14. Perkenalan

17.6K 1.4K 10
                                    

Follow dulu dan vote semua part sebelum baca yuk. Jangan lupa tingalkan komentar ya..

Arman menurunkan aku dan Rania sampai depan café lalu lanjut mengantar Mama ke rumah sakit. Sebelum memasuki café, Rania sudah kuwanti-wanti untuk bersikap manis dan tidak boleh rewel.

Dari luar, suasana café sudah tampak semarak. Beberapa relasi bisnis mengirimkan bunga dan ucapan selamat. Bukan bunga dari stereofoam, tapi bunga asli. Bunga hidup!

Ada yang mengirimkan bunga mawar, bunga melati, bunga matahari sampai tanaman bonsai.

Saat wawancara dengan wartawan perihal pembukaan café beberapa waktu lalu, kudengar Pak Wira meminta secara khusus kepada rekan bisnisnya untuk tidak memberi papan bunga dari stereofoam. Sayang katanya karena hanya terpakai sebentar saja, esok harinya mungkin sudah berakhir ke tempat sampah. Lebih baik memberi bunga hidup, disamping lebih cantik, bermanfaat juga untuk penghijauan di café.

Café Mentari ini mengusung konsep ramah lingkungan dengan meminimalisir penggunaan perkakas sekali pakai. Untuk sedotan kami menggunakan bahan stainless steel yang bisa dicuci dan digunakan kembali.

Sementara kemasan takeaway kami menggunakan kemasan yang mudah didaur ulang dan menggunakan kantongan dari ketela sebagai pengganti kantong plastik.

"Halo, selamat pagi, saya Nadia markom di sini," aku menyalami beberapa orang wartawan dan tamu undangan yang sudah datang.

"Saya masuk sebentar ya teman-teman, silakan kalau mau foto-foto dulu," aku mengajak Rania masuk menghindari keramaian. Biar kutitipkan dulu dia di dalam.

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, depan belakang atas bawah, mencari siapa yang kira-kira bisa aku titipi Rania sebentar, sementara aku briefing dengan para wartawan, blogger dan influencer yang aku undang. Semua tampak sibuk. Ada yang sibuk di dapur mempersiapkan makanan, ada yang membantu menata dekorasi, ada yang sibuk koordinasi dengan pengisi acara. Hanya seorang yang kulihat tak sibuk. Galang.

"Pak, maaf saya titip anak saya sebentaaaar aja!" kataku pada Galang sembari mengatupkan kedua tangan.

"Bapak kan keluarnya masih lama nanti pas pemotongan pita. Tolong ya Pak, pliss.."

Tanpa menunggu jawaban Galang, aku mendudukkan Rania di sebelahnya.

"Rania, sini bentar sama om ya," aku berbisik pada Rania, yang dijawab dengan anggukan. Anak pintar.

Galang mendelik dan naga-naganya akan mengomeliku. Sebelum itu terjadi aku bergegas keluar. Selain harus beramah tamah dengan para wartawan, blogger, dan influencer, aku juga harus mendokumentasikan kegiatan hari ini. Sebagian kuunggah langsung ke instastory. Dari kejauhan kulihat Pak Wira sedang asik ngobrol dengan para tamu koleganya.

Tak lama MC mulai membuka acara, aku kembali masuk ke office untuk membawa Rania, ngga enak nitipin Rania lama-lama ke Galang.

"Rania yuk, ikut Mama," kulihat ia sedang asik minum susu kotak rasa coklat. Dari mana dia mendapatkannya?

"Lho Rania, ambil susu dari mana?" aku mulai deg-degan, takut kalau Rania asal comot susu yang ada di showcase.

Rania menunjuk Galang "Om itu yang ngasih."

Pfiuuh lega rasanya.

"Omnya baik Ma. Kata Mama omnya galak?" tanya Rania polos, tadi aku memang sempet berbisik sama Rania, "Duduk yang manis ya, om itu galak."

Aku langsung salah tingkah sambil melirik Galang yang melotot ke arahku.

"Oh i.. iya, omnya itu memang baik, paling baik sedunia, hahaha. Yuk ikut Mama keluar," cepat-cepat kugandeng Rania keluar.

Dijodohkan dengan Adik SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang