Dear readers bahagia sekali bisa membersamai kalian sampai part 10. Ini pertama kalinya saya nulis cerbung. Kalau ada masukan bisa disampaikan di kolom komen atau DM di IG (at)rahmi.aziza. Jangan lupa follow, vote dan komen yaa biar penulis tambah semangat menyelesaikan cerita. Love~
POV Arman
"Suka ya?" Aku terkejut mendengar pertanyaan Viona. Ia pasti bertanya begitu karena memperhatikanku yang tanpa sadar terus melihat Nadia sampai hilang dari pandangan.
"Ngeliatinnya gitu banget. Kamu suka sama Nadia?" Dia mengulangi pertanyaannya yang hanya kujawab dengan wajah yang pasti terlihat bingung di depannya. Jujur aku tak tahu harus menjawab apa. Mau jawab tidak, tapi aku suka, mau jawab suka, tapi ....
"Kalau suka itu bilang aja."
"Ya, nggak semudah itu."
"Oh, jadi beneran suka?"
Aku menelan ludah, menyesali pernyataan yang keluar dari mulutku barusan. Itu artinya secara tidak langsung aku mengakui perasaanku ke Nadia di depan Viona, kan.
"Kenapa sih? Karena dia mantan kakak iparmu?"
Buru-buru aku meneguk minuman di depanku biar tak terlihat salah tingkah.
"Memang sejak kapan sukanya?"
"Vi!" Aku meletakkan gelas ke atas meja dengan sedikit keras. "Kamu tanya lagi, aku pulang!"
"Yaelah Man, tersiksa banget nggak sih, mendam rasa kaya gitu. Apalagi kamu masih sering ketemu. Eh jangan-jangan kamu udah suka dia dari SMA lagi!"
Astaghfirullahal'adzim, Viona ini, kok bisa tahu semua sih.
"Apa perlu aku yang bilangin?"
Aku tersedak. "Ya, jangan!"
Ia tertawa, mungkin karena melihat muka panikku. "Kenapa jangan?"
"Kalau dia malah menjauh?" Lho, kenapa jadi kuladenin si Viona.
"Gimana kalau ternyata dia juga ada rasa, nungguin kamu, tapi kamunya nggak mau jujur. Terus ada cowok lain yang berani maju dan dia menerima. Nyesel nggak, lo!" cerocosnya membuat aku berpikir, iya juga ya.
"Tau nggak sih, kamu disuruh Nadia ke sini buat apa?"
"Buat apa?"
"Tadinya, aku mau PDKT sama kamu." Oh, jujur sekali dia. "Karena katanya kamu masih single. Tapi begitu tau kamu suka sama Nadia, ya udah, mending aku nyomblangin kalian aja deh. Gimana?" Viona mencondongkan badan mendekat padaku sembari menopang wajahnya dengan kedua tangan di atas meja.
Aku hanya tersenyum tipis sambil menyantap hidangan yang sudah tersaji di hadapanku. Mencoba tidak terlalu peduli dengan ucapannya.
"Mau nggak, nih?" desaknya. "Kalau nggak, kucomblangin aja dia sama temenku."
"Jangan!"
Sontak aku terbatuk, kaget sendiri dengan ucapan yang keluar dari mulutku barusan dan lagi-lagi Viona tertawa.
"Nadia emang gitu sih, dari SMA. Nggak peka orangnya. Jadi kalau kamu cuma kasih kode-kode mana paham dia. Mending gini deh ...."
Viona lantas memberiku banyak saran bagaimana caranya mendekati Nadia. Aku sudah pasrah, tak bisa mengelak dari tuduhan – tapi benarnya Viona, kalau aku menyukai mantan kakak iparku itu.
"Ya udah, aku duluan ya." Viona pamit setelah sekitar setengah jam kami mengobrol. Bukan. Lebih tepatnya dia mencemahiku, ya seperti itu. Karena dia yang banyak bicara dan aku hanya menjawab dengan oh, hem, atau ntar kucoba deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Adik Suamiku
RomanceDIJODOHKAN DENGAN ADIK SUAMIKU "Nadia, Arman, bagaimana kalau kalian menikah?" pinta ibu mertuaku penuh harap, tepat di hari masa iddahku usai. Menikah dengan Arman? Adik suamiku yang dingin itu? Bahkan setelah empat tahun kami hidup seatap di...