Lampu yang awalnya menyala putih berubah menjadi menyala merah. Sebuah senyuman perlahan mengembang pada wajah Pak Chandra.
"Dia datang, dia datang!" seru Pak Chandra dengan gembira.
"Siapa, Bos?" tanya gadis bermasker kepada Pak Chandra.
"Musuh abadi saya. Biarkan dia kemari, jangan lukai dia!"
Gadis itu pergi ke arah lift. Sepertinya dia akan menemui penyusup yang sedang masuk. Timbul pertanyaan di benakku, siapa orang gila yang berani masuk ke markas teroris ini? Lalu, mengapa Pak Chandra tidak melawan penyusup ini? Apakah si penyusup sudah mengunjungi markas ini berkali-kali?
Setelah menunggu beberapa menit, gadis itu datang bersama seorang Bapak. Bapak ini terlihat seumuran dengan Pak Chandra. Dia mengenakan kaus biru gelap. Terdapat sebuah golok yang terselempang di pinggangnya. Setibanya di hadapan Pak Chandra, Bapak itu menatap tajam ke arah mata Pak Chandra.
"Apa yang kamu lakukan kepadanya?" tanya Bapak itu.
"Hanya memberinya makan malam yang berkesan," jawab Pak Chandra santai.
Bapak itu melihat ke arah ruanganku dan Adit sebentar. Lalu, dia beradu pandang lagi dengan Pak Chandra. Tangan pria itu gemetaran, wajahnya terlihat tegang. Satu hal yang tidak kumengerti, mengapa Bapak itu nekat datang kemari sendirian?
"Sepertinya mereka tidak apa-apa," ucap Bapak misterius itu.
"Benar, 'kan? Ngomong-ngomong, bagaimana dengan rencanamu yang itu? Apa ada kemajuan?" tanya Pak Chandra bertubi-tubi.
Bapak itu memalingkan wajahnya dari Pak Chandra. "Tidak ... belum," balas Bapak itu dengan ragu-ragu.
"Jadi, apa kamu menyerah dan memutuskan untuk bergabung bersamaku?" tanya Pak Chandra.
"Jawabanku tetap sama. Aku tidak akan bergabung denganmu!" jawab Bapak itu dengan tegas sembari menatap Pak Chandra kembali.
"Aku berharap kamu sadar bila semua angan-anganmu itu sia-sia," ucap Pak Chandra sesudah membuang napas panjang.
"Melenyapkan semua manusia di Bumi juga belum tentu menyelesaikan masalah ini. Bagaimana jika tindakanmu itu tidak menyelamatkan Bumi dan malah membuatnya seperti Mars?" cerca Bapak misterius itu.
"Lalu, butuh berapa dekade untuk mengembalikan semua ini ke sedia kala dengan idemu itu?" tanya Pak Chandra dengan serius.
"Aku tidak bisa perkirakan. Tapi, kita masih bisa melihat hasilnya daripada memusnahkan semuanya."
Pak Chandra mengembuskan napas panjang sekali lagi. Wajahnya juga terlihat kecewa. Dia berjalan menuju ruanganku dan membuka pintu.
"Kalian berdua keluar," kata Pak Chandra dengan lesu.
"Kenapa tidak membuka pintu ini dengan kunci?" tanya Adit.
"Buat apa? Anak buah Surya pasti jago membobol gembok."
Kemudian, Pak Chandra menuju ruangan Pak Sakti dan Pak Joko. Setelah membuka pintu, Pak Sakti dan Pak Joko keluar dari ruangan itu.
"Ah, hampir kelupaan. Tolong kembalikan box dia," kata Pak Chandra kepada gadis bermasker.
"Baik, tunggu sebentar." Gadis itu pergi setelah mendapat perintah dari Pak Chandra.
"Mengapa Anda melepaskan kami semua?" tanyaku.
"Memangnya, bapakmu ke sini untuk tamasya? Sudah pasti dia akan menyelamatkan anaknya," jawab Pak Chandra.
Mataku seketika terbelalak ketika mendengar hal itu. "Bapak? Jadi dia–"
KAMU SEDANG MEMBACA
KATHAH
Mystery / ThrillerSeorang pemuda kebingungan tatkala melihat sebuah gambar. Gambar seekor hewan yang tak memiliki kemiripan dengan ketujuh jenis hewan yang hidup di lingkungannya. Bersama dengan ketiga temannya, ia pergi menuju sumber pengetahuan untuk mengungkap gam...