Hai maafkan lama baru update lagi di sini cuplikannya. Udah follow author belum niiih?
Menjelang jam makan siang, café mulai ramai. Aku ke ruang utama café, merekam suasana keramaian itu sebentar untuk kuunggah di instagram story akun Café Mentari. Tiba-tiba ada serombongan orang berpakaian rapi memasuki café.
Kulihat sosok Arman diatara mereka. Ngapain dia ke sini. Bergegas aku sembunyi, mencari tempat yang pas untuk bisa melihatnya tanpa ia bisa melihatku. Melihat dia? Untuk apa? Kenapa aku tidak masuk saja ke ruangan karyawan, beres! Ah tapi aku penasaran aja, dia mau apa ke café ini.
Selain Arman ada seorang lagi yang kukenal dari sekelompok orang itu. Shela. Mantan tunangan Arman yang juga teman sekantornya.
Dari caranya memandang Arman kulihat masih ada cinta di sana. Ia dengan telaten mengambilkan Arman nasi dan lauk. Mesra sekali, meski Arman nampak hanya menanggapinya sekedar saja.
Tiba-tiba Arman berdiri dari tempat duduknya. Pandanganku terus mengikutinya. Ah, sepertiya ia mau ke toilet. Segera kususul.
Arman nampak terkaget saat melihatku ketika ia baru keluar dari toilet.
"Mau ngapain kamu ke sini?" tanyaku ketus.
"Hanya makan siang," jawabnya.
"Dari sekian banyak resto dan café yang ada di kota ini, harus banget ya kamu makan di sini?!" aku berdecak kesal.
"Teman-teman yang ingin ke sini, aku sudah bilang tadi pada mereka cari tempat lain saja."
"Oh, jadi sekarang kamu ngga mau ke sini lagi? Ngga mau ketemu aku gitu?"
Mendengarku marah, ia malah tertawa kecil, "Alhamdulillah kamu sudah ngga marah lagi."
Aku melotot, "Ngga marah gimana? Ngga ngerasa ya aku lagi marah sama kamu. Sangat marah!"
"Nanti pulang jam berapa?" tanyanya malah out of topic. Sepertinya ia tidak peduli dengan kemarahanku.
"Hah? Apa?" aku ingin ia mengulang pertanyaannya, siapa tahu aku salah dengar tadi.
"Nanti pulang jam berapa? Aku jemput ya."
"Aku pulang jam tiga, tapi ngga usah jemput, aku bisa pulang sendiri," masih dengan nada suara yang ketus aku menjawabnya.
"Baiklah jam tiga, jangan pulang sebelum aku datang menjemput ya tuan putri..." ia lantas berlalu pergi. Aku merasakan ada hangat yang menjalar di wajahku. Baper? Ah ngga! Ngga mungkin! Dia itu adik suamiku, artinya dia adikku juga.
Tring. Tiba-tiba notif aplikasi chatku berbunyi. Aku menatap latyar ponsel. Erna yang mengirim pesan disertai lampiran gambar.
"Ini kamu kan?"
Aku mengamati foto yang dikrim Erna. Pengambilan foto dilakukan dari jarak yang tidak terlalu dekat, tapi tentu saja aku tahu bahwa aku yang ada di foto itu. Bersama Galang.
"Dapat dari mana?" tanyaku.
Erna lantas menyebut salah satu akun gosip yang ngehits di instagram. Oh my God!!!
Kenapa dikit kalii? Karena cuma cuplikan. Part komplit baca di KBM App cari judul: DIJODOHKAN DENGAN ADIK SUAMIKU atau di KaryaKarsa bisa tanpa download aplikasi, judul: BILA JODOH (https://karyakarsa.com/rahmi.aziza/)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Adik Suamiku
RomanceDIJODOHKAN DENGAN ADIK SUAMIKU "Nadia, Arman, bagaimana kalau kalian menikah?" pinta ibu mertuaku penuh harap, tepat di hari masa iddahku usai. Menikah dengan Arman? Adik suamiku yang dingin itu? Bahkan setelah empat tahun kami hidup seatap di...