20. Hujan Sore Itu

14.8K 1K 30
                                    

Hanya cuplikan Bab 20. Part lengkap bisa dibaca di KBM app. Sudah sampai bab 22.

Syuting hari ini belum selesai. Setelah ini, syuting akan pindah lokasi di Semarang kota.

"Sudah sore. Kau tidak usah ikut, biar Pak Parlan yang menemaniku. Aku antar kau pulang sebelum ke lokasi syuting," kata Galang. Aku mengiyakan, perjanjiannya memang begitu aku hanya akan mendampinginya di jam normal kantor karena aku harus menjemput Rania.

Hujan masih turun, bahkan semakin menderas. "Sebentar Pak, ada yang ketinggalan." Aku baru teringat meninggalkan payung di gazebo dekat tempat syuting tadi. Setengah berlari menghindari hujan aku menuju gazebo dan mengambil payung.

Ketika aku datang dengan payung yang sudah terbuka lebar di bawah guyuran hujan, kulihat Galang sudah menungguku di depan resto.

"Darimana? Kenapa basah?" tanya Galang, ia memperhatikan pakaianku yang sedkit basah terkena air hujan tadi.

"Saya mengambil payung Pak, ketinggalan di gazebo tadi."

"Kenapa tak bilang, kau bisa minta Pak Parlan mengambilnya."

Belum lagi aku menjawab, Malya datang menyambar payung yang kupegang. "EH makasih lho udah dibawain payung."

Tangannya ia lingkarkan pada lengan Galang, lalu melenggang, "Yuk jalan!"

Galang menoleh ke arahku tapi seperti tak kuasa menghentikan Malya yang ikut menarik lengannya.

"Tunggu aku," katanya.

Sementara aku hanya terdiam mematung melihat mereka berlalu.

"Kenapa kau hujan-hujanan? Kenapa tidak berteduh," sebuah suara menyadarkanku. Ternyata sedari tadi aku berdiri di bawah guyuran hujan. Tapi kali ini seseorang telah memayungiku. Aku menengadah melihat si pemilik suara.

"Arman, kenapa di sini?"

"Aku ada acara kantor. Kau sendiri?"

"Sama."

"Kau pucat sekali, bawa baju ganti?"

Aku menggeleng.

Arman membimbingku menepi ke teras resto yang beratap. Ia lalu menutup payungnya.

"Pekerjaanmu sudah selesai?"

Aku mengangguk.

"Kuantar pulang."

"Bosku menunggu di mobil.."

"Katakan padanya, kau akan pulang bersamaku."

Aku menurut. Kurasa memang lebih baik aku pulang bersama Arman saat ini. Segera kuambil ponsel dari tas, mengirim sebuah pesan whatss app.

Langsung saja ke lokasi syuting Pak. Saya sudah ada yang menjemput.

Dari kejauhan, kulihat Galang seorang diri di bawah payung, Malya sudah masuk ke dalam mobil.

Galang melihat ponselnya. Apakah membuka pesan dariku? Entahlah.

Beberapa detik kemudian, ia meletakkan ponselnya kembali di saku celana, tanpa membalas pesanku. Ia tetap berdiri tegak di sana dan sepertinya memandang ke arahku.

"Ganti bajumu dengan ini," suara Arman membuyarkan lamunanku. Sweater yang sedari tadi menempel di badannya, ia sodorkan padaku.

"Jangan menolak, kau bisa masuk angin," katanya lagi seolah tahu apa yang ingin kukatakan.

Tulis dong di kolom komen, kamu tim Arman atau tim Galang dan kenapaaah?  Jangan lupa follow author dan vote semua bab yesss.

Baca juga cerita saya yang lain "Merawat Istri Sang CEO"

Dijodohkan dengan Adik SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang