Aku duduk dalam salah satu kendaraan dari empat kendaraan yang dikerahkan dalam penyerangan ke markas teroris. Kulihat Pak Satya yang sedang memandangi laptopnya sejak masuk kendaraan. Aku penasaran, bagaimana cara menemukan markas teroris di hamparan padang pasir yang luas ini? Aku bertanya kepada Pak Surya tentang hal itu.
Dulu saat Pak Surya dan temannya berkeliling, mereka menemukan sebuah frekuensi aneh dari dalam tanah. Pak Surya keluar dan menanamkan sebuah sebuah alat yang bisa memancarkan gelombang radio untuk menandai tempat itu. Ketika kembali, dirinya terkejut dengan pengakuan dari temannya. Temannya berkata bila dirinya menemukan sebuah sistem bawah pasir yang tak jauh dari kendaraan. Sistem ini mirip seperti dalam Flat, hanya saja skalanya lebih kecil. Teman Pak Surya sangat yakin kalau itu adalah markas dari teroris. Sejak saat itu, Pak Surya rutin untuk menanam alat pemancar gelombang radio di luar Flat hingga membentuk sebuah lintasan. Pak Surya menanamkan alat itu satu persatu dengan hati-hati dan waspada. Jarak antar pemancar kira-kira tiga meter. Butuh waktu berbulan-bulan untuk menanamkan alat itu sampai membentuk sebuah rute. Ada total 18 pemancar yang sudah ditanam oleh Pak Surya untuk membuat rute ini.
"Kita berhenti di sini. Akan berbahaya bila kita dekat dengan pintu masuk," kata Pak Satya.
"Baiklah. Pak Satya bisa terhubung ke dalam sistem bangunan ini?" tanya Pak Margo.
"Bisa, Pak. Beri saya waktu untuk menyusup dalam sistem mereka," jawab Pak Satya.
"Oke. Saya akan perintahkan beberapa petugas untuk menyisir area depan sana sembari menunggu sistem selesai direntas."
"Saya akan ikut membantu Pak Satya," sahut Citra.
"Terima kasih," balas Pak Margo.
Citra berpindah duduk ke sebelah Pak Satya. Pak Margo memberi komando melalui alat komunikasi milik divisi keamanan. Tak lama, kulihat beberapa petugas dari divisi keamanan yang mengenakan baju khusus berada di luar kendaraan. Mereka berpencar dan mencari sesuatu dengan menggunakan alat detektor logam. Setelah beberapa menit, salah satu dari mereka memanggil yang lain. Orang yang memanggil itu menunjuk ke arah bawah. Kini, mereka menggali pasir dengan tangan kosong bersama-sama. Kuharap mereka tidak menemukan bom atau sejenisnya. Kemudian, salah satu dari mereka kembali ke kendaraan.
"Sebuah logam yang lebar?" tanya Pak Margo melalu alat komunikasi.
"Itu adalah lift untuk menuju ke markas teroris," jawab Pak Surya.
"Pak Margo, kami sudah berhasil menyusup ke dalam sistem dari markas teroris. Kita bisa masuk kapan saja bila sudah siap," sahut Pak Satya.
"Suruh semua petugas yang ada di luar untuk kembali. Kita akan masuk dalam markas teroris," ucap Pak Margo ke alat komunikasi.
Semua petugas yang ada di luar kembali ke kendaraan. Setelah itu, sebuah ruangan keluar dari bawah pasir. Kendaraan yang aku naiki masuk ke ruangan itu. Sebentar kami menunggu, kami sampai di dalam markas para teroris. Lift kembali naik. Tak lama, sebuah kendaraan dari divisi keamanan masuk. Pak Margo meminta kami untuk menunggu sebentar sampai semua unit kendaraan masuk. Aku mendengar Pak Satya menekan tombol keyboard berulang dengan cepat. Bersamaan dengan itu, aku juga tidak merasa kalau lift yang ada di belakang kami sedang beroperasi.
"Pak Margo, kita dalam masalah!" ucap Pak Satya dengan panik.
"Ada apa?" tanya Pak Margo.
"Lift ini tidak memiliki daya untuk beroperasi lagi," jawab Pak Satya.
"Jadi, hanya dua regu saja yang berhasil masuk ke sini?" tanya Pak Margo sembari mengerutkan alis.
"Benar, Pak," jawab Pak Satya lagi sambil mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATHAH
Mystery / ThrillerSeorang pemuda kebingungan tatkala melihat sebuah gambar. Gambar seekor hewan yang tak memiliki kemiripan dengan ketujuh jenis hewan yang hidup di lingkungannya. Bersama dengan ketiga temannya, ia pergi menuju sumber pengetahuan untuk mengungkap gam...