Makasih banyak yang udah baca sampai part ini, udah folow, kasih vote dan komen. Percayalah itu sangat berarti bagi author :)
Bab 19 di sini hanya cuplikan ya. Baca part lengkap bisa di KBM app. Kalo di bab ini komen minimal 20, bab 20 akan author postig full part selama seminggu :)
Pukul 9 aku sudah sampai café. Begitu membuka pintu, aroma wangi makanan menguar. Tumben. Café kan baru buka jam 10 kok jam segini sudah mulai masak, batinku.
"Sudah ada pengunjung?" tanyaku lagi dalam hati saat melihat di salah satu sudut ruangan ada beberapa orang yang duduk sambil makan dan mengobrol. Ternyata ada Galang juga di situ.
"Ssst siapa?" tanyaku pada Citra yang membawa nampan berisi makanan ketika kami berpapasan.
"Temen-temen main sinetronnya Mas Galang," jawab Citra. Karyawan di sini memang semuanya memanggil Galang dengan sebutan Mas. Hanya aku saja yang memanggilya Bapak.
Aku memperhatikan sekali lagi ke arah Galang dan kawan-kawannya. Kulihat ada Malya juga di sana, aktris yang kata Erna merupakan pasangan Galang di sinetron Aroma Cinta. Tinggi, putih, fashionable. Cantik banget. Seketika kok aku merasa dekil banget ya.
Aku membalikkan tubuhku, hendak masuk menuju ruang karyawan. Baru beberapa langkah, seseorang menarik tanganku dari belakang.
"Mau ke mana?"
Aku menoleh. Galang?
"Mau... ke dalem, kerja," jawabku agak terbata, kaget karena tiba-tiba dia muncul.
"Sebentar lagi kita berangkat. Ikut saya. Saya akan mengenalkanmu pada mereka."
"Eh tapi itu saya mau.." aku mencoba mencari-cari alasan supaya ngga diajak Galang menemui teman-temannya. Ya paling tidak touch up bedak dan lipstick dulu lah sebelum berhadapan dengan Malya biar ngga jomplang banget.
"Mau apa? Kita langsung berangkat habis ini, kerjaan lain dikerjakan di tempat syuting," perintah Galang. Ia langsung menarikku, menuju ke teman-temannya.
"Teman-teman, ini Nadia, asisten gue selama di Semarang," Galang memperkenalkanku pada teman-temannya. Aku menghitung dalam hati, jumlah mereka ada tujuh orang.
Sambil tersenyum aku menyalami mereka satu persatu. Setelahnya, mereka kembali mengobrol dan bercanda. Sejujurnya aku merasa canggung menjadi orang asing di tengah mereka.
"Ayo berangkat sekarang," kata seorang lelaki tanggung yang tadi diperkenalkan Galang sebagai sutradara.
"Ehh bentar, jangan lupa foto-foto dong." Malya mengeluarkan ponsel dari tasnya.
"Tolong fotoin ya," ia memberikan ponselnya padaku.
Mereka lalu berkumpul di depan salah satu tembok yang instragramabel, ada lukisan gedung Lawang Sewu, salah satu icon kota Semarang di sana. Setelah beberapa kali jepretan, mereka pindah ke sisi tembok instagramabel lainnya lalu minta difoto lagi.
"Sekarang kita foto berdua, Lang" Malya menggandeng mesra tangan Galang. Mungkin ini bagian dari profesionalitas yang disebut Galang kemarin di mobil. Karena mereka masih terikat satu sinetron, di depan kamera mereka harus tampak mesra.
Malya minta dipotret berdua bersama Galang dengan berbagai macam pose. Semuanya terlihat dekat dan mesra. Ada pose saling tatap sambil berpegangan tangan, ada pose saling merangkul, sampai saling suap makanan. Jujur, sampai enek aku melihatnya.
"Oke, ayo kita berangkat," kata sang sutradara sambil bertepuk tangan. Ah akhirnya.. aku lega ngga harus melihat mereka mesra-mesraan lagi.
Teman-teman Galang beranjak dari tempat duduknya. Tiba-tiba Galang menyodorkan sepotong roti, dan mendekatkan ke mulutku.
"Apa?" tanyaku.
"Kau belum makan kan?" ia balik bertanya.
Aku mengambil roti dari tangannya dan memakannya, "Terimakasih Pak," kataku.
Tak lama, Malya datang memeluk tangan Galang," Ayo jalan!"
Setelah Galang dan teman-temannya sampai ke ujung pintu, aku baru berjalan mengikuti mereka. Sengaja mengambil jarak.
Tiba-tiba Galang berbalik dan berjalan ke arahku.
"Ada apa Pak? Ada yang tertinggal?" tanyaku ketika ia hanya berjarak satu langkah di depanku.
"Kau! Kau yang tertinggal."
Baca selengkapnya di KBM app.
Baca juga cerita saya yang lain di akun ini, judulnya "Merawat Istri Sang CEO"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Adik Suamiku
RomanceDIJODOHKAN DENGAN ADIK SUAMIKU "Nadia, Arman, bagaimana kalau kalian menikah?" pinta ibu mertuaku penuh harap, tepat di hari masa iddahku usai. Menikah dengan Arman? Adik suamiku yang dingin itu? Bahkan setelah empat tahun kami hidup seatap di...