Lift yang kutunggu telah sampai. Aku bertemu dengan Diah dalam keramaian lift. Aku merasa seseorang menyenggol perutku.
"Kenapa alismu mengerut? Mikirin sesuatu?" tanya Diah yang juga melihatku dengan mengerutkan alis.
"Aku ga ketemu langganan telurku dua hari ini," jawabku.
"Sibuk mungkin," ucap Diah sembari mengangkat kedua bahunya.
"Aku pikir juga begitu. Aku datang ke kedainya dua hari berturut-turut dan tutup."
Lift yang kami naiki tiba di lantai 71. Kami turun dan berjalan pulang bersama. Tak terasa kami sudah di depan rumah Diah.
"Besok jangan telat, loh," kata Diah sambil menunjukku.
"Aku akan pasang alarm jam 2 pagi kalau perlu," sahutku.
"Mau ngapain jam 2 pagi? Patroli?" Diah seketika menyilangkan kedua lengannya.
Aku memperagakan gerakan mencabut pisang. "Mau mencuri pisang-pisangmu."
"Aku bilangin ke bapakku nanti."
"Guyon-guyon, aku pastikan ga akan terlambat untuk besok."
Setelah berpisah dengan Diah, aku pulang sambil memikirkan tentang keberadaan Pak Tedjo. Setelah berjalan sebentar, akhirnya aku sampai di rumah. Kulihat Ibu yang sedang menunggu panci. Aku menuju kulkas dan meletakkan sisa telur yang belum terjual.
"Gus, nanti malam sama besok makan ayam, ya," kata Ibu.
"Iya, Bu. Apa yang Ibu masak akan aku makan, kok," balasku.
"Habis ini kamu langsung mandi!"
Setelah itu, aku lekas mandi. Selesai mandi dan berpakaian, aku berbaring di kasur. Karena capek, tanpa sadar aku melenggang ke alam mimpi. Ibu membangunkanku, lalu menyuruhku untuk makan malam. Dengan setengah sadar aku berjalan menuju meja makan. Kesadaranku seketika pulih setelah melihat ayam goreng. Aku mempercepat langkahku ke meja makan.
Aku duduk sambil menghadap sepiring ayam goreng. "Hmm, ayam goreng," ujarku seraya mencium bau ayam goreng dari dekat.
"Makan yang banyak dan istirahat yang cukup karena besok kamu pergi ke museum," ucap Ibu sambil duduk juga.
"Makasih, Bu," balasku singkat.
Setelah makan malam dan cuci piring, aku langsung menuju kamar untuk istirahat.
Aku bangun dari isapan dunia mimpi. Aku mendapati jam yang menunjuk pukul tujuh pagi. Hal pertama yang kulakukan adalah mengecek daya baterai tablet dan ponsel. Kulihat baterai ponsel sisa 61 persen dan tablet masih 76 persen. Aku pergi mandi setelah memasangkan charger ke masing-masing perangkat. Setelah mandi, aku ke meja makan untuk sarapan.
"Nih, ayam goreng."
"Makasih, Bu."
"Jangan lupa baterai perangkatmu, isi sampai penuh!"
"Sudah aku isi dari jam tujuh."
Setelah sarapan dan cuci piring, aku mengambil sebuah tas. Aku mengemasi tabletku dan bersiap untuk berangkat. Ibu membawa box andalannya untuk wadah daging ayam. Ibu juga membawa satu box telur milikku. Kemudian, aku dan Ibu berjalan menuju lift. Ketika kami sampai di rumah Diah, Bu Sri tampak keluar rumah sambil membawa kantong kresek yang berisi sampah.
"Pagi, Bu Tanti. Pagi, Agus," sapa Bu Sri.
"Pagi, Tante Sri," balasku.
"Diah sudah berangkat duluan ke lift, Gus."
"Iya, ini kami mau nyusul Diah. Duluan ya, Tante."
"Hati-hati."
Sebentar kami berjalan, aku dan Ibu sampai di depan lift. Kami bertemu dengan Diah yang sudah berdiri di dekat lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATHAH
Mystery / ThrillerSeorang pemuda kebingungan tatkala melihat sebuah gambar. Gambar seekor hewan yang tak memiliki kemiripan dengan ketujuh jenis hewan yang hidup di lingkungannya. Bersama dengan ketiga temannya, ia pergi menuju sumber pengetahuan untuk mengungkap gam...