03. SEKOLAH

1K 127 6
                                    

Happy Reading

Bisik - bisik sangat terdengar ditelinga Zweitson dan 2 sahabatnya.

Ya, bisik - bisik ini membahas tentang kemarin yang mereka bertiga dihukum.

Ntah ini takdir atau kebetulan, nasib 3 sahabat ini sangatlah miris.

Tapi, persahabatan antara Zweitson dan kedua temannya ini sangatlah erat dan mereka saling mendukung bukan menjatuhkan.

"Capek gak Ji, Son dengerin mereka?" Tanya salah satu sahabat Zweitson

"Capek sih enggak ya Fik, tapi rasanya pengen gw sambelin tuh mulut. Mereka belum tau keadaan asli kita udah nyebar hoax" jawab sahabat Zweitson lainnya.

Ya perkenalkan Maulana Fajri dan Fiki Aulia. Dua sahabat Zweitson dengan nasib yang tak jauh berbeda, jauh dari orang tua dan suka kekurangan.

Maulana Fajri
Ia sosok pria yang penyabar tapi ntah tak sesabar Zweitson. Parasnya yang tampan yang cukup digila - gilai oleh para kaum hawa. Ia termasuk orang yang berkecukupan, tetapi tetap dia korban broken home.

Yang ntah kemana perginya sang mama dan papa yang cukup gila kerja. Memang uang tak pernah absen di atm Fajri, tapi tetap itu kurang dan ia tak berani meminta tambahan uang ke papanya yang bisa dibilang perhitungan terhadap anak.

Fiki Aulia
Kenalin dia sosok yang kuat, sosok yang bisa hidup sebatang kara setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya.

Tak ada keluarganya yang mengakuinya. Karena mereka selalu mengecap Fiki sebagai "anak yang tidak disengaja".

Pernyataan tersebut cukup membuat dada Fiki sesak. Ia selalu mengahalaunya, tapi tetaplah sebuah kenyataan tetaplah kenyataan.

Sekolah
Itulah salah satu hiburan untuk mereka bertiga. Namun nyinyiran itu tak ada habisnya. Mereka terima semua nyinyiran itu, tapi hati kecil mereka manangis.

Ingin rasanya mereka membengkam semua mulut julid itu. Tapi mereka hanya mempunyai dua tangan yang hanya mampu digunakan untuk menutup kedua telanganya.

"Udah biarin, udah biasa juga" ucap Zweitson

Kini mereka berada di taman sekolah, sambil menikmati semilirnya angin.

"Gw laper" celetuk Zweitson

"Ayo ke kantin, beli roti" ajak Fajri

"Gak ada uang Ji" sahut Fiki

"Udah ayo, beli yang dua ribuan aja. Gw ada nih, ayo buruan" ajak Fajri

Inilah kebiasaan mereka, saling melengkapi dan saling membantu walaupun dirinya sedang kekurangan.

Ini tanggal tua yang menyebabkan uang mereka menipis.

Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk ke kantin lalu kembali ke kelas.

"Uangnya nanti gw ganti ya Ji. Tunggu papa ngirim" celetuk Zweitson

"Iya Ji, gw juga ya. Nanti pas gajian" sahut Fiki

"Iya, santai aja. Kayak sama siapa aja" jawab Fajri

'DIA' ADIK KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang