Happy reading
"Son gw liat abang lu di parkiran" kata Fiki.
Zweitson menoleh ke Fiki, "Terus?"
"Ya tumben banget gitu, biasanya kalau ada rapat gini dia ga mau datang. Biasanya juga Kak Rein" sahut Fiki.
"Gw juga ga tau"
"Akhir - akhir ini dia baik banget ke gw, ntah setan apa yang merasuki jiwa raga Bang Fen" ucap Zweitson.
"Jangan - jangan abang lu ketempelan lagi" ucap Fiki enteng.
"Omongan lo Fik. Syukur - syukur Son kalau gitu. Sapa tau dia mau berubah ya kan" kata Fajri.
Zweitson mengangguk. Ia sudah merasakan keanehan sang Abang udah lama. Ia bersyukur, tapi Zweitson takut kalau itu cuma sementara.
Dikarenakan ada rapat hari ini, maka jam pertama hingga jam ke-4 semua kelas jam kosong.
Semua siswa siswi mengambil posisi terbaik mereka, ntah untuk bergosip, bermain game, atau mengambil posisi untuk bersiap untuk tidur.
Berbeda dengan Zweitson, sekarang ia sedang membuka kotak bekelnya.
"Tumben banget lo bawa bekel" celetuk Fajri.
"Bang Fen sih yang tumben nyuruh gw sama kak Rein bawa bekel" jawab Zweitson seadanya.
Zweitson menyodorkan bekelnya yang berisi roti panggang buatan Fenly, guna menawarkan kepada Fajri dan Fiki.
Ya mereka hanya bertiga, ntah kemana perginya si Gilang.
"Gw curiga berat sih Son, napa abang lo jadi baik banget" ucap Fiki yang asik mengunyah roti tadi.
"Iya gila, akhir - akhir ini ga ada kejadian gitu Son. Siapa tau karena itu abang lu sadar" sahut Fajri.
Zweitson yang mendengarnya spontan mengingat apa yang terjadi.
"Terakhir kejadian besar itu perkara papa. Waktu itu papa ke rumah, ntah apa tujuannya. Karena itu abang marah ke papa, dan bisa jadi membuka luka lama abang gw" jelas Zweitson.
"Terus gimana? Ada efek apa setelah itu?" Tanya Fiki penasaran.
"Disitu abang sama papa adu mulut, disitu abang udah ngebela gw. Ya mungkin kali ya" ucap Zweitson seadanya.
"Bisa jadi sih, disitu abang lo kelihatan ga terima kalau lo dihina papa lo kan?" Tanya Fajri dan dibalas anggukan oleh Zweitson.
"Ya kalau gitu, syukurlah. Gw doain yang terbaik buat depannya Son, biar lu sama abang kakak lu akur terus" sahut Fiki
"Aamiin" sahut Gilang yang baru saja bergabung.
Zweitson tersenyum, ia bersyukur punya sahabat yang support banget.
"Thankyou guys"
•••
"Ikut ke bengkel?" Tawar Gilang.
Fajri dan Zweitson saling menatap.
"Gassin lah" jawab Fajri.
"Kemaren ga dateng Fik?" Tanya Gilang, karena kemarin Fiki tidak datang ke bengkel.
"Badan gw meriang parah" sahut Fiki
"Sekarang udah sehat kan?" Ucap Zweitson yang berada di samping Fiki.
"Aman kalau sekarang mah, kalau kagak udah tumbang dari tadi" jawab Fiki.
"Yaudah berangkat sekarang" ajak Gilang dan diikuti oleh yang lain.
Sudah lama mereka tidak nongkrong di bengkel Farhan, jadi Gilang berinisiatif mengajak mereka, sembari menenangkan pikirannya setelah tadi pelajaran matematika dan fisika menyerang.
Sesampainya di bengkel, disambut dengan pemandangan banyak pelanggan yang menservis kendaraan mereka.
Fiki yang melihat itu bergegas melepas seragamnya dan mendekat ke salah satu kendaraan yang belum dilayani.
"Bukan shift lu Fik" ucap Farhan yang datang dari belakangnya.
"Lagi rame bang, banyak yang belum dilayani itu. Nah mumpung gw udah di sini, ya mending gw kerjain" jawab Fiki.
Farhan hanya tersenyum heran, ia mengusak kasar rambut Fiki dan berkata, "yaudah, shift lu nanti diganti yang lain aja".
Fiki hanya mengangguk.
Farhan berlalu dari situ sembari menggelengkan kepalanya. Ia heran sekali dengan sifat ambis dari Fiki. Rajin tapi pemalas, cocok menggambarkan sosok Fiki Aulia.
"Lah Fiki mana bang?" Tanya Gilang yang baru saja selesai memarkirkan mobilnya.
"Lah bukannya berangkat sama lu?" Jawab Farhan.
"Iya, tapi tadi langsung lari ngibrit ke dalem"
"Hahaha kocak, itu dia lagi ngelayani mobil"
"Lah katanya bukan shift dia sekarang" gerutu Gilang.
"Aduh Lang, kayak kagak tau sifat ambis tuh anak satu" sahut Fajri yang sudah menemukan posisi yang nyaman.
"Iya sih"
"Di dalem gih" ucap Farhan, agar Gilang dan kawan - kawan santai di dalam kantornya saja.
"Dah pw loh bang" jawab Fajri yang sudah nemplok di sofa sana.
"Panas di sini Ji, masuk gih"
"Ah lama lo Ji, buruan dah" kata Gilang.
Gilang memutuskan untuk masuk terlebih dahulu, dan Fajri segera mengejarnya.
"Tungguin Lang"
"Lama lo"
"Son ga masuk?" Tanya Farhan yang melihat Zweitson yang masih setia duduk di sofa.
"Iya bentar lagi, em bang. Bang Fen mana?" Tanya Zweitson.
"Di belakang di Son, paling ntar lagi kelar dia" jawab Farhan.
"Oh gitu, yaudah deh gw masuk dulu ya bang"
Farhan hanya mengangguk.
***
Hai Hai
Sudah lama ya saya menghilang tanpa kabar.Kalian apa kabar?
Kangen deh ngobrol di komen bareng kalian.Apa masih ada yang inget sama cerita ini? Apa sudah lupa semua ya?
Maaf seribu maaf udah berapa bulan menghilang. Diusahakan bakal sering up lagi yaa.
Oh ya, gimana sama part kali ini?
Seru ga?Kalau gitu, see you next part
Bye byeSalam dari yang nulis
[12 Desember 2022]
KAMU SEDANG MEMBACA
'DIA' ADIK KITA
Teen Fiction"DIA ADIK KITA!!" "ADIK LU DOANG KALI!" Benci? Tidak, itu bukan benci. Itu rasa sayangnya yang salah cara pengungkapan. "Asal lu gak dipaksa lahir di hari itu, semua gak bakal kayak gini Zwei" ucap lirih Fenly Sudah terlihat, dia menyayanginya namun...