05. MAAF

836 121 11
                                    

Happy Reading

Perginya Fenly ke kamar disusul oleh Reinna. Sedangkan Zweitson hanya terdiam.

"Maafin Zwei bang kak" batin Zweitson.

Flashback On

Reinna membawa sewadah cips.
"Nih Zwei ada cemilan" ucap Reinna sembari menyodorkan cips itu.

Gak ada jawaban dari Zweitson, Zweitson di sibukan dengan buku - buku pelajaran.

"Zwei denger kakak gak?" Tanya Reinna

"Apa kak? Zwei lagi bikin tugas dulu, bentar" jawab Zweitson dengan nada tak sabar.

Ntahlah, mood Zweitson hari ini benar - benar buruk. Mungkin faktor tugas yang kurang ia pahami.

"Ya kakaknya ngomong di jawab kek" jawab Reinna sedikit ngegas

"Gak sopan banget sama kakaknya. Untung masih dipeduiliin ya" ucap Reinna

Pyar!!

Terpecahlah mangkok berisi cips itu. Ya, itu ulah Zweitson. Kesabarannya diuji ketika begini.

"Bisa gak sih kak jangan ganggu aku dulu. Aku capek, pingin cepat kelar" ucap Zweitson dengan nada yang lumayan tinggi.

Plak!!

"Berani kamu bentak kakak, hah? Berani? Sejak kapan kamu jadi seperti ini hah? SEJAK KAPAN?!" Bentak Reinna selepas tangannya turuna dari menampar tadi.

Zweitson terdiam.

"Jawab Zwei, jawaab" desak Reinna

"Kalau kamu gak suka ngomong Zwei. Sayang makanannya, kalau dah berantakan gini gimana? Sia sia dong" ucap Reinna

Flashback Off

Setelah semua beres, Reinna langsung meninggalkan Zweitson di ruang tengah.

"Bego banget sih lu Zwei" batin Zweitson

Akhirnya Zweitson membawa semua pecahan mangkuk dan chips itu ke dapur. Dan mengemasi barang barang yang ia gunakan untuk mengerjakan tugas tadi dan langsung naik ke kemar.

Bruk!

Ntahlah, sepertinya Zweitson sengaja membuat bunyi itu.

Huft
Hembusan nafas lelah Zweitson terdengar. Ia berjalan ke arah balkon lalu mendongak.

"Hai mama, selamat malam. Maa maafin Zwei ya, karena belum bisa jadi anak dan adik yang baik" ucap Zweitson

"Zwei boleh nyerah gak sih ma? Zwei mau ikut mama kesana, pengen bareng mama aja. Zwei disini jadi beban Abang sama kakak doang" curhat Zweitson sembari menatap langit gelap itu

Huft
Lagi lagi hembusan nafas itu terdengar.

Seketika ada bisikan halus di telinga Zweitson.

"Hai kamu, iya kamu yang bisa dengerin ini. Kamu kuat, kamu gak boleh lemah, gak boleh nyerah ya ganteng" hilanglah suara itu

"Maa, mama. Itu pasti mama kan? Zwei yakin itu mama kan?" Ntahlah dari mana Zweitson yakin kalau itu suara sang mama, padahal dia tak pernah mendengar suara sang mama.

"Iya, Zwei yakin itu suara mama. Iya ma, Zwei kuat ma. Yaudah, besok Zwei mau minta maaf sama kakak. Doa in ya ma biar kakak gak makin marah"

"Yaudah ma, Zwei mau tidur dulu ya. Besok kita ngobrol lagi, babay maa" ucap Zweitson sambil melambaikan tangannya ke atas langit, senyumnya terbit. Senyum yang begitu tulus ini sudah jarang Zweitson tampilkan.

•••

Hari telah pagi.
Kini meja makan sudah lengkap dengan makanan, ya walaupun tak mewah.

Setelah masak, Zweitson membereskan peralatan dapur.

Ya, Zweitson sengaja bangun pagi karena ia berniat untuk meminta maaf kepada Reinna.

•••

"Kak" panggil Zweitson saat melihat Reinna menuruni tangga.

Tidak ada sahutan sama sekali dari Reinna.

"Kak Rein" panggil Zweitson lagi sambil mendekat ke arah Reinna.

Tetap tak ada jawaban dari Reinna.

Dengan cepat Zweitson meraih tangan Reinna.

"Apa sih?! Masih pagi kok ribut" ketus Reinna

Zweitson langsung menunduk.

"Apa? Apa manggil manggil kakak?" Ketus Reinna

Zweitson mendongak lalu menatap lekat wajah cantik Reinna.
"Zwe- Zwei minta maaf" ucap Zweitson

Lalu ia meraih kedua tangan Reinna
"Zwei minta maaf kak, Zwei tahu kemarin itu Zwei salah. Maafin Zwei karena ngebentak kakak, maafin karena aku udah buang buang makanan, maafin karena Zwei kurang menghargai kakak maupun abang. Maafin Zwei kak, maafin" ucap Zweitson.

Air mata Zweitson sudah deras mengalir di pipinya. Ia genggam erat tangan Reinna, menciumnya berulang ulang kali.

"Maafin Zwei kak, maafin. Kalau kakak mau marah sama Zwei, mau hukum Zwei silahkan kak. Tapi jangan pernah diemin Zwei"

Reinna menatap kedua mata sang adik, ia ingin mencari sesuatu yang ganjal di sana. Namun nyatanya ia tak menemukan apapun, ia hanya menemukan tatapan sendu yang tulus menatapnya.

Reinna menghapus air matanya yang sembari tadi mengalir mendengarkan perkataan sang adik.

Perlahan Reinna mengangguk
"I- iya, kakak maafin kamu. Tapi janji sama kakak, jangan pernah ulangi itu lagi. Kalau kamu gak suka jangan pernah kayak gitu. Setidaknya hargai orang itu" ucap Reinna

Zweitson mengangguk
"Iya kak, iya. Aku gak bakal ngulangi itu lagi. Makasih udah mau maafin aku" terbitlah senyum dari bibir keduanya.

Reinna menghapus air mata sang adik.
"Udah jangan nangis lagi, sekarang kakak manggil abang dulu terus kita sarapan" ucap Reinna dan dibalas dengan anggukan dari Zweitson.

Setelah tiga tiganya kumpul, mereka melaksanakan sarapan dengan tenang.

***
Hai hai hai

Gimana sama chapter ini?
Suka gak?
Maaf slow update ya.

Jangan lupa tinggalin jejak ya.
Vote dan komennya jangan lupa.

Maaf bila typo bertebaran,
terima kasih.

See you next chapter

Salam dari yang nulis
(24 Agustus 2021)

'DIA' ADIK KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang