15. Tugas Baru

16.8K 1.1K 15
                                    

HANYA CUPLIKAN

Maaf ya readers, kali ini hanya bisa post cuplikan part saja, kalau mau baca lengkap bisa ke KBM App cari judul buku "Dijodohkan dengan Adik Suamiku" atau di Karya Karsa judul Bila Jodoh.

Mau dapat versi cetaknya GRATIS? Ikutan yuk giveawaynya. Baca bab berjudul "Novel Bila Jodoh Gratis" (bab paling akhir), baca instruksinya di situ ya.

--------

Arman dan Galang saling berjabat tangan.

"Adik almarhum suaminya," Arman mempertegas statusnya.

Galang berdehem kemudian menyebut namanya, "Galang."

"Kami pulang," Arman kembali menatap dingin padaku.

Aku memegang lengannya saat ia hendak melangkah pergi, "Makan dulu."

Arman menoleh tanpa menatapku, "Terimakasih. Hubungi aku kalau urusanmu sudah selesai."

Ia meihat sekilas pada Galang, "Oh iya, permisi." Lalu berjalan menuju parkiran

Dalam gendongan Arman, Rania melambaikan tangan padaku, "Dah Mama.."

"Dadah om," Galang tersenyum dan ikut melambaikan tangan.

Setelah Arman dan Rania hilang dari pandangan, kulihat Galang mengambil cangkir dari atas meja minuman di sebelahnya.

Sambil mengisi cangkir dengan kopi dari disepenser, ia berujar sinis, "Adik katamu?" lalu tertawa kecil.

"Dari caranya memperlakukanmu lebih mirip seperti suamimu," katanya lagi lalu menyeruput kopi.

Aku menarik napas berat, pikiranku teringat bagaimana gigihnya Mama menjodohkan kami. "Yaaah mungkin sebentar lagi ia akan jadi suamiku."

Burr... Galang menyemburkan kopinya lalu terbatuk-batuk.

"Pak, bapak kenapa Pak?" cepat-cepat kuambil tissue dan membersihkan kemeja putihnya yang kotor terkena cipratan kopi.

"Panas ya Pak?"

Galang menahan pergelangan tanganku, sepertinya ia tak berkenan aku membersihkan kemejanya.

"Panas dan pait!" jawabnya ketus lalu berlalu meninggalkanku.

Aku menatap punggung Galang yang perlahan menjauh, kesal!

"Ih kebiasaan salah-salah dia sendiri marahnya sama orang lain," gerutuku lirih.

*****************

"Jadi begini, Galang akan ada beberapa urusan pekerjaan di Semarang selama seminggu ini. Tapi managernya tidak bisa mendampingi. Jadi saya minta tolong kamu, untuk mendampingi Galang selama di Semarang."

"Hah saya Pak?"

"Dia bang?"

Aku dan Galang berbicara hampir berbarengan.

"Iya, siapa lagi, pekerjaan Nadia tidak harus dikerjakan di kantor. Jadi hanya Nadia yang bisa saya mintai tolong. Lagipula saya lihat kalian sudah akrab kan?"

"A.. akrab?" tanyaku terbata. Akrab gimana. Berantem terus iya.

"Tenang saja, akan ada gaji khusus buat kamu selama mendampingi Galang. Gajimu di Café ini juga utuh, tidak akan dipotong. Iya kan Galang?" Pak Wira menoleh pada Galang.

Aku gusar, bingung mau jawab apa. Bukan itu masalahnya... sahutku dalam hati.

"Bang, aku ngga setuju," Galang beranjak dari tempatnya duduk.

"Kenapa harus dia sih," ia mengacak rambutnya.

"Cari yang lain saja. Aduuh dia ini ceroboh, bawel, ngeselin," Kurang ajar si Galang bisa-bisanya ngata-ngatain aku begini.

"Saya juga tidak bersedia Pak. Dia hanya bisa nyusahin orang, marah-marah muluk, bikin mood orang hancur berantakan!" aku ngga mau kalah, ikutan berdiri dan balik ngata-ngatain dia juga. Kamu pikir aku mau gitu dampingin kamu, Pak Galang yang terhormat?!

Pak Wira tertawa kecil, ia berjalan mendekati Galang, "Nah bener kan, kalian sudah akrab."

"Saling mencela itu tanda cinta hahaha," kata Pak WIra sambil merangkul Galang.

Galang mendelik kaget, "Ih apaan."

"Sudah begini saja Lang, aku tidak punya referensi lain selain Nadia. Aku lihat kinerja dia bagus. Makanya aku percaya saja meski dia nantinya akan mengerjakan pekerjaan markom lebih banyak di luar. Kita juga tidak punya waktu banyak untuk mencari kan. Hari Senin kamu sudah mulai syuting. Kalau kamu tidak setuju dengan pilihanku, yasudah aku tidak bisa membantumu lagi."

Galang menarik napas dan mengehempaskannya perlahan. "Baiklah Bang, aku percaya dengan pilihan abang." Jawabannya nampak terpaksa.

Pak Wira menepuk-nepuk bahu Galang, "Hahaha kamu ini kayak orang mau dijodohin aja sih."

"Abang mulai lagi deh!"

"Nadia.." Pak Wira beralih mendekat padaku.

"Kali ini saya bener-bener minta tolong. Saya belum banyak kenalan di kota ini, apalagi Galang. Hanya kamu yang benar-benar saya percaya bisa mendampingi Galang."

Aku berpikir sejenak. Hmmm Kalau bukan karena Pak Wira tanpa berpikir aku pasti sudah menolak tawaran ini.

"Baik Pak saya bersedia. Tapi ada syaratnya."

Terimakasih sudh membaca sampai part ini, terimakasih sudah menghangatkan hati saya dengan komentar dan vote kalian. Love...

Dijodohkan dengan Adik SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang