Kami melakukan kegiatan beternak seperti biasa. Setelah satu jam berlalu, speaker peternakan berbunyi. Aku mendengar suara Bu Lastri dari speaker. Aku segera menuju pintu depan dan mempersilakan Bu Lastri untuk masuk. Bu Lastri berkata bila dirinya ingin membeli telur. Tanpa basa basi, Adit dan Ibu memunguti telur dengan cepat. Bu Lastri juga berkata bila dirinya memang sengaja datang ke sini karena tidak ingin pelanggannya ketakutan akibat kedatanganku dan Adit nanti.
Aku menyodorkan barcode kepada Bu Lastri. Setelah melakukan transaksi, Bu Lastri memberikan tasnya kepadaku. Aku menuju kamar mandi dan memasukkan telur-telur yang sudah dicuci oleh Adit dan Ibu. Selesai memasukkan semua telur, aku kembali ke Bu Lastri. Bu Lastri pamit dan meninggalkan peternakanku. Waktu terus berjalan, pekerjaan di peternakan juga hampir selesai. Kami akan meninggalkan peternakan sebentar lagi.
"Dit, kayanya teknik Cak Damar itu akan efektif kalau pakai senjatanya yang unik itu. Apa kamu kenal dengan pengguna pisau lain dalam organisasi anti teroris?" ujarku ke Adit.
"Iya, aku kenal. Orangnya ada di sini, kok," jawab Adit.
"Kamu kok sombong banget, sih! Mentang-mentang jadi seniorku," balasku sembari cemberut.
"Woi! Orang itu bukan aku."
"Terus siapa? Ibu?"
"Iya. Bahkan, Bu Tanti adalah pengguna pisau terbaik dalam organisasi anti teroris."
"Apa yang kamu bicarakan dengan Agus, Dit?" sahut Ibu tiba-tiba.
"Agus bertanya tentang pengguna pisau dalam organisasi. Lalu, saya jawab kalau Bu Tanti adalah pengguna pisau terbaik dalam organisasi," terang Adit.
"Bu, bisa ajari aku cara bertarung menggunakan pisau?" tanyaku ke Ibu.
"Nanti saja waktu kita di rumah. Tapi, apa nyeri bahumu sudah sembuh?" balas Ibu.
"Hanya terasa sedikit sakit, tidak masalah."
Kami meninggalkan peternakan dan berjalan bersama menuju lift. Kami semua masuk saat lift berada di lantai ini. Aku dan Ibu berpisah dengan Adit di lantai 71. Lalu, kami melanjutkan perjalanan sampai rumah. Sesampainya di rumah, Ibu menyuruhku untuk berdiri di ruang tamu. Ibu masuk ke kamarnya selagi aku menunggu. Selang beberapa menit, Ibu membawa sebuah pisau dari kayu. Aku sependapat dengan ucapan Adit, sepertinya Ibu memang spesialis dalam bertarung menggunakan pisau. Aku mengambil kesimpulan ini dari kunjunganku ke rumah Cak Damar kemarin. Cak Damar sangat ahli menggunakan senjata kayu unik miliknya. Aku juga yakin kalau Ibu juga ahli dengan senjata kayu miliknya itu.
Ibu mengajariku tentang prioritas target bagian tubuh ketika ingin membunuh manusia. Prioritas tersebut di antaranya: memotong leher, menusuk jantung, menebas leher, dan menebas lutut. Pertama, memotong leher adalah cara paling ampuh untuk membunuh manusia. Tubuh manusia akan berhenti bergerak saat otak terputus dengan badan. Kedua, menusuk jantung juga efektif untuk membunuh manusia walau tidak secepat memotong leher. Jantung adalah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung juga termasuk organ yang bekerja dalam sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah memiliki peran untuk mengantarkan beberapa zat ke seluruh tubuh, termasuk juga oksigen. Dengan menghentikan pasokan oksigen ke otak, manusia akan kehilangan kesadaran dan berujung pada kematian.
Ketiga, menebas leher tidak terlalu buruk tapi juga tidak terlalu baik. Leher menjadi sasaran yang bagus karena di sana terdapat pembuluh darah yang besar. Selain pembuluh darah, tenggorokan dan kerongkongan bisa kena dengan melukai leher. Luka pada leher tidak serta merta mematikan, tergantung seberapa dalam luka yang diterima musuh. Sebagian besar musuh yang memiliki luka pada leher juga mudah untuk ditangkap. Mereka mudah ditangkap akibat kombinasi kehilangan darah dan terganggunya sistem pernapasan. Terakhir adalah menebas lutut. Menebas lutut adalah hal yang cukup merepotkan karena umumnya kaki sulit untuk dijangkau dengan pisau. Tapi, menebas kaki menjadi alternatif untuk membuat lawan tidak melarikan diri. Minimal, musuh melarikan diri dengan terseok-seok.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATHAH
Mystery / ThrillerSeorang pemuda kebingungan tatkala melihat sebuah gambar. Gambar seekor hewan yang tak memiliki kemiripan dengan ketujuh jenis hewan yang hidup di lingkungannya. Bersama dengan ketiga temannya, ia pergi menuju sumber pengetahuan untuk mengungkap gam...