Aku bangun karena merasa tubuhku bergoyang. Aku mendapati Ibu yang sedang berdiri di samping kasur. Aku langsung turun dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah mandi dan berpakaian, aku menuju meja makan untuk sarapan. Kulihat dua ayam goreng yang sudah tersaji di atas meja. Selain itu, ada tiga kota makan berwarna biru di atas meja.
"Gus, masing-masing kotak makan itu berikan ke Adit, Diah, dan Filindo," ucap Ibu sambil mencuci peralatan masak.
"Iya, nanti aku berikan," jawabku sembari mengangguk.
"Nanti kita berpisah di lantai 46, Ibu mau benerin ponsel lagi."
"Iya, Bu."
Setelah selesai sarapan, aku dan Ibu bersiap untuk pergi ke tempat tujuan masing-masing. Selain membawa box, aku juga membawa tas guna mengangkut hadiah untuk Adit, Diah, dan Filindo. Kemudian, kami pergi bersama menuju lift pertama. Sesampainya di dekat lift pertama, kami bertemu Diah.
"Pagi, Diah," sapaku ke Diah.
"Pagi, Gus. Pagi, Tante Tanti," balas Diah.
"Pagi." Ibu membalas sapaan Diah secara singkat.
Aku membuka tas dan mengambil sebuah kotak makan. "Eh, ini ada sesuatu buat kamu," ucapku sambil memberikan kotak makan.
Diah sedikit terkejut melihat kotak makan yang kuberikan. "Apa isinya?" tanya Diah sambil menerima kotak makan.
"Buka aja."
Diah melongo sebentar sesudah membuka kotak makan yang sudah kuberikan.
"Wah, ayam goreng. Dalam rangka apa kamu ngasih ini?" tanya Diah dengan semangat.
"Kamu kemarin sudah bantuin Agus jual telur. Itu sedikit rasa terima kasih dari saya," jawab Ibu.
"Makasih, Tante. Makasih, Gus," balas Diah sambil tersenyum lebar.
Lift tiba di lantai ini, kami bertiga masuk lift. Kami bertemu dengan Adit di dalam Lift. Adit memalingkan wajah ketika aku menatapnya. Aku membuka tasku lagi dan mengambil kotak makan untuk Adit.
"Nih, Dit. Ada sesuatu buat kamu," ucapku sambil menyodorkan kotak makan ke Adit.
"Huh," jawab Adit ketus sambil mengambil kotak makanku.
"Kalian ini! Bukannya saling sapa malah berantem!" cibir Diah.
"Bosen," balas Adit singkat.
"Kenapa kamu, Dit?" tanyaku ke Adit.
"Ga papa." Adit menjawab pertanyaanku dengan cemberut.
"Ngomong-ngomong, kemarin Tante Tanti pergi ke mana?" tanya Diah ke Ibu.
"Kemarin saya pergi ke lantai 46 karena ponsel saya rusak," jawab Ibu.
"Oh, gitu," balas Diah.
Kami berpisah dengan Ibu di lantai 46. Saat lift berhenti di lantai 41, aku melihat seseorang yang memakai seragam berwarna cokelat.
"Kenapa orang dari divisi keamanan datang ke sini?" tanya Diah.
"Itu artinya kejadian kemarin ada hubungannya dengan para teroris," jawabku.
"Kamu yakin banget kalau kematian Pak Tedjo adalah ulah teroris."
"Memangnya apa lagi kalau bukan itu?"
Aku melirik ke arah lain dan mendapati Filindo. Filindo juga menemukan kami yang masih berada di dalam lift. Dia lantas menggerakkan tangan, seperti memberi isyarat kepada kami untuk ikut dengannya. Diah tiba-tiba merangsek kerumunan lift dan turun dari lift. Melihat hal itu, aku dan Adit juga memutuskan untuk turun dari lift. Kami berjalan bersama ke arah Filindo.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATHAH
Mystery / ThrillerSeorang pemuda kebingungan tatkala melihat sebuah gambar. Gambar seekor hewan yang tak memiliki kemiripan dengan ketujuh jenis hewan yang hidup di lingkungannya. Bersama dengan ketiga temannya, ia pergi menuju sumber pengetahuan untuk mengungkap gam...