Happy reading
Keduanya menyimak penjelasan Fiki. Dengan spontan Fajri berdiri dan berkata, "Gw juga".
Fiki yang merasa terpotong, menatap Fajri dengan muka datar.
"Hehehe sorry sorry"
"Sabar Ji, biar Fiki selesaiin dulu ceritanya" ucap Zweitson.
"Gw juga sering liat bangShan di depan sekolah, ga tau ngapain" ucap Fiki.
"Itu ngejar gw" sahut Zweitson.
Kedua melihat Zweitson dengan muka bertanya - tanya.
"Heran kan lu berdua? Gw juga heran, heran banget malah" ucap Zweitson lagi.
"Kalau gw malah liat dia ngobrol sama Syifa, dan karena kuping gw tajem, gw denger nama lu disebut Son" sambung Fajri.
"Arghhh, kenapa hidup gw penuh plot twist" geram Zweitson.
"Udah jangan dipikirin, muka lu kayak lagi mikirin utang" ucap Fiki.
"Ini lebih berat dari utang Fik, ye kan Son?"
Zweitson menoleh ke Fajri dan hanya mengacungkan jempolnya.
"Tapi sekarang BangShannya ngilang, ga tau kemana" gumam Zweitson.
"Hah? Lu kok tau?" Sahut Fiki.
"Ya, waktu itu dia minta ketemuan sama gw. Dan gw iya in, ternyata dia ga samper sama sekali, dan pesan gw ga diread sampai sekarang"
"Aneh ga sih?" Tanya Fajri.
"Kalau kata gw bukan aneh lagi Ji, gw udah ga bisa mikir jernih"
"Di diri gw cuma ada satu misi, misi dimana gw lebih berguna lagi kedepannya buat abang sama kakak gw" lanjut Zweitson.
"Jangan terlalu keras Son, jaga diri juga" ucap Fajri.
"Setuju, kalau lu butuh apa - apa kabar kita ya. Kita bantu sebisa kita" sahut Fiki.
Zweitson yang mendengarnya tersenyum, hatinya menghangat. Ia hanya mengangguk untuk menanggapinya.
Keheningan kembali tercipta, ketiganya sibuk dengan aktivitas masing - masing.
"Guys, bokap gw mau kawin lagi" celetuk Fajri memecah keheningan.
"HAH!!"
"Gw bukan keong yang di HAH in" ucap Fajri sembari memutar kedua bola matanya.
"Hehe, terus lu udah ketemu sama calonnya?" Tanya Zweitson.
"Kagak, papa aja ngabarinnya H - seminggu"
"F*CK??" Ucap Fiki spontan.
"Bener - bener ya, mulut lu berdua emang minta dicabe in" cetus Zweitson.
"Keberatan ga Ji?" Tanya Zweitson. Ia tahu pasti perasaan sang Sahabat, pasti ada rasa tidak terima dihati pemuda itu.
Fajri yang ditanya mengehela napas.
"Keberatan sih pasti Son. Tapi disatu sisi, gw seneng. Gw seneng dimana papa ga gila kerja lagi. Dan gw harap dengan dia mulai hidup barunya ini, dia bisa lebih deket lagi sama gw"
"Dan asal lu yang ga ngalakuin yang aneh - aneh Ji" sahut Fiki.
Fajri mengangguk, dia juga sadar. Sang Papa marah karena kesalahannya.
Hari ini mereka habiskan dengan sesi curhat mencurhat. Dan mereka memutuskan untuk menginap di rumah Fiki, karena guru mereka baru mengabari bahwa besok mereka belajar di rumah. Ya bagi mereka belajar di rumah sama saja dengan libur, jadi mereka akan anggap santai esok hari.
***
Hai hai
Apa kabar semua?
Semoga sehat selaluGimana sama chapter ini?
Jangan lupa tinggalin jejak ya.
Vote dan komennya jangan lupa.Maaf bila typo berdebaran,
terima kasih.See you next chapter.
Salam dari yang nulis
(22 Mei 2023)
KAMU SEDANG MEMBACA
'DIA' ADIK KITA
Teen Fiction"DIA ADIK KITA!!" "ADIK LU DOANG KALI!" Benci? Tidak, itu bukan benci. Itu rasa sayangnya yang salah cara pengungkapan. "Asal lu gak dipaksa lahir di hari itu, semua gak bakal kayak gini Zwei" ucap lirih Fenly Sudah terlihat, dia menyayanginya namun...