Happy Reading
Seorang lelaki itu membereskan alat alat bengkel itu. Lalu ia pergi untuk mencuci tangan.
Setelah itu, dirinya melangkah ke kerumunan banyak orang.
"Fen, sini" panggil Ricky yang menyadari bahwa Fenly menuju ke arahnya.
Fenly duduk di samping Ricky, dan bersebrangan dengan Zweitson.
Ya mereka memang belum diperbolehkan pulang oleh Farhan dengan alasan "gw udah order pizza, kita makan dulu"
Zweitson terdiam, ia terkejut bila sang abang kerja di tempat abangnya Gilang.
Zweitson menatap Fenly yang sedang melirik sinis kepadanya.
Tetapi, Ricky sadar hal itu.
"Heh lu berdua, nyapa kek ini malah liat liatan" sentak Ricky
"Berisik lu ah" ketus Fenly
Zweitson hanya menunduk, pikirannya hanya ada hal hal negatif yang seharusnya gak ia pikirkan.
"Apa abang marah ya, gw temenan sama adik majikannya?" Batin Zweitson bertanya tanya.
Disela sela mereka mengobrol, datanglah bapak bapak menggunakan jaket berwarna hijau.
"Permisi, dengan Farhan Jawas?" Tanya bapak tadi
Mendengar itu, Farhan berdiri untuk menghampiri sang bapak tadi.
"Iya pak, dengan saya sendiri" ujar Farhan
"Ini pesanannya ya" ucap bapak tadi sembari menyerahkan lima box pizza
Farhan menerimanya lalu membayarnya. Setelah ia mengucapkan terima kasih, Farhan berjalan kembali ke tempat duduknya.
"Banyak banget bang mesennya?" Tanya Gilang
"Sok nanyak lu, kalau satu doang habis sama elu" sewot Farhan. Gilang hanya menyengir.
Memang benar adanya, bila Farhan hanya membeli satu box saja, itu akan habis oleh seorang Gilang Dika.
Alasan Gilang simpel "suruh siapa mesen satu box, orang udah tau pizza makanan favorite gw"
Farhan membuka perbox pizza. "Ayo di makan guys" perintah Farhan.
Sedang asik memakan pizza, datangnya seorang paru baya membawa nampan merisi jus jeruk.
"Makasih Bi" kata Farhan
"Iya den" jawab Bibi itu
•••
Di tempat lain terdapat lelaki yang sedang duduk termenung di kursi taman.
Hingga datanglah seorang perempuan cantik menghampirinya. Tangan mulus itu menepuk bahu lelaki itu.
"Shan" ucap cewe itu
Ya, Shandy. Shandy menoleh ke arah yang memanggilnya.
"Nin" lirih Shandy
Nindy, kekasih Shandy yang kini berjalan 8 tahun. Nindy, mendudukkaan diri di sebelah Shandy.
"Kamu kenapa lagi?" Tanya Nindy lembut
Shandy hanya terdiam, lalu ia memeluk seputaran pundak Nindy sembari meletakan kepalanya.
"Kamu sakit Shan?" Tanya Nindy
"Engga, aku cuma capek" jawab Shandy
Nindy menghela napasnya lalu mengelus rambut gondrong milik Shandy.
"Sini cerita sama aku, kamu capek kenapa lagi, hhmm?" Kata Nindy
"Kali ini banyak Nin, dari kerjaan sampai ke papa lagi dan lagi" ucap Shandy
Nindy mengambil sebelah tangan Shandy lalu menggenggamnya lembut.
"Kerjaan kamu kenapa?"
"Ada yang korupsi uang pembangunan cabang di Bandung. Tadi aku udah ke sana buat ngurus semuanya, bukannya selesai malah makin berantakan" cerita Shandy
Nindy masih diam dengan mengelus tangan Shandy yang ada di genggamannya. Nindy diam karena ia ingin mendengarkan semua cerita pacarnya itu.
"Berantakan karena yang korupsi itu tangan kanan papa yang dipercayai untuk memegang proyek di cabang sana. Tapi papa malah gak percaya, papa malah nyalahin aku karena gak becus sama proyek itu dan udah fitnah tangan kanan papa"
Shandy terdiam setelah menceritakan itu.
"Kamu udah jelasin ke papa?" Tanya Nindy, yang dijawab anggukan oleh Shandy.
"Berarti kamu harus nyari bukti yang kuat" saran Nindy
Shandy membenarkan duduknya, ia menghadap ke arah Nindy.
"Dia pinter Nin, dia pinter karena telah menghapus semua bukti bukti yang ada. Dari rekaman cctv sampai ke bukti bukti lain. Sidik jarinya aja gak terdeteksi, aku bingung mau nyari bukti apa lagi. Mana uangnya bener bener habis, itu yang bikin proyeknya gak selesai selesai. Padahal banyak yang ingin bekerja sama sama cafe aku. Banyak rencana ini itu, tapi semuanya udah dicancel"
Nindy menatap mata Shandy yang terlihat sayu dan memerah. Lalu ia menyibakan rambut Shandy ke belakang.
"Namanya juga usaha Shan, gak bisa semuanya langsung jadi besar. Pelan pelan ya sayang, aku yakin proyek selanjutnya akan lebih lancar rezekinya" ucap Nindy menenangkan dan diakhiri senyuman manis.
Shandy mengangguk dan membalas senyuman sang kekasih.
Shandy terlihat mengenaskan, mata sayu memerah, bibir sedikit pucat, senyum yang sangat lemas.
"Ke rumah yuk Shan, mama Sama Rara kangen kamu katanya" ajak Nindy
"Ha? Kangen aku?" Tanya Shandy
Nindy mengangguk antusian, sedangkan Shandy senyum senyum sendiri.
Nindy sangat sangat gemas melihatnya, hubungan mereka sudah berjalan delapan tahun tapi Shandy masih terlihat salting saat ia berbicara "mama sama Rara kangen kamu"
"Oh iya Shan, Rara sekelas sama Zweitson. Tadi dia cerita, tapi belum selesai" kata Nindy
Shandy yang mendengarnya spontan melotot. "Ayo Nin, aku pingin ngobrol sama Rara" ajak Shandy.
Akhirnya mereka berdua memutuskan pergi ke rumah Nindy.
***
Hai hai hai
Gimana dama chapter ini?
Suka gak?
Maaf slow update ya.Jangan lupa tinggalin jejak ya.
Vote dan komennya jangan lupa.Maaf bila typo berdebaran,
terima kasih.See you next chapter.
Salam dari yang nulis
(29 September 2021)
KAMU SEDANG MEMBACA
'DIA' ADIK KITA
Teen Fiction"DIA ADIK KITA!!" "ADIK LU DOANG KALI!" Benci? Tidak, itu bukan benci. Itu rasa sayangnya yang salah cara pengungkapan. "Asal lu gak dipaksa lahir di hari itu, semua gak bakal kayak gini Zwei" ucap lirih Fenly Sudah terlihat, dia menyayanginya namun...