Happy reading
"Kayaknya bang Shandy ngeliatin lu terus deh" bisik Fiki
Mereka berempat langsung menoleh ke arah Shandy duduk.
"Eum, kayaknya si engga" kata Zweitson ragu
"Udahlah ga penting, ini buru selesaiin" ucap Fajri
Mereka menyetujui ucapan Fajri tersebut. Dan mereka segera menyelesaikan makannya dan lanjut mengerjakan tugasnya.
Setelah tugas mereka selesai, Fiki, Fajri dan Zweitson pamit pulang.
"Besok tugasnya bawa lu ya Lang" ucap Fajri dan dijawab anggukan oleh Gilang.
"Kalau gitu kita pamit pulang dulu ya Lang, bang" pamit Zweitson lalu melenggang keluar dari rumah Gilang.
•
•"REINNAA, ZWEITSOON KALIAN GA SEKOLAH HAH?" Teriak sang abang
"Nih dua bocah kemana elah, gw tinggal mampus"
Memang mereka tak berangkat bersama, tapi memang sudah menjadi kebiasaan keluarga tersebut untuk saling menunggu untuk makan. Karena kata mama yang selalu Fenly ingat adalah "bagaimana pun keadaannya, kalau satu makan ya makan semua. Bila mendahului maka yang lain tidak diperbolehkan makan karena bisa dibilang itu makanan bekas dari kita".
Dan itu selalu diterapkan hingga sekarang. Zweitson selalu diingatkan kalimat mamanya oleh sang kakak.
Tak lama terlihat dua orang sedang terburu - buru menuruni tangga.
Fenly hanya diam melihat tajam kedua adiknya.
"Ma- maaf bang. Ta- tadi telat bangun" ucap Zweitson.
"Bacot, banyak alasan" ketus Fenly dan langsung menuju meja makan.
Akhirnya ketiganya memakan sarapannya.
Selesai makan, mereka langsung bersiap untuk berangkat sekolah, kuliah dan kerja."Langsung pulang ga usah pada keluyuran" cetus Fenly.
Sesampainya di sekolah, Zweitson menuju kelas. Saat di koridor ia tak sengaja menabrak siswi hingga terjatuh. Lebih tepatnya perempuan itu berjalan sambil memainkan handphonenya.
"Heh lo, liat liat dong kalau jalan" ketus perempuan itu sembari berdiri.
"Apa si, orang lu yang nabrak" ucap Zweitson
"Udahlah ngapain ngeladeni orang miskin kayak lo" ucap perempuan tadi sembari meninggalkan Zweitson
"Pacar Fernan emang ga jelas" gumamnya.
Kemudian Zweitson bergegas menuju kelasnya.
"Son ngapa lu diem doang?" Tanya Fiki saat Zweitson tengah melamun.
"Eleh Fik, udah biasa kali. Ga usah kaget, temen lu kan modelannya kayak gini" sahut Fajri yang sedang merebahkan kepalanya ke meja.
Sedangkan Zweitson tidak memperdulikan keduanya. Ntah pikirannya kini sedang kalut, mengingat tadi pagi ada yang mengirim pesan kepadanya.
"Gw pingin ketemu lu, tapi tidak untuk sekarang. Dan gw pingin ngasih tau fakta buat lu, tapi lagi dan lagi tidak untuk sekarang" pesan random itu diterima oleh Zweitson.
Kini Zweitson masih terus berusaha untuk tidak memperdulikan pesan itu. Tapi ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, ntah itu hanya fellingnya atau bagaimana.
"Son, ga baik melamun terus" ucap Gilang sembari menepuk pundak Zweitson.
Ntah sudah berapa lama ia melamun, sampai tidak sadar mereka bertambah personil.
KAMU SEDANG MEMBACA
'DIA' ADIK KITA
Teen Fiction"DIA ADIK KITA!!" "ADIK LU DOANG KALI!" Benci? Tidak, itu bukan benci. Itu rasa sayangnya yang salah cara pengungkapan. "Asal lu gak dipaksa lahir di hari itu, semua gak bakal kayak gini Zwei" ucap lirih Fenly Sudah terlihat, dia menyayanginya namun...