31. Bukan Orang Lain

14.1K 633 5
                                    

Mama masuk rumah sakit. Asmanya kambuh. Saat aku menjenguk, ternyata Bulek dan Paklekku sudah lebih dulu sampai di sana.

Setelah sekitar satu jam kami berbincang di kafetaria, Bulik dan Paklik lantas pamit pulang. Untungnya Mama sudah bangun jadi mereka sempat berpamitan pada Mama. Aku dan Arman mengantar mereka sampai parkiran.

"Jemput saja Ran sekarang, mau pakai mobilku, atau kupesankan taksi?" tanya Arman ketika mobil sewaan Paklik dan Bulikku sudah berlalu dari parkiran rumah sakit.

"Taksi saja," aku sudah cukup lama tidak mengendarai mobil, kalau harus mengemudi sendirian agak canggung rasanya.

"Maaf ya, aku tidak bisa mengantar, nanti Mama tidak ada yang nunggu."

"Ya ngga apa."

"Bisakah aku minta tolong kamu bawakan beberapa bajuku ke rumah sakit? Aku buru-buru tadi jadi tak sempat membawa apa-apa."

Aku mengangguk, "Baju yang mana?"

"Baju kaos saja, bawakan dua, yang warnanya putih, minta sama Bi Inah ya."

"Eh, kamu saja yang ambil," ia meralat. "Di lemari pakaianku."

Aku menatapanya heran. Dulu Arman paling tidak suka kalau barang miliknya kusentuh. Pernah aku lagi menyiram tanaman, lalu melihat mobilnya dikencingi kucing. Gegas aku siram mobilnya dengan air dari selang yang kupegang. Saat ia melihat, bukannya berterimakasih malah marah. "Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri," katanya.

Pernah juga saat dia hendak berangkat kantor, buku catatannya tertinggal di meja makan. Aku berlari keluar menyusulnya, untung mobilnya belum jalan. Saat menerima bukunya, kembali ia bicara padaku dengan ketus, "Lain kali suruh Bi Inah yang antar. Aku tak suka barangku disentuh orang lain!"

"Nggak apa-apa nih?" aku bertanya, memastikan

"Ya, kalau kamu nggak repot."

"Dulu kamu bilang tidak suka barang-barangmu disentuh orang lain."

"Kamu bukan orang lain."

Baru aku mau mendebatnya lagi, tiba-tiba sebuah taxi berwarna biru berhenti di depan kami.

"Taksimu datang, naiklah!"

**********

Selepas menjemput Rania aku segera menuju ke rumah Mama, hendak mengambil pesanan Arman untuk dibawa ke rumah sakit.

Sedikit gugup aku membuka lemari pakaian Arman, hal yang baru pertama kali kulakukan.

AKu mencari baju kaos putih yang dipinta Arman diantara tumpukan pakaian lainnya.

Ketemu! Posisinya bearada di agak tengah tumpukan pakaian. Saat aku mengangkat pakaian di atasnya dan menarik dua lembar baju kaos berwarna putih, tanpa sengaja aku menjatuhkan amplop seukuran buku tulis.

Beberapa isinya berhamburan keluar, seperti potongan koran atau majalah. Saat aku mengambil untuk merapikannya, aku terkejut, melihat ada aku di kertas itu. Kuamati dan kuingat-kuingat lagi. Ah iya, itu kan foto saat sekolah kami menang lomba mading tingkat SMA, dan diliput di Koran cukup terkemuka di kota ini dalam rubrik remaja. AKu yang mewakili untuk menerima hadiah. Ada juga beberapa fotoku bersama teman-teman yang sedang berkegiatan dan dimuat di buletin sekolah kami. Aku menghela napas panjang. Mengapa ia menyimpan ini semua? Apa benar, dia menyukaiku semenjak SMU?

Kalau iya dan ia masih menyimpan perasaan itu sampai sekarang, betapa berat hari-hari yang ia laluii saat menjadi adik iparku selama ini. Seketika kumerasa iba. Haruskah kuterima saja?

Tiba-tiba sebuah panggilan telepon membuyarkan lamunanku.

Tertera nama "Bos Galak" di layar ponselku. Galang? Apakah dia sudah sadar dari mabuknya? Segera kupencet tombol terima panggilan.

"Assalamualaikum Pak?"

Hening, tak ada jawaban.

"Pak, Pak Galang.." panggilku lagi.

"Pak Galang, bapak baik-baik saja kan?"

******

Dear readers, ini hanya sebagian part ya. Mohon maaf banget ngga bisa posting full karena sudah lebih dulu cerita ini saya publish di KBM app. Di KBM app sudah sampai part 40 yang penasaran silakan meluncur ke sana, download aplikasi bergambar pena warna hijau.

Komen yang rame lahhh, nanti kalau komennya nyampe 20, saya posting full deh Bab 32. Selama seminggu, abis itu akan dihapus sebagian part. Yuks yuks komeen, jangan lua juga kasih vote dengan cara klik tanda bintang ya di semua bab. Eh udah pada follow othor belom sih?

Dijodohkan dengan Adik SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang