Happy reading
"Kenapa abang kaget? Bukannya abang udah tau ya kalau waktu itu papa ada di rumah seorang wanita?" Tanya Reinna.
"Ya, karena abang tau kalau wanita itu ga seiman sama papa. Jadi abang pikir itu mereka cuma menjalin hubungan pacaran" jelas Fenly.
"Berarti..." ucapan Zweitson menggantung.
Fenly menghembuskan nafas berat, kini pikirannya sedang kacau. Ia tak habis pikir dengan papa nya itu.
"Terus Bang Shandy?" Celetuk Zweitson.
Lagi dan lagi Fenly menghela nafasnya.
"Kak Shandy anak dari istri baru papa"
"Astaga, kenapa serumit ini" gerutu Reinna.
"Ga masuk akal banget"
"Apalagi di akal abang, udah kayak ga mungkin"
Fenly terdiam, ia kembali teringat bagaimana upaya yang ia dan Shandy lakukan untuk menemukan keberadaan sang Papa.
"Dia yang selama ini ngebantu abang buat nyari papa, tapi dia juga termasuk dalangnya. Ga habis pikir lagi"
"Ya sudah, sekarang ga usah mikirin itu. Rein mau masak buat makan malam"
"Zwei ikuutt"
Reinna yang semula sudah berjalan ke lorong dapur, menoleh ke asal suara.
"Yaudah sini" lambai Reinna.
"Ikuut" sahut Fenly.
"Tumben banget"
"Biarin" jawab Fenly sembari berlari mendahului kedua adeknya.
"Kok jadi ngeselin sih kak" gumam Zweitson.
Reinna hanya mengangkat kedua bahunya. Lalu menarik tangan Zweitson untuk menuju dapur.
•
•Dahi Reinna mengkerut heran melihat sang Abang mengeluarkan tepung terigu dari dalam lemari.
"Mau buat apa tepung terigu?"
"Buat kue"
"What? Tiba - tiba banget?" Tanya Zweitson heran.
Fenly mendekatkan telunjuknya ke bibirnya, "suuttt, kalian masak aja sana".
"Emang bahan kue nya ada?" Tanya Reinna sembari melihat Fenly menimbang tepung.
"Udah, masak aja sana. Nanya mulu, mau wawancara ha?" Sahut Fenly tak menoleh ke arah sang Adek.
"Sudahlah, terserah abang. Ayo Zwei masak aja, serah abangmu itu udah mau bikin apa aja" ucap Reinna terheran - heran.
Kini suasana dapur tak ada suara orang mengobrol, hanya terdengar suara menggoreng dan suara cetakan kue Fenly yang semakin nyaring.
"Berisik loh bang" tegur Zweitson.
Tak ada sahutan dari Fenly.
"Liat kak, mana didengerin orang ngomong" gumam Zweitson.
"Coba samperin sana"
Zweitson menuruti kata Reinna, ia berjalan mendekati sang Abang.
"Kenapa sih bang?"
"Ini loh bolunya ga mau keluar"
Zweitson rasanya ingin tertawa saat itu juga.
"Ya ngapain sih bolunya dicetak sekecil itu, itu kan buat puding baang" jawab gemas Zweitson.
"Kan niatnya biar beda, tapi malah ga bisa dikeluarin"
"Udah diolesi margarin?"
"Nah itu masalahnya, tadi lupa yang diolesin"
"Ya Tuhan" Zweitson hanya menatap sang Abang dengan heran.
"Coba sini, Zwei bantu" Zweitson mengambil alih pekerjaan Fenly. Dengan telaten Zweitson mengeluarkan satu persatu bolu itu, ya walaupun bentuknya sudah tak karuan karena banyak adonan yang menempel pada cetakan.
•••
Kini ketiganya sedang asik menikmati hidangan yang mereka masak.
Reinna melirik sekilas ke arah Fenly. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi ia takut.
Reinna menghela napas.
"Abang"
Fenly menatap sang Adik yang berada di hadapannya.
"Rein mau kerja bang" lirih Reinna.
Fenly terkejut, bahkan Zweitson yang duduk di sebelah Fenly ikut terkejut.
"Kak Rein kan lagi sibuk kuliah, kenapa tiba - tiba mau kerja?" Tanya Zweitson.
Sebenarnya Zweitson tau betul alasan sang Kakak. Ia tau kalau Reinna mau membantu sang Abang, bahkan ia juga ingin membantu. Tapi lagi dan lagi Fenly melarang keras hal itu.
Reinna terdiam, ia tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh sang Adik.
"Uang jajan yang abang kasih kurang kah?" Tanya Fenly dengan nada dingin.
Ia sensitif dengan pernyataan seperti itu. Ia tak mau adik - adik mereka ikut kerja.
"Bukan gitu bang"
"Abang ga izinin"
"Kenapa? Rein ga suka liat abang capek nyari uang buat kita. Rein mau bantu" ucap Reinna kekeh.
"Sekali abang ga izinin, tetep ga izinin" jawab Fenly dengan nada lebih tinggi. Lalu ia beranjak dari duduknya dan berlalu menuju kamar.
Tapi, sebelum sang Abang semakin menjauh, Zweitson dengan cekatan menahan tangan sang Abang.
"Duduk, habisin dulu makannya" ucap Zweitson.
Fenly tak menghiraukan, ia menghepas cekalan sang Adik. Tetapi dengan cekatan lagi, Zweitson kembali meraih tangan Fenly.
"Duduk abang. Ga kasian sama adiknya yang udah masak ha?" Tanya Zweitson.
Fenly menghela nafas dan menurut.
***
Hai hai hai
Maaf banget guys udah lama ga update T_T.
Kalian tagihin aku terus aja biar rajin update ya, hehehe.Tapi doain sering - sering update ya hehehe.
Oh ya, gimana sama chapter ini?
Suka gak?
Sekali lagi maaf slow update ya.Jangan lupa tinggalin jejak ya.
Vote dan komennya jangan lupa.Maaf bila typo berdebaran,
terima kasih.See you next chapter.
Salam dari yang nulis
(30 July 2022)
KAMU SEDANG MEMBACA
'DIA' ADIK KITA
Teen Fiction"DIA ADIK KITA!!" "ADIK LU DOANG KALI!" Benci? Tidak, itu bukan benci. Itu rasa sayangnya yang salah cara pengungkapan. "Asal lu gak dipaksa lahir di hari itu, semua gak bakal kayak gini Zwei" ucap lirih Fenly Sudah terlihat, dia menyayanginya namun...