Bagian 3: Hilangnya Sang Koki

83 51 6
                                    

Aku menanyakan status telur dalam tempat penetasan ke Adit. Adit berkata bila dia sudah memindahkan semua anak ayam ke kandang anak ayam. Setelah beristirahat sebentar, aku lanjut mencuci dan meletakkan telur-telur ke dalam box. Aku bersiap untuk pergi ke lantai 41 sesudah menyelesaikan tugasku tadi.

"Teman-teman, kalian mau aku usir atau kalian mengusir diri kalian sendiri?" tanyaku pada teman-teman sembari menyeka keringat.

"Loh, sudah tutup? Males, nih," jawab Filindo.

"Ya ga papa sih kalau mau lama-lama, tapi jualin telur-telurku, ya," balasku.

"Enak aja. Kami ini bukan asistenmu," protes Filindo.

"Lah, emangnya ini telur bisa jalan dan jualan sendiri ke pasar?" tanyaku ke Filindo sambil berkacak pinggang.

"Agus ga asik, ih," timpal Diah.

"Eh eh eh, pekebun satu ini berani mengusik aliansi peternak," balasku.

"Tau gitu aku ga akan bawain pisang," balas Diah sambil cemberut.

"Yah, Agus ga bakal dapat pisang lagi deh," goda Adit.

"Yah," seru Filindo.

"Dih, kalian kok kompak mojokin aku, sih," balasku dengan cemberut.

"Hahaha." Ketiga temanku tertawa bersamaan.

Teman-temanku masih tetap duduk di tempat mereka masing-masing. Tak ingin berlama-lama, aku berjalan menuju pintu sambil membawa dua box telur.

"Jadi, kapan kalian bubar?" tanyaku sekali lagi sambil menoleh ke arah mereka.

"Tunggu!" jawab mereka bertiga bersamaan.

Setelah keluar dan mengunci peternakan, kami berjalan bersama ke lift pertama.

"Aku pergi ke lantai 14, kembali ke peternakanku," kata Filindo.

"Aku juga mau kembali ke perkebunanku," balas Diah.

"Aku dan Adit akan ke lantai 41 untuk menjual telur-telur ini," sahutku.

Kami sudah sampai di depan lift. Karena lift belum tiba, aku mengusulkan untuk membahas sebentar tentang rencana kunjungan ke museum.

"Ada yang ingat, kapan kendaraan yang menuju ke museum ada?" tanyaku kepada tiga temanku.

"Hari Jumat," jawab Diah.

"Terus, berangkat jam berapa?" tanyaku lagi.

"Jam 08:20. Besok langsung aja pergi ke lantai 1," jawab Diah.

"Siap, Yang Mulia," jawab kami kompak sekaligus menunduk serempak.

Aku, Diah, dan Filindo sudah berteman sejak dari pendidikan dasar. Saat memasuki pendidikan kejuruan, kami harus berpisah karena latar belakang pendidikan keluarga kami. Anak yang lahir dari keluarga peternak ayam hanya boleh memilih kejuruan peternakan ayam. Begitu juga dengan profesi yang lain. Hal ini bertujuan agar di masa depan Flat tidak kekurangan orang dalam satu divisi tertentu. Pada pendidikan dasar tidak ada pengelompokan kejuruan karena hanya mempelajari hal-hal dasar. Hal-hal dasar itu di antaranya: membaca, berhitung, mempelajari satuan, dan lain-lain. Sedangkan pada pendidikan kejuruan terdapat materi khusus sesuai jurusan yang akan diambil. Misal, pendidikan kejuruan yang akan ditempuh adalah pendidikan kejuruan peternakan ayam. Dalam kejuruan peternakan ayam kita akan diajari tentang perilaku ayam, cara merawat ayam, cara mengembangbiakkan ayam, cara mengolah ayam, dan lain-lain. Lama pendidikan kejuruan sama dengan pendidikan dasar, yaitu enam tahun.

Tanpa terasa lift telah tiba di lantai ini. Kami berempat langsung masuk lift. Aku dan Adit berpisah dengan Filindo di lantai 14, disusul dengan Diah di lantai 23. Tersisa aku dan Adit yang akan turun di lantai 41. Tak lama, lift tiba di lantai 41 dan kami turun dari lift.

KATHAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang