12. KERKOM

697 118 14
                                    

Happy reading

Kini Zweitson izin untuk pergi sebentar kepada kedua kakaknya.

Zweitson memang punya niat untuk berkunjung ke makam sang mama sepulang ibadah.

Sebelum ke makam Zweitson membeli bunga terlebih dahulu.

Kakinya melangkah pelan, langkahnya serasa berat untuk di langkahkan.

Matanya menatap senduh batu nisan yang terukir nama mamanya. Dengan perlahan ia jongkok di samping makam sang mama.

Rangkaian bunga yang cantik ia letakan di atas makam sang mama. Dan tangan lemahnya perlahan mengelus batu nisan itu.

"Ma, apa kabar?" Lirih Zweitson

"Maaf ya ma, Zwei jarang kesini. Aku usahain selalu nyempetin waktu buat ke rumah mama"

Mata Zweitson sudah tidak bisa menampung air matanya lagi.

"Ma, pengen deh Zwei peluk mama. Zwei pengen ngerasain kasih sayang dari mama. Zwei pengen cerita puas ke mama tanpa takut nangis" ucap Zweitson sembari air matanya menetes

"Ma, sekarang Zwei takut. Takut kalau memang bener papa punya keluarga baru. Zwei ngobrol sama papa aja belum pernah, eh papa malah udah punya keluarga baru"

"Zwei juga capek ma, capek bertahan di lingkungan yang keras buat diri aku. Abang yang selalu marah sama Zwei, selalu ngebentak, main tangan dan segala hal. Ya Zwei tau itu semua buat kebaikan aku, tapi aku ga sekuat itu ma. Aku lemah, aku ga bisa lawan itu semua, hiks" isak tangis Zweitson mulai terdengar.

Hampir 2 jam Zweitson menghabiskan waktu di pemakaman sang mama.

Drrt drrt

Getaran ponsel Zweitson mangambil perhatian sang pemilik. Lalu ia mengambilnya dan tertera nama "kakak".

Dengan sigap Zweitson berdiri dan mengangkat telpon itu.

"Halo kak, ada apa?"

"Kamu dimana?" Tanya Reinna

"Lagi di luar kak, kenapa?"

"Ini ada temen kamu, katanya mau jemput kamu"

"Oh iya, yaudah aku pulang sekarang ya kak"

Setelah mendapat balasan dari sang kakak, Zweitson langsung bergagas pulang. Sebelum ia beranjak pergi, Zweitson berpamitan terlebih dahulu kepada sang mama dan mengirimkan doa.

•••

Di posisi lain, Reinna sedang bersama dua laki laki remaja ini.

"Tunggu sebentar ya, Zweitsonnya lagi di jalan. Kalian duduk dulu sini" ucap Reinna sembari mempersilahkan mereka duduk.

Setelah mempersilahkan duduk, Reinna pamit untuk masuk ke dalam.

"Kagak sepi apa ya rumah segede ini penghuninya cuma bertiga" bisik salah satu dari mereka. Dan tak di respon oleh temannya.

"Ji"

"Aji"

"Fajriii"

"Apa si Fik berisik ah" dengus Fajri

"Lu si diajak ngomong ga ngerespon"

"Ga penting tau ga si topik lu. Udah deh mending diem" ketus Fajri

Fiki mendengus kesal.

Tak berselang lama, terdengar suara motor yang mendekat. Dan terbukalah gerbang besar itu.

'DIA' ADIK KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang