Bagian 26: Tempat Pemisahan Benda Kecil

63 32 6
                                    

"Gus, kamu coba bajumu dulu sembari nunggu hidangan makan malam."

"Iya, Bu."

Aku membuka bungkusan plastik hitam ini. Aku mendapati sebuah kemeja lengan panjang berwarna kuning dengan bahan yang agak tebal. Ukuran baju ini pas dengan badanku saat kucoba. Selesai mencoba, kutanggalkan kembali dan melipatnya dengan rapi. Telur krispi sudah tersaji di atas meja. Sambil makan, aku mendengarkan penjelasan dari Ibu.

Ibu menerangkan tentang mesin fisi atom. Mesin fisi atom adalah mesin yang dapat memecah ikatan senyawa kimia. Sebagai contoh, mesin fisi atom dapat memecah karbondioksida menjadi karbon dan oksigen. Mesin ini seperti pipa yang terhubung, mirip seperti huruf 'm'. Bagian tengah mesin ini adalah tempat pemecah senyawa kimia. Bagian kiri mesin adalah tempat senyawa yang akan diolah. Sedangkan bagian kanan adalah tempat senyawa yang sudah diolah. Cara mengoperasikan mesin ini adalah dengan memasukkan dua tabung khusus yang sudah berisi karbondioksida ke dalam tabung sebelah kiri. Setelah itu, mesin bagian tengah akan mengambil dan memproses senyawa yang sudah dimasukkan. Selesai memproses, senyawa yang sudah dipecah akan disalurkan ke tabung bagian kanan.

Ibu juga menerangkan kalau tugas kami besok adalah mencari tau apa yang terjadi sesudah mesin fisi atom mendapatkan karbon. Kami mengawasi dari pertama kali karbon keluar dari mesin sampai bagaimana karbon bisa di ambil alih oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Selesai makan malam, aku mencuci piring di wastafel. Selesai mencuci piring, aku menuju kamar dan tidur. Entah siapa pun yang akan kuhadapi besok, aku tidak boleh ragu!

Aku bangun dan membuka ponsel. Kulihat jam menunjukkan pukul setengah tujuh. Aku berdiri dan melakukan peregangan sebentar. Setelah itu, aku menuju kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi dan berpakaian, aku menuju meja makan untuk sarapan. Kulihat dua piring telur krispi di atas meja makan. Sepertinya, tidak ada pilihan lain selain makan telur. Lagi pula, kemarin juga sedang terjadi krisis yang menyebabkan daging dan tepung menjadi incaran banyak orang.

Selesai sarapan, aku diminta Ibu untuk mengambil dua box telur dan membawanya ke meja makan. Ibu memasukkan dua baju yang akan kami gunakan nanti. Ibu juga memberiku pisau untuk menjaga diri saat menjalankan misi. Kemudian, kami keluar bersama dan berjalan ke arah lift. Saat sampai di depan rumah Pak Tirta, kulihat Pak Tirta dan Bu Sri yang sedang bersiap-siap.

"Pagi, Om. Pagi, Tante," sapaku kepada Bu Sri dan Pak Tirta.

"Pagi, Gus," jawab mereka kompak.

"Loh, Bu. Mau pergi ke mana?" tanya Ibu ke Bu Sri.

"Mau ke kebun. Bapak ikut dengan kalian, saya yang gantian ngurusin kebun," jawab Bu Sri.

"Astaga, saya sampai lupa kalau Bu Sri ini pekebun pisang," balas Ibu sembari tersenyum miring.

"Itu yang tiap hari ke peternakan sombong juga," balas Bu Sri sambil tersenyum miring juga.

"Hahahaha." Ibu dan Bu Sri tertawa bersama.

"Ayo, Ibu-Ibu. Ngerumpinya besok-besok aja, ya," sela Pak Tirta.

Kami berempat melanjutkan perjalanan menuju lift. Setelah menunggu sebentar, lift tiba di lantai ini. Kami berempat masuk lift. Kulihat Adit yang ada di dalam lift.

"Bu Sri mau pergi ke mana?" tanya Adit.

"Saya mau pergi ke kebun. Kenapa, Dit?" balas Bu Sri.

"Loh, Bu Sri pekebun pisang?" tanya Adit sambil memundurkan kepalanya sedikit.

"Iya, Dit. Saya lulusan kejuruan pekebun pisang," jawab Bu Sri.

"Wah, saya baru tau kalau Bu Sri lulusan kejuruan pekebun pisang," tambah Adit.

KATHAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang