Happy reading
"AYO AYO BANGUUNN. GA BANGUN GW TINGGAL" teriak lelaki itu sembari menggedor - gedor dua pintu yang bersebrangan.
"ABANG BERISIK" pemilik kedua kamar tadi kompak berteriak.
"BANGUN" teriaknya lagi.
"BANG FEN BERISIK SERIUS" keduanya kembali berteriak kompak.
Fenly hanya terkekeh, lalu ia turun ke lantai satu untuk menunggu kedua adeknya.
.
."Rein nanti pulang agak lambat soalnya ada urusan bentar"
Fenly hanya mengangguk.
"Adek ga usah keluyuran loh ya" ucap Reinna.
Zweitson yang sembari tadi asik dengan makanannya kini menoleh ke arah sang kakak lalu mengangguk gemas. Mulutnya yang masih penuh dengan makanan dan rambut mangkok ciri khasnya.
Reinna yang gemas melihatnya, mengusak pelan rambut sang Adik.
Entah mengapa Fenly luluh melihat interaksi kedua adiknya. Ia ingin dekat dengan mereka, tapi egonya sangat tinggi.
***
Suasana taman yang sepi dengan sepoi - sepoi angin. Cerah, namun tak panas.
Reinna menatap pria di sampingnya.
"Gue ga tau apa hubungan lo sama papa gue. Tapi gue mohon sama lo dan Bapak Zein itu jauh - jauh dari keluarga gue. Jangan ganggu ketenangan di rumah gue."
"Ha maksud lu?"
"Teruntuk kakak Shandy yang terhormat, gue tau lo ga sebodoh itu, gue tau lo paham alur bicara gue." Ucap Reinna malas.
"Lo kan yang nyuruh bokap gue datengi rumah? Lo kan yang maksa dia?"
Shandy terdiam, dia bingung ingin jawab apa.
"Kalau papa datang ke rumah cuma buat keributan mending ga usah. Emang udah bener, gue sama adik abang jauh dari papa."
Shandy menghela napas, lalu berkata,
"Sorry"."Awal emang gw suruh dia buat jenguk rumah lu dan selalu ditolak mentah - mentah, tapi gw..."
"LO GA ADA HAK APAPUN ATAS HUBUNGAN ANAK DAN PAPA INI SHANDY!!" Putus Reinna.
Reinna berdiri dan menghadap pria itu.
"Lo cuma orang asing selepas siapapun lo dan ada hubungan apa lo sama bokap gue. Gue harap aksi lo ini berhenti sampai disini!!"
Setalah mengucapkan itu Reinna pergi meninggalkan Shandy sendirian.
"Sorry. Emang bener gw orang asing di kalian. Tapi kenapa gw ngerasa sayang sama kalian saat mama gw sama papa lu sah nikah" guman Shandy.
"Ja- jadi sejauh itu hubungan lu sama bokap gw?" Suara terdengar jelas dari arah belakang Shandy.
Dengan segara Shandy menoleh ke belakang, "Fenly?"
"Hahaha, ternyata gw pernah curhat ke orang yang salah. Gw pernah curhat ke orang yang termasuk dalang disemuanya. Gw pernah cerita tentang keberadaan bokap gw ke orang yang menyembunyikannya. Gw udah percaya penuh sama lu kak, tapi ternyata lu termasuk pemeran utamanya." Ucap Fenly tak habis pikir.
Dulu sebelum Shandy nekat mendekatkan Fenly dan kedua adiknya ke sang Papa, Fenly sangay sering cerita sana sini, termasuk sang Papa.
Dulu Shandy juga sempat membantunya mencari keberadaan sang Papa, ternyata itu hanya sandiwara belaka.
Fenly sedari tadi ada dibalik pohon rindang sembari mendengarkan percekcokan dua insan ini. Dan ya ia tau alasan adik perempuannya pulang terlambat.
"Fen, sorry..."
"Minta maaf pun ga ada gunanya kak."
"Gw akan jelasin semuanya, jadi lu dengerin ya?"
"Jelasin aja sana sama pohon, karena gw ga butuh penjelasan itu."
Fenly melalui Shandy begitu saja.
"Dengerin gw dulu Fen"
"GF GA BUTUH PENJELASAN SAMPAH ITU SHANDY MAULANA!!"
***
"Selamat malam semuanya" - kak Shandy
***
Hai hai hai
Maaf banget guys udah lama ga update T_T.
Dan mungkin bulan depan akan susah up juga guys, uprak dan us sudah menantiku di bulan itu:(.
Jadi sorry kalau tambah slow update.Oh ya, gimana sama chapter ini?
Suka gak?
Besok mau lagi ga? Coba ramein sini, hehe.
Sekali lagi maaf slow update ya.Jangan lupa tinggalin jejak ya.
Vote dan komennya jangan lupa.Maaf bila typo berdebaran,
terima kasih.See you next chapter.
Oh ya, semangat puasa terakhirnya ya. Dan Minal 'Aidin wal-Faizin ya.
Maaf kalau aku ada salah atau gimana ke kalian ya.Salam dari yang nulis
(30 April 2022)
KAMU SEDANG MEMBACA
'DIA' ADIK KITA
Teen Fiction"DIA ADIK KITA!!" "ADIK LU DOANG KALI!" Benci? Tidak, itu bukan benci. Itu rasa sayangnya yang salah cara pengungkapan. "Asal lu gak dipaksa lahir di hari itu, semua gak bakal kayak gini Zwei" ucap lirih Fenly Sudah terlihat, dia menyayanginya namun...