(Karena cinta butuh proses)
-
"Cukup sekian pelajaran yang bapak sampaikan hari ini. Semoga pelajaran yang bapak sampaikan, bisa bermanfaat bagi kalian semua. Terimakasih banyak atas waktunya. Semoga kita bisa berjumpa kembali, ya," ucap pak Retno, Guru biologi.
"Dan, jangan lupa! hari Senin kalian akan persentasi! bapak harap, kalian semua bisa melakukannya dengan sangat baik,"
"Okey.. selamat siang!" jelas nya, yang kemudian berjalan pergi meninggalkan kelas itu. Begitupun juga dengan semua murid.
"Weh! buruan, gue mau berak, anjir!" ucap Shela dengan mendorong tubuh Sindi yang berjalan dihapadan nya saat itu.
"Ish! pantesan banget lu dari pas pelajaran tadi, diem-diem Bae. Biasanya ngoceh terus." ketus Sindi dengan menahan tawanya.
"Aaa.. awas-awas! ntar gue langsung ke rumah lu ya, Na!" jelas Shela dengan sedikit berteriak dan berjalan dengan terbirit-birit menuju parkiran sekolah.
"JANGAN LUPA CEMILAN YANG LU BILANG ISTIRAHAT TADI!!" teriak Ratna dengan menatap kepergian sahabatnya itu.
"Iyeee.." jawabnya.
Karin yang berjalan di belakang Ratna dirinya hanya tertawa, melihat tingkah Shela.
"Yaudah, gue duluan ya Rin, Sin! ntar langsung ke rumah gue aja." ucap Ratna pada Sindi dan Karin yang saat itu mereka sudah berada di parkiran. Dan Ratna sudah menaiki mobilnya.
"Iyaa." Jawab Karin dan Sindi secara bersamaan. Ratna yang mendengar pun seketika langsung tancap gas meninggalkan tempat itu.
"Lo balik bareng siapa, Sin?" tanya Karin dengan memakai helm nya.
"Ehm, biasa.. gue dijemput Kak Ihsan. Tapi kagak tau, dah. Kok belum sampe ya." Jawabnya dengan sibuk mengotak-ngatik ponselnya.
"Bentar lagi, mungkin. Di perempatan depan biasanya suka macet, kan." Jelas Karin dengan menaiki motornya.
"Enggak-enggak. Dia pasti pacaran dulu, nih. Tau gue Rin. Di chat, dia bilang lagi di rumah temennya dulu." Ucap Sindi dengan perasaan kesal.
"Temen cowok?" tanya Karin.
"Ya temen cewek, Rin. Dikira kakak gue gay kali, ya." Ketus Sindi dengan terus sibuk pada ponsel nya. Karin yang mendengar pun seketika tertawa.
"Ya, dibilang gue juga apa, belajar nyetir mobil. Kan, kalau kaya gini, yang susah lo juga. Kak Ihsan mau pacaran aja jadi susah gara-gara sibuk anter jumput, lo. Saking susah nya sampe ngeboongin, lo. Trus gak nganggep pacarnya sebagai pacarnya, lagi. Dia malah bilang temennya." Jelas Karin pada Sindi yang terus sibuk pada ponsel di tangannya.
"Yaa.. kan lu juga tau. Gue takut." Timpal Sindi.
"Dahlah.. gue duluan, ya. Mana pengen berak, lagi." Ucap Karin pada Sindi.
"Bentar, Rin, tunggu kak Ihsan dateng dulu! anjir, lu gak setia kawan banget, dah!" ucap Sindi dengan memegang stang motor Karin. Tiba-tiba saja pada saat percapakan itu tengah berlangsung, dari kejauhan datang empat orang cowok famous sekolah tunas bangsa yang tak lain dan tak bukan adalah Aldo, Rezky, Reza, dan iqbal. Mereka berempat berjalan beriringan menuju parkiran, dimana Karin dan Sindi saat itu berada.
"Ah dahlah, males banget gue ketemu mereka. Gue duluan, ya!" ketus Karin yang seketika menjalankan motornya. Sindi yang melihat pun seketika menahan motor Karin agar tidak pergi detik itu juga.
"Aaa! Rin, lo gak setia kawan bangettt.." ucap Sindi dengan menekuk bibirnya ke bawah."Sin! aduh, sumpah! perut gue sakit banget nih." Jawab Karin dengan memegang perutnya.
"Yaudah ayo, gue anter lu ke toilet! yuk! asal kan lo tunggu kak Ihsan dateng dulu!" bujuk Sindi. Rezky yang sedari kejauhan memperhatikan tingkah Karin dan Sindi, seketika dirinya langsung menuju ke tempat mereka.
"Enggak! lo tau kan, kalau gue gak pernah berak di toilet sekola? gak tenang gue kalau berak disini!" timpal Karin.
"Tap—" seketika ucapan Sindi terpotong oleh Rezky yang sudah berada di hadapan mereka.
"Hey! ada apaan, nih?" tanya Rezky dengan menatap Karin.
Karin dan Sindi yang melihat Rezky tiba-tiba berada di hadapannya, seketika langsung mengubah mimik wajahnya."Enggak-enggak! gak ada apa-apa, kok." Ucap Karin.
"Beneran? kalau ada apa-apa, bilang aja. Siapa tau, gue bisa bantu." Jelasnya. Sindi yang mendengar pun seketika menatap Karin, seolah tatapan nya mengatakan, Karin tidak boleh mengatakan tentang masalah yang tengah di timpa nya saat ini. Tetapi, siapa sangka. Karin tiba-tiba melakukan aksi nya.
"Eh iya, sebenarnya gue mau minta tolong sama lo. Boleh gak?" tanya Karin pada Rezky. Rezky yang mendengar pun sontak tersenyum. Batinnya mengatakan, karena cinta butuh proses.
"Boleh lah! boleh banget." Jawab Rezky.
"Ehm, jadi gini. Lo bisa anterin dia pulang, gak?" tanya Karin dengan menunjuk sahabatnya itu. Sindi yang melihat tingkah Karin, seketika membulatkan matanya.
"Gak ada adab lo mah, Rin." Gerutu Sindi dalam hatinya.
"Eh, emang kenapa?" tanya Rezky dengan menatap Karin.
"Dia gak ada yang jemput. Trus dia itu orangnya penakut banget. Gak bisa nyetir, lagi. Gak bisa dia pergi naek angkutan umum, sendiri." Jelas Karin. Sindi yang mendengar pun seketika hanya menggigit bibir bawahnya dengan mata fokus pada Rezky.
"Trus kalau emang penakut, kenapa gak ada yang jemput?" tanya Rezky dengan menatap Sindi.
"Ehm.. jadi intinya lo mau gak, anterin dia?" jelas Karin, tak menjawab pertanyaan Rezky. Karena memang tidak mungkin dirinya harus menjelaskan secara rinci permasalahan yang di timpa sahabatnya itu.
"Ya ayo, gas!" ucap Rezky dengan menatap Sindi yang tengah menatapnya juga.
"Yaudah. Sin, gue duluan ya!" ucap Karin pada Sindi.
"Gak mau sekalian sama lu, Rin!" tanya Rezky pada Karin yang saat itu sudah siap untuk pergi dari tempat itu.
"Enggak. Gue bisa sendiri. Orang, kalau gue sama lo, ntar si biru gimana." Jelas Karin dengan membenarkan hijabnya pada spion motor nya. Rezky yang mendengar pun tersenyum ketika Karin mengatakan si biru.
"Ya udah, hati-hati." Ucap Rezky yang terus menatap Karin.
"Iya, yaudah gue duluan ya, Sin. Assalamualaikum!" ucap Karin yang seketika tancap gas dan pergi dari tempat itu.
"Waalaikumssalam.." jawab Sindi dan Rezky secara bersamaan.
:-D
Lanjut chapter↓↓↓
Vote nya jangan lupa, ya! hargai karya orang :)
