Happy reading
Bel pulang sekolah pun berbunyi nyaring. Semua siswa dan siswi sudha berhamburan keluar kelas.
"Guys gw duluan ya, mau jalanin misi yang ke sekian" ujar Zweitson.
"Suka - suka lu deh Son. Tapi nanti hasilnya bagi - bagi" sahut Fiki.
"Gampang itu mah" ujar Zweitson sembari terkekeh.
Setelah pamit pada sahabatnya, Zweitson melenggang keluar. Lalu ia sengaja menyalip Syifa sembari berbisik, "Gw tunggu di belakang cafe Aloela".
•••
Angin semilir menerpa remaja ini, kegiatan dengan handphonenya ia selesaikan, kala ia melihat sosok perempuan mendekat.
"Sorry lama Son"
Hanya dibalas deheman oleh Zweitson.
"Langsung to the point aja Syif, gw ga bisa lama - lama"
Terdengar helaan napas dari sebelahnya, Zweitson hanya melirik sekilas.
"Son, gw mau lu jujur. Lu ada hubungan apa sama bang Shandy?"
"Panjang ceritanya Syif, lu kan bisa tanya ke kakak lu. Dan seharusnya lu udah tau dari awal, karena lu udah kenal dia dulu ketimbang gw" ujar Zweitson.
Syifa yang mendengar itu tampak mengerutkan keningnya, menandakan bahwa dia tak mengerti.
"Lu adek dari pacarnya bangShan kan? Adeknya kak Nindy kan?"
"Kok..." ucapannya menggantung.
Syifa terkejut kala mendengar kalimat dari Zweitson.
"Gw tau beberapa hari lalu"
"Lupakan itu. Kenapa lu nanya hal itu Syif? Lu takut bangShan ga bangun dari kritisnya, sehingga bisa berdampak besar ke lu sama kakak lu?" Tanya Zweitson.
Lalu Zweitson mengeluarkan amplop yang ia dapat tadi, dan menyerahkannya pada Syifa.
Syifa baca kalimat per kalimat yang tertulis pada kertas itu. Dan mengembalikan kepada Zweitson.
"Gw harap lu bisa dateng Son. Dan dengerin apa yang kakak gw mau ceritain ke lu dan kedua kakak lu"
"Kalau gitu, gw rasa obrolan kita sampai disini ya Son. Karena kakak gw udah gerak lebih cepat. Gw tunggu kehadiran lu di rumah sakit" ucap Syifa sembari pergi dari sana.
Zweitson hanya menatap datar punggung yang berjalan menjauh. Ia tak habis pikir dengan perempuan itu.
"Dahlah serah dia, mending gw balik".
•••
Sesampainya di rumah, ia disambut dengan aroma manis yang sudah menyeruak pada hidungnya.
Langkahnya langsung menuju arah dapur. Terlihat kakaknya sedang berkutak dengan pastry yang sedang ia buat.
"Sore kak" sapa Zweitson.
"Sore juga dek. Mandi gih, terus nanti cobain resep baru kakak" ujar Reinna.
Zweitson segara melangkah menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Setelah selesai, Zweitson langsung menuju ke ruang makan. Sesampainya ia disana bersamaan dengan datangnya sang Abang, Fenly.
"Jangan makan dulu" ucap Fenly sembari berlari menuju kamarnya.
Kedua adeknya hanya menggeleng heran.
"Gimana dek sekolahnya?" Tanya Reinna membuka pembicaraan.
"Ya gitu deh kak, nothing special"
Reinna hanya tersenyum.
Kini keduanya terfokus pada handphon masing - masing sembari menunggu Fenly.
***
Hai hai
Apa kabar semua?
Semoga sehat selaluGimana sama chapter ini?
Jangan lupa tinggalin jejak ya.
Vote dan komennya jangan lupa.Maaf bila typo berdebaran,
terima kasih.See you next chapter.
Salam dari yang nulis
(29 Juni 2023)
KAMU SEDANG MEMBACA
'DIA' ADIK KITA
Teen Fiction"DIA ADIK KITA!!" "ADIK LU DOANG KALI!" Benci? Tidak, itu bukan benci. Itu rasa sayangnya yang salah cara pengungkapan. "Asal lu gak dipaksa lahir di hari itu, semua gak bakal kayak gini Zwei" ucap lirih Fenly Sudah terlihat, dia menyayanginya namun...