"Man-tan?" sejenak Galang terusik dengan kata yang disebut Kinara barusan.
"Galak-galak gini punya mantan juga ya, hahaha."
"Kurang ajar!" Sebuah jitakan mendarat di kepala Galang.
Galang meredakan tawa. "Duduk di sana, Flo." Ditunjuknya meja kosong dengan dua kursi saling berhadapan yang ada di depan minimarket.
"Aku lelah mengejarmu tadi, kita duduk sebentar. Minum kopi, kan?"
Kinara mengangguk. Tanpa bertanya lagi, Galang masuk minimarket membeli dua cup kopi, sementara Kinara duduk menunggunya di depan minimarket. Masih mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru, ia terus mencari, siapa tahu sosok yang dilihatnya tadi muncul kembali.
"Kita cari lagi?" Galang meletakkan satu cup kopi di depan Kinara.
"Nggak usah, nggak penting!" Kinara mengambil kopinya.
"Kalau tidak penting, tak mungkin kau sampai berlari turun dari mobil."
Kinara menyeruput kopinya yang masih panas. Sejenak hening, dua insan itu sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Galang yang akhirnya pertama kali memecah kebisuan diantara mereka. "Kenapa putus?"
Kinara diam, lalu, "Lang, bukannya kamu mau pijet sebelum syuting jam dua ya?" mencoba mengalihkan pembicaraan. Lagipula ia tak enak hati kalau Bang Joel menunggu lama.
"Sudah kubatalkan, nanti saja setelah syuting." Meskipun sering bersama Kinara, kesempatan duduk berdua begini belum tentu selalu ada, Galang ingin memanfaatkan sebaik-baiknya.
"Kenapa putus, Flo?" Galang mengulangi pertanyaannya.
Kinara yang sedari tadi hanya menunduk sambil menggenggam cup kopinya erat mendongak menatap Galang. "Masih butuh bahan buat ngebully aku?"
"Astaga...." Galang mengusap wajah. "Di matamu aku seburuk itu?"
Kinara menarik napas panjang. Setelah beberapa detik menimbang-nimbang, ia baru mau bersuara, "Entahlah, ada wanita yang lebih baik dariku mungkin." Kinara jadi ingat lagi kejadian malam itu, saat ia memergoki Jagad bersama wanita yang memeluk tangannya mesra.
"Nanti kamu juga akan bertemu lelaki yang lebih baik. Butuh a shoulder to cry on?" Galang menepuk bahunya.
"Yang aku butuhin sasak tinju, Lang!" Jawaban sinis Kinara bikin Galang tergelak pelan.
"Boleh. Nih!" Disodorkan lengan berototnya, yang langsung disambut dengan sebuah kepalan tinju dari Kinara.
"Lebih kencang, Flo! Ayo!" tantang Galang.
Kinara menggeleng. "Cukup, Lang. Jangan-jangan kamu sengaja menjebakku, agar aku ditangkap polisi dengan pasal penganiyaan dan perbuatan tak menyenangkan, ya."
Tertawa sebentar, Galang lalu menggumam, "Siapa bilang tak menyenangkan?"
Kinara beranjak dari duduknya, tak terlalu memedulikan ucapan Galang. "Ayo kembali ke mobil. Kasihan Bang Joel menunggu lama."
"Habiskan kopi dulu, sebentar," cegah Galang, mencoba mengulur waktu. Padahal sewaktu Malya yang mengajak tadi, ia enggan.
"Kopiku sudah habis." Gadis itu menggoyang-goyangkan gelas kopinya lalu membuang ke tong sampah.
"Minum kopi itu dinikmati Flo, sedikit demi sedikit. Bukan kaya orang haus, glek-glek-glek-glek, habis."
Kinara tertawa, ia ingat, Randy teman lelakinya sesama penjual di pasar juga sering mengatakan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Adik Suamiku
RomanceDIJODOHKAN DENGAN ADIK SUAMIKU "Nadia, Arman, bagaimana kalau kalian menikah?" pinta ibu mertuaku penuh harap, tepat di hari masa iddahku usai. Menikah dengan Arman? Adik suamiku yang dingin itu? Bahkan setelah empat tahun kami hidup seatap di...