Hati - hati part penuh hardwork
Happy reading
"Ah, ngapain lagi dia coba" ucap Zweitson.
"Kalau ada perlu kenapa kudu ngejar kayak gitu, serasa maling aja gw"
Zweitson kembali melangkah untuk pulang. Tapi tiba - tiba ada yang menarik ranselnya.
Zweitson yang terkejut dan badannya terhuyung ke belakang.
"Sudah cukup kamu larinya"
Zweitson terdiam, menatap lawan bicaranya.
"Kenapa sih Pa?"
"Jangan panggil saya sama sebutan Papa"
"Baik tuan" sahut Zweitson malas.
Sejak kejadian waktu itu, Zweitson malas meladeni Papanya ini.
"Hem, udah berani sekarang ya" tanya Zein.
"Kan anda yang menyuruh saya untuk tidak sopan" sahut Zweitson
"Sudahlah, to the point saja maksud anda menghampiri saya" ucap Zweitson.
"Hah, anak muda sekarang emang gini. Udah pada berani ngelawan orang yang lebih tua"
"Okei, saya akan to the point aja. Pengaruh apa yang telah kamu kasih ke dua anak saya hah? Kenapa mereka bisa - bisanya lebih ngebela kamu? Padahal mereka tau, kamu yang bikin keluarga saya hancur" ucap Zein ringan.
Zweitson lagi - lagi terdiam. Entah kenapa ia masih merasa sakit hati padahal hal itu sudah biasa ia dapat dari dulu.
"Kenapa kamu dia saja hah? Ga bisa jawab ya" ucap Zein disertai smirk khasnya.
Zweitson menahan air mata yang ingin keluar. Ia mengatur nafar, mengatur nada bicaranya.
"Saya kasih mereka makan nasi kering" jawab Zweitson ngasal.
Plak!
"Bisa sopan sedikit tidak kamu?"
"Seharusnya saya tidak meninggalkan kedua anak saya buat tinggal sama kamu"
"Bawa aja abang sama kakak ke rumah baru anda, dan jangan pedulikan saya. Mudah bukan?" Sahut Zweitson.
Plak!
Satu tamparan lagi lolos mengenai pipi gembul milik Zweitson.
Pertahanan Zweitson hampir runtuh, tapi ia masih berusaha menahannya.
"KENAPA KAMU GA TAU DIUNTUNG HAH!! Udah syukur abang sama kakakmu itu masih mau mengurusmu anak sial!!"
"Apa kamu tidak tau cara berterima kasih? Apakah kamu tak diajarkan akan hal itu?" Ucap Zein sarkas.
"YA, TIDAK PERNAH!! Karena saya hanya anak yang diterlantarkan oleh ayahnya sendiri!!" Jawab Zweitson tak kalah sarkas.
Zein reflek mendorong keras tubuh Zweitson. Namun, sebelum tubuh itu melambung ke belakang, ada yang menahannya.
"Abang"
Fenly membenarkan posisi berdiri Zweitson. Lalu jalan maju mendekati sang Papa.
"Ngapain papa nyamperin Zweitson? Apa yang buat papa semarah itu sama dia?"
"Fenly!! Apa yang dia kasih sampai kamu berani sama papa? Apa yang dia lakuin sampai kamu ngebela dia? PADAHAL KAMU TAU GARA - GARA DIA MAMA KAMU PERGI!!" Bentak Zein
"KARENA DIA ADEK FENLY!! Karena dia yang udah nemenin Fenly sama Rein dalam keseharian"
"Dia bukan papa yang ninggalin KETIGA ANAKNYA tanpa memerhatikannya lagi" jawab Fenly dengan penuh tekanan.
"TAPI DIA PENYEBAB MAMA KAMU PERGI!!"
"TAPI SETIDAKNYA DIA MASIH BERTAHAN SAMA FENLY!! Bukan seperti papa yang pergi dan memilih menikah lagi dengan perempuan lain"
Zweitson yang mendengar itu terkejut. Berarti dugaannya selama ini memang benar.
"Tau dari mana kamu berita gituan hah?"
"Dari anak istri baru anda!!"
Fenly menghembuskan nafasnya, tenaganya cukup terkuras hari ini.
"Ternyata Shandy sudah cerita ke kamu?"
"Tidak penting papa tau itu, yang terpenting sekarang itu papa jangan pernah lagi usik kehidupan Fenly dan kedua adek Fenly. DAN ingatkan kepada anak papa yang satu itu, jangan pernah ngusik kehidupan kita!!" Ucap Fenly.
Zein terlihat sudah terpancing emosi.
"Baik, saya tidak akan butuh kalian, anak tengil. Tapi kalian yang bakal butuh saya!"
"FENLY JAMIN, KITA GA AKAN BUTUH ANDA" teriak Fenly.
"Saya bisa hidup bareng mereka tanpa bantuan anda sama sekali, karena saya gak butuh orang ga bertanggung jawab seperti anda wahai Bapak Zein!"
"LIHAT SAJA NANTI!!" Setelah mengucapkan itu, Zein pergi meninggalkan dua putranya.
Fenly hanya menatap punggung yang semakin menjauh. Ia menghela napas sejenak, meredakan emosi yang sendari tadi memuncak.
"Abang" panggil Zweitson.
Fenly menoleh, "Pulang".
"Ayo" sahut Zweitson sembari menggandeng tangan sang Abang.
Fenly tak memberi penolakan.
"Apa semua akan berakhir bahagia?" Gumam Fenly dalam batinnya.
***
Hai hai hai
Maaf banget guys udah lama ga update T_T.
Kalian tagihin aku terus aja biar rajin update ya, hehehe.Tapi doain sering - sering update ya hehehe.
Oh ya, gimana sama chapter ini?
Suka gak?
Sekali lagi maaf slow update ya.Jangan lupa tinggalin jejak ya.
Vote dan komennya jangan lupa.Maaf bila typo berdebaran,
terima kasih.See you next chapter.
Salam dari yang nulis
(23 July 2022)
KAMU SEDANG MEMBACA
'DIA' ADIK KITA
Novela Juvenil"DIA ADIK KITA!!" "ADIK LU DOANG KALI!" Benci? Tidak, itu bukan benci. Itu rasa sayangnya yang salah cara pengungkapan. "Asal lu gak dipaksa lahir di hari itu, semua gak bakal kayak gini Zwei" ucap lirih Fenly Sudah terlihat, dia menyayanginya namun...