(karena cinta butuh proses)
-
"Jeng, dimana anak mu yang bontot?" tanya seorang wanita paruh baya berusia 62 tahun yang tengah berbaring di atas ranjang dengan wajah yang sedikit pucat. Ya, dia adalah Siti! Ibu dari Mama nya Karin dan Raka.
"Oh.. Karin kayanya masih dijalan, Bu. Tadi Ajeng telfon katanya berapa menit lagi sampe." Jelas Bu Ajeng, Mama dari Karin. Bu Siti yang mendengar pun seketika menganggukan kepalanya. Tanda jika dirinya mengerti dengan apa yang telah diucapkan oleh anaknya itu.
Bandung! ya, itu adalah kota yang sangat menyenangkan bagi keluarga Karin. Tempat dimana Karin dilahirkan dan, dibesarkan. Sejak tahun 2018 keluarga nya memutuskan untuk meninggalkan Bandung, dan menetap diJakarta. Banyak sekali kenangan yang sudah membekas di tempat itu. Terutama bagi Bu Ajeng.
Bu Ajeng termasuk kedalam anak yang memiliki keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani, dan ibunya berkerja sebagai penjahit baju. Sedari kecil Bu Ajeng selalu di didik untuk menjadi anak yang sederhana. Tak seperti anak lainnya. Ketika dirinya ingin membeli sesuatu apapun itu, orang tuanya selalu mengajarkan anaknya untuk berusaha. Berusaha untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dengan cara seperti membantu ayahnya menanam padi dan lain-lain.
Pak Dadang! ya, dia adalah ayah dari Bu Ajeng. Dia telah tutup usia sejak dirinya menginjak kelas 1 SMA. Berat bagi seorang anak perempuan ditinggalkan oleh seorang ayah. Ayahnya meninggal karena rusaknya paru-paru. Ya, Rokok! itu adalah penyebab ayahnya meninggal. Sejak saat kejadian itu, Bu Ajeng sangat membenci Rokok. Bahkan, dia berprinsip tidak mau memiliki suami perokok. Ya meskipun di zaman sekarang cowok perokok itu sudah terbilang lumrah..
Tapi akhirnya, Bu Ajeng bisa menemukan pasangan hidupnya yang ia prinsip kan. Dan sampai saat ini pun, Bu Ajeng selalu memberikan nasehat pada kedua anaknya, untuk tidak memiliki suami perokok. Memang, tidak ada salahnya cowok perokok. Karena kematian bukan di tangan rokok. tapi, faktanya sudah sangat terbukti. World Health Organization (WHO) mencatat bahwa angka kematian akibat merokok mencapai 30% atau setara dengan 17,3 juta orang. Ya meskipun bisa saja kita mengubah orang yang kita cintai untuk berhenti merokok, tapi.. sulit. Hanya orang-orang tertentu yang dapat merubah kebiasaan orang itu.
-
"Anj***! gobl*k banget, lu! Ahahahah." Ucap Reza dengan tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Rezky, diiringi dengan Iqbal dan Aldo.
"Hahahaha.."
"Tol*l banget lu jadi orang, Ky! harusnya lu tadi narik kebawah, dodol! Ahahaha.. ngakak banget gua, anj***!" Ucap Rezky lagi, dengan terus tertawa sembari memegang perutnya. "Takut banget gua anj***! kagak mau lagi gua make tuh sepatu! dahlah.. kesel gua!" Ketus Rezky dengan melempar ponsel ke atas meja di hadapannya.
"Ya udah, kagak usah pura-pura pikun, lu! buruan telfon si Karin! ajak dia maen! kalau kagak bisa, berarti hari senin lu harus traktir orang sekelas, gimana?" tanya Aldo dengan terus berusaha menahan tawa. "Lah gua mah gas ae!" timpal Rezky yang seketika mengambil kembali ponsel yang sudah ia lemparkan tadi dan menyalakannya. Tapi ternyata, ponsel itu mati. Ya! mati seperti perasaan kamu, waktu tau kalo crush yang udah kamu idam-idamkan selama bertahun-tahun ternyata dia diam-diam udah punya doi :b
"Anj***!!" ketus Rezky dengan melemparkan kembali ponselnya ke atas meja. "Damn! lu gak bisa!" ucap Reza dengan tersenyum penuh kemenangan.
"GUA BISA, gua bisa!" tegas Rezky dengan menatap kesal Reza. "Gimana lu mau bisa? baru pembukaan doang udah mati." Kesal Reza. Rezky yang mendengar pun sontak berfikir bagaimana caranya agar dirinya bisa menyelesaikan masalah ini sekarang juga.
"Pinjem, hp lu!" ketus Rezky pada Reza dengan tangan kanan meminta. "Buat apaan?" jawabnya, tak suka. "Ya gua mau nelpon si Karin," ketusnya.
"Kok?" tanya Reza dengan mengerutkan keningnya. "Di peraturan tadi, kagak tertulis kalau gua harus nelpon pake handphon gua, kan? jadi intinya, gua bisa pake handphone siapa aja dong buat nelpon si Karin," jelas Rezky dengan tersenyum.
"I—iya juga si.. eh tapi, gua kagak punya nomor si Karin!" ketus Reza.
"Ya gapapa, gua tau kok nomornya si Karin," Jelas Rezky, dengan meyakinkan Reza agar dirinya bisa meminjam ponsel sahabatnya itu detik itu juga.
"Tapi masalahnya handphone gua kagak ada pulsa," ucap Reza dengan terus mengelak. Dirinya sengaja terus mengelak agar sahabatnya itu tidak bisa menyelesaikan hukuman ini, dan jika tidak bisa menyelesaikan, sudah sangat di pastikan dia harus mentraktir teman-teman sekelasnya termasuk dirinya, di hari Senin yang akan tiba. Ya, impostor memang!
Jadi, sejak beberapa menit yang lalu mereka berempat memainkan game subway surf dengan memperbanyak point, dan jika salah satu diantara mereka mendapatkan point' paling rendah, itu artinya dia harus mengikuti hukuman yang sudah disepakati. Yaitu, menelpon seorang cewek yang tengah didekati oleh dirinya dan mengajak nya
bertemu malam itu juga."Gak modal banget, lu!" ketus Rezky dengan menatap kesal Reza. "Al, pinjem handphone lu dong!" bujuk Rezky dengan menatap penuh harapan. Aldo yang memiliki sifat bodo amat, akhirnya dia memberikan ponsel nya pada Rezky, dengan satu syarat. "Lebih dari 3 menit, hukuman lu yang pertama, gagal! kalau gagal, berarti lu harus ngikutin hukuman yang ke dua." Jelas Aldo yang di setujui oleh Reza dan Iqbal, termasuk Rezky.
Dengan penuh semangat, Rezky mengetik nomor Karin yang sudah sangat di luar kepala dirinya. Sampai akhirnya..
"Hallo, assalamu'alaikum.." ucap Rezky, dengan menempelkan ponsel pada telinga kanan nya.
Lanjut chapter↓↓↓
;-)
Vote nya jangan lupa, ya! hargai karya orang :)
