"Mbak Nadia ngobrol sebentar dong!" kata salah seorang wartawan yang sedari tadi nongkrong di depan rumahku.
"Maaf ya, saya mau jemput anak sekolah dulu, buru-buru.." aku menjawab sopan.
Arman yang berjalan di sampingku, membentangkan kedua tangannya, di belakang dan depanku agar aku terhalang dari wartawan yang ingin medekat.
"Mbak Nadia bener mbak pacaran sama Galang," salah seorang yang lain bertanya to the point.
"Oh, nggak.. kami sering bersama karena saya asisten dia selama di sini."
"Tapi mbak, kabarnya Galang juga sudah dekat ya sama anak mbak?"
"Kemarin Marini melabrak mbak, gimana ceritanya mbak?"
Pertanyaan mereka membabi buta, aku sampai bingung sendiri mau menjawab apa.
"Gini ya mas-mas, mbak-mbak, Nadia ini calon istri saya, jadi tidak ada hubungan apa-apa dengan Galang!" suara lantang Arman membuat mereka semua terdiam dan.. terhenyak nampaknya.
Kami lalu menerobos kerumunan wartawan dan masuk ke dalam mobil.
"Kenapa harus bilang gitu sih?" tanyaku setelah kami berada di dalam mobil, menuju sekolah Rania.
"Biar cepet beres! Kamu lihat sendiri kan, mereka langsung diam saat kubilang seperti itu."
"Iya, tapi kalau nanti jadi muncul gossip baru lagi gimana tentang kita?"
"Ya biar saja. Kita bukan artis, gossip itu akan boom sebentar lalu hilang lagi. Tinggal kamu aja mau beneran jadi istriku atau tidak!"
Spontan aku menoleh. Cukup lama aku menatapnya, tapi ia hanya fokus pada jalanan dan tak bicara apa-apa lagi setelah itu, hingga kami sampai di sekolah Rania.
***********
Dasar janda gatel
Ga rela banget kalo Galang malah jadian sama jandaa
Galang sama Malya aja plisss jangan sama janda itu.
Galang lebih cocok sama Malya atau Marini daripada si janda deh.
Ya ampuun jauh banget ini mah sama pacar Galang yang sebelumnya
Galang kesambet apa sih milih ni janda.
Masa sih Galang milih janda ini daripada Marini?!
Astaghfirulloh, dadaku terasa terbakar membaca komenan netijen di kanal gosip dan instagram Galang. Bahkan banyak juga yang sudah stalking instagramku dan meninggalkan komentar yang tak mengenakkan hati. Kebanyakan dari mereka mengomentari hubunganku dengan Galang, ada juga yang komen tentang gosip hamilnya Marini tapi nampaknya mereka masih tak percaya kalau Galang yang melakukannya, sebagian lagi memaklumi jikalau itu benar terjadi, sepertinya mereka sungguh fans berat Galang.
"Kenapa?" Arman tiba-tiba muncul dan duduk di sampingku, di sofa ruang tamu rumah Mama. Jangan-jangan, sedari tadi dia sudah memperhatikan raut wajahku yang aneh ketika membuka-buka ponsel.
"Ngg.. nggak apa-apa." Aku berbohong, takut kalau tahu aku dimaki-maki di socmed Arman akan bertindak lebih nekat dari pagi tadi yang mengatakan pada wartawan kalo aku calon istrinya, dengan melamarku saat ini juga misalnya. Ih mikir apa sih aku!
"Lihat!" dengan gerakan tiba-tiba ia merebut ponsel dari tanganku.
Ia lalu menggelengkan kepala dengan raut wajah yang nampak kesal. "Matikan kolom komentar di instagrammu!" katanya sembari memencet-mencet tombol di ponselku. "Kalau perlu hapus instagrammu sekarang!"
"Lebay! Sini!" aku merebut lagi ponselku dari tangannya. "Ngga sopan ngoprek-ngoprek HP orang!"
"Kamu mau kemana? Dinas luar kota?" tanyaku begitu melihat Arman membawa koper.
"AKu sudah sewa tempat kos."
AKu menoleh kaget, "Buat apa?"
"Buat tempat tinggalku selama kamu tinggal di sini."
"Lah kenapa harus ngekos sih? Nanti kalau Mama butuh kamu gimana?"
"Aku udah bilang sama Mama, dan Mama ngerti."
"Dari dulu juga kita udah tinggal di sini bareng ngga apa-apa."
"Kamu yang merasa ngga apa-apa," katanya lalu menghela napas. "Padahal bagiku apa-apa sekali..."
"Melihat perempuan yang aku sayangi bersama laki-laki yang juga sangat aku cintai."
Aku menatap Arman, ada kesedihan tersirat di matanya yang menerawang menatap lurus ke arah tembok.
"Aku takut kalau semakin sering kita bersama, semakin aku sayang, padahal kamu nggak."
Aku menelan ludah, tak tahu harus menanggapi bagaimana.
Ia lalu mengambil sesuatu dari kantong celananya.
"Buat kamu," katanya sembari menyodorkan kotak kecil transparan berisi cincin berwarna perak.
"Aku mau memberikannya padamu saat kelulusan SMA, tapi tak jadi." katanya.
"Tapi Man, aku..."
"Tolong terima. Kalau tak suka buang saja, jangan kembalikan padaku."
*******
Dear reader, di wattpad mulai bab 11-seterusnya hanya saya posting cuplikan ya, silakan baca di KBM app kalau mau baca part komplit. Sudah TAMAT sampai bab 43.
Author minta tolong dong untuk isi survey pembaca. Supaya othor bisa tau selera bacaan kamu dan menghadirkan cerbung yang lebih baik di kedepannya.
Ketik ini di browser kamu: bit.ly/SurveyPembacaRahmi lalu diisi yaa. Akan ada saldo ovo/gopay/pulsa bagi pengisi survey yang beruntung. Terimakasih banget buat yang mau meluangkan waktunya ngisi :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Adik Suamiku
RomansDIJODOHKAN DENGAN ADIK SUAMIKU "Nadia, Arman, bagaimana kalau kalian menikah?" pinta ibu mertuaku penuh harap, tepat di hari masa iddahku usai. Menikah dengan Arman? Adik suamiku yang dingin itu? Bahkan setelah empat tahun kami hidup seatap di...