang mau terus-terusan bad, yaudah!! berani berbuat berani bertanggung jawab, dong!! LAKIK BOS!!!" jelas Karin tak ada takut-takut ya.

Aldo yang mendengar pun hanya menatap Karin dengan tatapan kosong. Seolah dirinya mendengarkan dengan sangat jelas ocehan Karin saat itu.

"Yo'i!!" ucap Aldo dengan santainya, kemudian berjalan menaiki mobilnya kembali dan menyimpannya di parkiran sekolah, tanpa memperdulikan Karin yang tengah sangat kesal di buatnya saat itu.

"Kalah gua, kalau bicara sama orang kaya dia." Batin Aldo.

"Astagfirullah! tuh cowok kenapa si!" batin Karin dengan menatap kepergian Aldo.

 
  
                         (っ.❛ ᴗ ❛.)っ

Lanjut chapter↓↓↓

                                  :-*

Vote nya jangan lupa, ya! hargai karya orang ❤️

PROSES (on-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang