7

576 89 0
                                    

"Jangan putus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan putus."

Apa itu?

Luna buru-buru menoleh. Oh, tahukah kalian keajaiban dunia yang terbaru? Segera merapat agar tidak ketinggalan informasi.

Seorang Aksa, cowok berperangai dingin dan teramat cuek mau-maunya menemani Luna menyantap makan siang di kantin. Hanya berdua. Erina disingkirkan dengan sekali tatap olehnya.

Inikah kemajuan dari hubungan mereka? Entahlah. Tetapi mungkin Luna harus bersyukur sebab berkatnya dia memiliki waktu istirahat yang bebas Erina. Tentu ini kabar baik. Ketiadaan Erina dan mulut berisiknya tidak pernah Luna kira bisa sangat-sangat membahagiakan– sampai tanpa tendeng aling-aling, Aksa berkata demikian.

"Apaan deh, gak jelas." Luna malas meladeni, lebih memprioritaskan seberapa banyak makanan yang bisa dimasukkan ke mulut. Berhadapan dengan wajah datar Aksa nyatanya bisa membuat dia muak dengan cepat. Tiba-tiba menginginkan Erina saja yang berseberangan dengannya daripada ditatap sedemikian rupa. Karena hey! seberapa besar pun dia berusaha mengabaikan, tetap saja kelakuan Aksa mengusik ketenangan jiwa.

Cowok itu mengawali aksinya dengan melipat tangan di dada, dilanjut menyibukkan diri dengan memandanginya yang sedang makan– sangat mengganggu. Apa dia tidak pernah melihat orang kesusahan mengunyah cumi-cumi yang dimasak terlalu alot, sehingga matanya seolah sedang menyaksikan adegan penting yang akan membangun peradaban?

Luna malu sekaligus kesal mengatakan ini, tetapi tidak tahu kenapa tubuhnya seperti mendikte agar ia makan dengan tenang. Padahal selain di hadapan Papa yang mengedepankan sopan santun di meja makan, Luna tidak pernah sejaim ini di luar jangkau pandang orang tuanya itu.

"Luna." Aksa memanggil.

Si pemilik nama menyahut ogah-ogahan. Berbentuk "hm" yang tanpa disertai lirikan sedikit pun. Luna sedang fokus ke luar jendela.

Tidak segera bersuara, Aksa mengikuti arah pandang Luna yang mengejutkan sekali adalah sebuah bangku di taman. "Pulang jam berapa?"

Luna diam di tempat, mempersembahkan wajah lempeng tanpa minat. Aksa terus membuatnya bingung. Maksudnya ... apakah Aksa sebegitu apatis sampai-sampai tidak tahu cara memilih kalimat yang benar untuk memperpanjang percakapan?! Ayolah, pastinya dia sudah tahu jawabannya! "Maaf, tapi emangnya gak ada pertanyaan lain?"

"Gak ada."

Tahukan dia jika kesabaran Luna tidak setebal itu untuk menghadapi orang idiot? Terdengar terlalu kasar, tetapi demi Tuhan .... "Kita pulang di waktu yang sama, Aksa."

"Oke."

Derit kursi tertangkap indra pendengar. Aksa pergi, sedangkan Luna tercengang mengetahui fakta bahwasanya ada manusia yang lebih aneh dari Erina di muka bumi.

*

"Lunaaaaaaa." Ujaran yang sebenarnya lebih panjang.

AMIGDALA | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang