Jangan lupa follow dulu author, vote semua part, dan kasih komentar yang manis-manis. Semanis hubungannya Arman sama Nadia xixixi.
Pukul tiga lebih sedikit, selepas Ashar Arman menjemputku. Di mobil sudah ada Mama dan Bi Inah, rencananya mereka berdua plus Rania akan di drop di mall. Mama mau belanja sekalian ngajak Rania ke arena bermain yang ada di mall, katanya. Tapi kurasa sebenarnya Mama hanya cari alasan saja supaya aku dan Arman bisa pergi berdua.
"Selesai jam berapa Ma?" tanya Arman ketika mobil sudah menepi di depan pintu masuk mall.
"Ngga usah dijemput. Mama naik taxi pulangnya. Jadi kalian santai aja ya." Mama lalu turun diikuti Rania dan Bi Inah.
"Tapi jangan cepet-cepet pulang, kalian ngga bawa kunci kan?" Mama memamerkan kunci di tangannya sambil tersenyum penuh arti, sebelum menutup pintu mobil. Aku menghela napas pasrah.
"Dah Mamaaa..." Rania melambaikan tangan sesaat sebelum mobil melaju.
"Dadahhh... jangan rewel ya," pesanku.
"Maafkan Mamaku.." setelah beberapa saat lamanya hening di mobil, akhirnya Arman bicara.
"Beliau Mamaku juga," jawabku.
"Kamu keberatan?" tanya Arman.
"Ngga juga. Cuma aneh aja rasanya. Kamu adik Mas Arya..."
"Lalu?"
"Dulu bahkan kita tak pernah saling bicara.. Kurasa, kamu yang sangat menjaga jarak." Dari dulu aku sangat penasaran, mengapa Arman terkesan seperti menjaga jarak denganku. Sekarang aku ingin mendengar jawabannya.
"Kamu istri kakakku. Aku harus menjaga perasaannya dan.." Arman diam tak melanjutkan kalimatnya.
"Dan? Dan apa? Teman-temanku yang sudah menikah akrab dengan iparnya," kataku.
"Kita beda."
"Beda?" AKu ngga paham, apa beda yang dia maksud.
"Sudahlah, suatu saat kamu akan tahu. Sekarang aku belum mau membicarakannya. Oke?!"
Aku menarik napas panjang. Kesal, tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan rasa penasaranku.
"Ayo turun," katanya sambil melepas seat belt.
"Oh tunggu biar aku bukakan pintu untukmu."
"Ngga usah aku bisa buka sendiri!" jawabku kesal. Tapi ia keburu mengunci mobil dari luar dengan kunci remote.
Begitu sampai di pintu mobil sisi kiri, ia kembali memencet tombol unlock.
"Sok romatis!" kataku ketus ketika ia membuka pintu mobil.
"Apa?" tanyanya. Tidak dengar atau pura-pura tidak dengar. Entahlah.
"Nggak papa," jawabku. Masih dengan nada ketus.
Kami berjalan bersisian memasuki Café. Cafe yang cantik, desainnya elegan dengan pemandangan kota Semarang dari atas bukit.
Waitress menyodorkan buku menu, selembar kertas order dan balpoin. Ia lalu meninggalkan kami, membiarkan kami memilih-milih terlebih dahulu.
Aku memilih steak sapi dan jus strawberry, sementara Arman memesan chicken katsu dengan nasi, minumnya jeruk nipis hangat. Ngga usah banyak-banyak pesannya, biar cepat selesai, batinku. Aku juga memesan beberapa makanan untuk dibawa pulang.
Suasana terasa agak canggung saat waitress berlalu usai menerima kertas pesanan kami. Kami berdua sibuk dengan gawai masing-masing. Sebenarnya aku hanya pura-pura sibuk, karena bingung juga mau ngapain.
Sampai akhirnya minuman kami diantar oleh waitress aku baru kepikiran menanyakan sesuatu.
"Gimana kamu dan Mela?" tanyaku, akhirnya.
"Kemarin ibunya datang dan membatalkan perjodohan kami," jawabnya tenang. Aku yang kaget.
"Hah? Kenapa?"
"Ngga cocok wetonnya, katanya."
"Astaghfirulloh," aku menepuk keningku, merasa prihatin dengan kabar ini. Hanya gara-gara weton? Dalam budaya Jawa, weton adalah perhitungan hari lahir yang digunakan untuk merujuk ke ramalan tertentu. Sebenarnya tidak hanya sekali ini aku mendegar pasangan yang gagal menikah hanya gara-gara weton. Dulu, teman baikku pernah mengalami. Sudah cukup lama ia menjalin hubungan spesial dengan seorang laki-laki, keluarga juga sudah saling mengenal dan sudah membicarakan pernikahan. Tiba-tiba budhe dari pihak laki-laki menghitung weton mereka berdua dan katanya tidak cocok. Orang tua kedua pasangan memilih untuk tidak melanjutkan, karena percaya dengan omongan budhe kalau weton tidak cocok nanti bisa terkena masalah.
"Terus kamu bilang apa?"
"Ya sudah, oke," jawabnya ringan lalu meneguk jeruk nipis hangat pesanannya.
"Hah? Hanya itu?"
"Mama sudah bisa terima, jadi tidak ada yang perlu dibesar-besarkan lagi."
Mama.. lagi, apa laki-laki dewasa ini tidak punya keputusan sendiri? Aku menjadi geram.
"Kalau kamu cinta, harusnya kamu memperjuangkan," kataku menasihati.
"Aku jauh lebih mencintai Mamaku."
"Sekarang aku tanya," sedikit kucondongkan badan kepadanya yang duduk di depanku.
"Kalau Mama tetap bersikeras ingin kamu menikah denganku, apa kamu mau?"
"Mau," jawabnya cepat.
"Asal kamu bersedia," sambungnya.
"Kalau Mama memintamu menikahi perempuan lain?"
"Kupikir-pikir dulu."
"Kenapa?" tanyaku berusaha menutupi perasaan aneh yang muncul karena jawabannya tadi.
"Karena..." ia tampak berpikir.
"Kamu mamanya Rania, Mama sayang kamu, dan...."
Maaf ya reader, hanya bisa post sampai sini. Baca part lebih lengkap di KBM app atau di KaryaKarsa (tanpa instal aplikasi)
Judul KBM App: Dijodohkan dengan Adik Suamiku
Judul Karya Karsa: Bila Jodoh (https://karyakarsa.com/rahmi.aziza/)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Adik Suamiku
RomanceDIJODOHKAN DENGAN ADIK SUAMIKU "Nadia, Arman, bagaimana kalau kalian menikah?" pinta ibu mertuaku penuh harap, tepat di hari masa iddahku usai. Menikah dengan Arman? Adik suamiku yang dingin itu? Bahkan setelah empat tahun kami hidup seatap di...