4

779 86 5
                                    

Dalam masalah cinta, Luna masuk kategori sangat sangat payah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam masalah cinta, Luna masuk kategori sangat sangat payah. Setelah ribuan hari mahir dalam berkedip, baru sekali dirinya merasakan gelenyar romansa terhadap orang lain. Itu pun berakhir tragis– jika dilihat dari pov Luna.

Lalu bagaimana jadinya ketika selama seminggu ini Luna berstatus kekasih seorang cowok dari kelas sebelah?

"Lo tuh beneran pacaran sama Si Aksa nggak sih?"

Luna yang menoleh untuk memenuhi ajakan bicara dari Erina, otomatis mundur jauh ke belakang sebab ternyata Erina sedang menyongsong dirinya. Cewek itu diam saja walau Luna kaget luar biasa. "Muka lo nggak usah deket banget, bisa?" semburnya sebal.

Tanpa diminta dua kali, Erina patuh. "Jadi gimana?"

Lebih dulu Luna mendelik. "Mungkin. Kalo klaim secara sepihak bisa dianggap sah, jawabannya iya."

"Tapi kalian gak keliatan kayak begitu."

"Emangnya orang pacaran harus keliatan kayak gimana?" tanya Luna kurang minat.

"Deketan, barengan, pegangan tangan, pelukan, uwu-uwuan," Menggantung sejenak, berpikir. Apa lagi yang dapat ia sebutkan? "Ya semacam itulah!"

"Lo tau sendiri kita bahkan gak pernah saling sapa."

"Nah, itu dia!" Erina berseru. Jengkel sekali dia melihat Luna dan Aksa yang cuek bebek. Bahkan ketika mereka berpapasan, melirik pun tidak. Ish, menyebalkan! Mereka itu sebenarnya apa, sih?!

Gurat putus asa sendiri Erina mendadak berubah jadi horor, sampai-sampai Luna dapat merasakan aura gelapnya secara nyata. Dia melirik lewat ekor mata dan benar saja, cewek itu memandangnya dengan tatapan seakan-akan ingin melubangi tempurung kepala. Perlu diketahui, perdana bagi Luna melihat sahabat ceriwisnya seperti ini.

"... Apa?"

Tatkala kedua tangannya sudah terlipat rapi di depan dada, Erina berucap. "Awas aja kalo ternyata sebenarnya ini skenario kalian."

Luna mengernyit, tetapi belum sempat buka mulut, Erina sudah lebih dulu menyela dengan tanpa mengurangi kadar angker di wajahnya. "Skenario semacam ... lo sama dia yang ternyata udah nikah karena kegrebeg lagi hiya-hiya!"

Oh, astaga. Bikin kaget saja.

"Terus menurut otak brilian lo itu, gue bisa ngerahasiain hal ini seberapa lama? Titel bandar gosip kelas kakap gak mungkin serta merta lo emban ya, sat! Semuanya pasti udah kebongkar dalam sehari!"

Ujaran frustrasi Luna merupakan konfirmasi kalau Erina sudah berpikir terlalu jauh dan membiarkan otak sinetronnya mengambil alih. Ia mengangguk sekali, tersenyum jemawa. "Bener juga."

Tolong tahan Luna agar tidak menempeleng kepala orang di hadapannya ini.

*

AMIGDALA | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang