Hai saya posting lagi, kangen komenan kalian. Jangan lupa follow author dan vote semua bab yak!
Selepas Magrib, Arman mengantarkanku dan Rania pulang. Aku baru terngat dengan pesan WA Erna tadi siang. Belum sempat kukonfirmasi pada Galang karena siang itu Galang keluar ada urusan pekerjaan bersama Pak Wira.
'Pak' –sent
Belum selesai aku mengetik kalimat selanjutnya, Galang sudah membalas.
'Kenapa? kangen?'
'Ih GR!'
Aku lalu mengirim tautan postingan akun gosip yang dikirim Erna siang tadi.
'Apa-apaan ini?!' balasnya, kupikir Galang marah.
'Fotonya kok ngga jelas banget, coba lebih dekat lagi, pasti lebih bagus. Ga pecah gini.' Gubrak!
'Pak! Becanda aja sih!' protesku.'Serius kok. Kalau fotonya lebih bagus mau kuambil jadikan PP.'
Kesal, aku hanya mengirimkan sticker marah.
'Udah biasa, resiko jadi public figure.'
'Tapi saya bukan public figur, ngga biasa bagi saya. Pokoknya bapak harus klarifikasi kalau kita itu ngga ada apa-apa, hanya hubungan bos dan karyawan.'
'Kalau aku mau hubungan lebih dari itu?'
'Pak!'
'Apa?'
'Tauk ah!'
Kumatikan ponsel. Kesal!
Esok paginya seperti biasa kuantar Rania ke sekolah sebelum berangkat ke kantor. Tapi aku mendapati pemandangan tak biasa. Kalau setiap hari saat jam mengantar sekolah ramai dengan ibu-ibu, kali ini yang nampak hanya bapak-bapak. Ada apa ini?
"Om!" kata Rania tiba-tiba. Aku menoleh hendak melihat siapa yang dipanggil Rania dengan sebutan Om itu.
"Bapak?" kulihat Galang mendekat.
"Aku sudah janji sama Rania datang di hari Ayah."
"Hari Ayah?" OMG aku baru ingat. Kalau di hari Ayah ini, pihak sekolahan meminta para Ayah yang mengantar anak-anak ke sekolah dan ikut acara sebentar di sekolah. Beberapa hari lalu aku memang sempat cerita ke Galang, begitu dapat informasi dari WA grup tentang ini. Sambil bercanda aku bilang padanya, bingung ayahnya siapa yang mau nganter Rania ke sekolah ya.
"Biar aku yang datang, sukur-sukur kalau bisa jadi Ayahnya Rania beneran," katanya. Kupikir itu hanya gurauan.
"Ayo Ran sama om!" Galang menggandeng tangan Rania.
Tiba-tiba... "Pamaaan!" Rania berteriak lagi.
Ya Tuhaan apa lagi ini? Arman datang!
"Erna memberitahuku tentang kegiatan di hari Ayah, makanya aku datang" katanya. Ya saat menerima informasi kegiatan hari ini, aku sedang marahan sama Arman, jadi gengsi mau minta tolong dia untuk datang.
"Ayo Ran!" Arman menggenggam satu tangan Rania.
"Pak, kita ke kantor," aku menarik tangan Galang meminta ia untuk mengalah.
"Saya datang lebih dulu," katanya pada Arman.
"Tapi saya pamannya, saya yang harus menggantikan tugas Ayahnya."
"Tanya saja pada Rania, mau ditemani siapa masuk kelas," Galang tetap tidak mau kalah.
Bergegas aku menghubungi Pak Wira, "Pak tolong, Pak Galang bikin ribut nih, nanti saya ceritakan deh di kantor, telpon Pak Galang suruh dia ke kantor sekarang ya Pak."
Ponsel Galang berdering, pasti Pak Wira.
Setelah menerima telpon ia berjongkok mensejajarkan tinggi dengan Rania "Om ke kantor dulu ya, kapan-kapan kita main lagi." Ah akhirnya....
"Ayo!" katanya saat melintasiku.
"Dadah Ran... hari ini sama Paman dulu ya," kataku lalu mencium pipi kanan kiri Rania.
"Titip Rania ya," ucapku pada Arman.
"Udah biasa kan.." katanya.
"Kamu.. hati-hati ya..." ucapnya lagi yang hanya kujawab dengan senyuman.
Dear readers yang nanya napa cuma dikit, soalnya emang ini cuma CUPLIKAN ya. Versi lengkap ada di KBM app (logo pena warna hijau di playstore). Udah sampe bab 36 loh di sana. Buka gemboknya kurah kok cuma 1.500 :)
Lanjut spoilernya di sini? Komen yang rame dulu doong. Kalo ngga rame lanjutin di KBM app aja langsung yak hahaha #ngancem
Btw ada yang ngikutin cerbung saya satunya MERAWAT ISTRI SANG CEO? Mau update yang sonoh tapi kayaknya yang ngikutin dikit :D
![](https://img.wattpad.com/cover/263204552-288-k530787.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Adik Suamiku
RomanceDIJODOHKAN DENGAN ADIK SUAMIKU "Nadia, Arman, bagaimana kalau kalian menikah?" pinta ibu mertuaku penuh harap, tepat di hari masa iddahku usai. Menikah dengan Arman? Adik suamiku yang dingin itu? Bahkan setelah empat tahun kami hidup seatap di...