Setelah meminta pelayan resto membungkus makanan yang baru terjamah sedikit, Galang menyusul Kinara ke mobil.
Gadis itu membuang muka begitu ia membuka pintu.
"Flo...," panggil Galang setelah sekian lamanya mereka saling diam.
"Flo, kenapa...." Galang tak melanjutkan ucapannya, merasa tak enak karena ada Pak Said yang mendengar perbincangan mereka. Melanjutkan obrolan via chat mungkin lebih baik, pikirnya.
Ponsel Kinara berbunyi, ada notifikasi pesan masuk.
"Flo, marah?" Pesan pertama dari Galang, namun tak dipedulikannya. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak.
"Flo, maaf." Tak menyerah Galang mengirimkan pesan lagi.
"Flo, haloooo!"
"Flo, emang enak dicuekkin?"
"Flo, i love uuuu" - massage delete for every one. Klik!
Merasa brondongan notifikasi tak mampu menggoyahkan diamnya Kinara, akhirnya Galang bicara langsung kepadanya, "Flo, ponselmu bunyi, ada pesan masuk, kayaknya." Dari gue sih.
Kinara masih tetap diam.
"Flo, siapa tau ada orang mau kirim duit 100 juta!" Mulai ngelantur karena kehabisan ide, Kinara hanya menanggapinya dengan tatapan sinis.
Memangnya aku orang bodoh?
"Flo-"
"Cerewet amat, sih!" Kinara berbalik menatap Galang, ia mulai naik pitam. Tapi justru itu yang membuat Galang lega. Akhirnya, Flo-nya mau bicara juga.
"Buka hpnya, ya?" sebuah perintah yang lebih terdengar sebagai sebuah permohonan
Karena bosan dirongrong terus oleh Galang, Kinara mengalah, ia mengambil ponsel dari dalam tas, menyentuh layarnya untuk membuka pesan.
Ga ada yang penting juga!
Kinara melirik sekilas pada Galang, lalu meletakkan ponselnya kembali dalam tas.
Yaaah....
"Flo, bales," bisik Galang.
"Napa sih, Lang. Kamu cerewet banget, udah kek emak-emak. Diem! Aku lagi pengen menikmati kesunyian." Akhirnya Kinara membalas juga, membuat hati Galang lega.
"Butuh teman cerita, Flo?"
"Nggak, makasih!"
Galang mengembuskan napas, menoleh pada gadis keras kepala di sampingnya dan memilih tak lagi mendesak Kinara untuk bercerita.
Di kos, usai bebersih diri, Kinara mengambil ponsel barunya dari dalam tas. Di depan Galang tadi, ia seolah tak peduli, tapi sebenarnya excited juga. Sudah lama ia ingin mengganti ponselnya yang telah uzur. Namun tabungannya selalu terpakai buat ini dan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Adik Suamiku
RomanceDIJODOHKAN DENGAN ADIK SUAMIKU "Nadia, Arman, bagaimana kalau kalian menikah?" pinta ibu mertuaku penuh harap, tepat di hari masa iddahku usai. Menikah dengan Arman? Adik suamiku yang dingin itu? Bahkan setelah empat tahun kami hidup seatap di...