Setelah berpidato layaknya seorang pemimpin, aku memberikan anak ayam kepada masing-masing temanku. Citra melirik ke bawah ketika menerima anak ayam yang kuberikan.
"Maaf, Gus," ucap Citra pelan.
"Sudahlah, memang aku aja yang berlebihan," balasku seadanya.
"Kita bergegas pulang. Jika air di rumah terbukti mengandung bakteri tetani, kita bisa segera menuju grup air," kata Filindo.
Kami semua kembali menuju lift. Untungnya, kami bisa mengejar lift kedua. Aku dan Diah berpisah dengan Adit, Filindo, dan Citra di lantai 71. Aku dan Diah memacu kaki agar lekas menuju rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, aku meminta Ibu untuk memegangi sebentar anak ayamku. Aku bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil segelas air. Selesai mengambil segelas air, aku menghubungi teman-temanku kalau aku sudah siap untuk melaksanakan uji coba. Setelah semua temanku memberi pesan bila mereka sudah siap, aku mencucukan air ke anak ayam tadi dengan sedotan kecil.
Aku mengamati anak ayam itu, seperti yang sudah dijelaskan Citra. Citra berkata jika anak ayam ini mati setelah sepuluh menit, berarti air dalam rumah telah terkontaminasi. Setelah terbukti aman, dia menyarankan untuk segera menyimpan air yang nanti digunakan untuk minum. Citra juga berkata jika setiap kali ingin menggunakan air, pastikan untuk memeriksanya dengan meminumkan sedikit air ke anak ayam tadi. Sepuluh menit telah berlalu dan anak ayamku masih hidup. Aku segera mengabari teman-temanku yang lain. Mereka juga memberitahukanku bila anak ayam mereka masih hidup. Syukurlah, air di rumah masih aman. Selanjutnya, aku mencari botol kosong dan mengisinya dengan air. Kuletakkan botol-botol tadi di atas meja makan agar bisa digunakan dengan cepat.
Bila tidak dicampur dengan bahan lain, baik air keran atau air kamar mandi sama-sama bisa diminum langsung. Semua air dalam Flat didapat melalui fusi atom hidrogen dan oksigen, bukan melalui pemurnian air. Dengan begitu, bisa dipastikan bila air dalam Flat itu adalah air murni.
Kemudian, aku mencari bak untuk wadah anak ayam ini. Aku juga menambahkan handuk kecil sebagai penghangat anak ayam ini. Aku memutuskan untuk pergi ke peternakan lagi. Ibu ikut bersamaku kali ini. Aku dan Ibu membawa box andalan kami masing-masing. Setelah itu, kami keluar rumah dan berjalan bersama ke lift. Saat sampai di depan rumah Diah, Bu Sri mengajak kami masuk.
"Kalian ingin ke peternakan, 'kan?" tanya Bu Sri.
"Iya, Tante," jawabku.
Bu Sri menggeleng-gelengkan kepala. "Percuma, saat ini lift penuh dengan manusia," balas Bu Sri.
Ibu memegang dagu sesudah mendengar ucapan Bu Sri. "Hmm, mereka pasti berbondong-bondong ke grup air," sahut Ibu.
"Bu, bagaimana kalau kita beritau tentang cara kita ini?" tanyaku ke Ibu.
"Sebaiknya jangan, Gus," ucap Diah sambil mengerutkan alis.
"Ada apa? Bukankah dengan begitu orang-orang tidak akan berbondong-bondong ke grup air?" tanyaku kebingungan.
"Akan ada banyak permintaan anak ayam dan anak bebek yang berpotensi menjadi kekacauan baru," terang Diah.
"Kekacauan? Bagaimana bisa?" Aku makin bingung dengan penjelasan Diah barusan.
"Saat ini, mengorbankan hewan lain untuk mengetahui kandungan air adalah hal yang paling efektif. Aku takut bila orang-orang akan membeli anak ayam dan anak bebek tanpa berpikir panjang," jelas Diah lagi.
"Tapi, cepat atau lambat orang-orang akan melakukan cara seperti kita ini," tambah Bu Sri.
"Ya, saya paham. Kami permisi dulu," kataku ke Bu Sri.
Kami meninggalkan rumah Diah dan melanjutkan perjalanan menuju lift. Aku melihat dari kejauhan banyak orang yang sedang mengantre sambil membawa botol minum. Ada juga beberapa orang yang membawa galon di antara mereka. Ketika lift datang, kami tidak merasa bila gerombolan orang yang sedang mengantre ini berjalan. Sepertinya sudah tidak ada ruang yang tersisa untuk masuk ke lift. Aku juga mendengar keributan yang aku duga berasal dari pintu lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATHAH
Misterio / SuspensoSeorang pemuda kebingungan tatkala melihat sebuah gambar. Gambar seekor hewan yang tak memiliki kemiripan dengan ketujuh jenis hewan yang hidup di lingkungannya. Bersama dengan ketiga temannya, ia pergi menuju sumber pengetahuan untuk mengungkap gam...