32. SURAT

213 29 1
                                    

Happy reading

Zweitson mengeluarkan amplop coklat yang ia dapat tadi. Kebetulan kelas masih sepi.

Setelah terbuka dan mengeluarkan isinya, kening Zweitson mengerut.

"Surat? Bukan surat tanah kan ini? Atau surat gugatan cerai kan?" Gumamnya sendiri.

Surat itu tertulis.

Hai Fenly, Reinna, Zweitson

Pasti kalian kaget ya tiba - tiba ada yang ngetuk pintu rumah kalian pagi - pagi.

Sebelumnya kenalin ini Nindy, pacar Shandy. Di sini aku mau ngajak kalian buat ketemu sama Shandy.

Beberapa hari yang lalu, Shandy mengalami kecelakaan saat ingin menemui Zweitson. Oleh karena itu, Shandy ga bisa datang sesuai janjinya.

Saat ini Shandy masih dalam keadaan kritis. Aku mau ngajak kalian buat berkunjung ke rumah sakit. Dengan harapan semoga Shandy bisa sadar.

Mungkin tidak perlu ketiganya, salah satu dari kalian bisa datang ke mari. Kebetulan aku juga mau ngobrol sama kalian. Walaupun kesannya mengusik privasi kalian.

Tapi, siapa tau dengan kita ngobrol, kalian bisa tahu kebenaran yang belum kalian tahu.

Kalau kalian berminat datang, langsung aja ke rumah sakit Soria Layang, kamar nomor 43 lantai 2.

Atau kalian bisa hubungi nomor ini, 0852xxxxxxxx.

Makasih buat waktunya ya, semoga kita bisa bertemu di sini.

See you.

•••

Setelah membaca surat itu, Zweitson terdiam. Otaknya masih berusaha mencerna.

"Ada - ada aja" gumamnya.

Ia masukkan kembali surat itu pada amplopnya, dan menyimpan kembali pada tasnya.

"SONIII" panggilan itu berasal dari ambang pintu.

"Malu - maluin Fik"

"Lagian ga ada orang" jawabnya.

"Tumben ga bareng Aji?" Tanya Zweitson.

"Tadi ketemu di area parkiran sih"

"Lah, lu ngapain ke parkiran pagi - pagi gini?"

"Kagak ada, pengen keliling aja" jawab Fiki enteng.

"Suka - suka lu deh"

Keheningan tercipta, masing - masing dari mereka hanya terfokus dengan ponsel masing - masing.

"Pagi guyss" sapa Fajri sesampai pada bangkunya.

"Juga"

"Pagi juga"

Mendengan jawaban dari kedua sahabatnya ini, Fajri tersenyum singkat.

"Son Son Son" panggil Fajri setelah pada posisi duduknya.

"Hah?" Sahutnya.

"Gw ada rekomendasi kerjaan nih buat lu" kata Fajri.

Zweitson yang mendengar itu, langsung menaruh ponselnya dan terfokus kepada sahabatnya ini.

"Apa?"

"Tetangga gw baru aja buka warmindo, dia kayak ambil dari orang gitu. Siapa tau lu minat, bisa kan buka malem gitu" jelas Fajri.

"Warung Makan Ind*mi* Ji?" Sahut Fiki dari bangku belakang.

"Iya, kan lagi rame itu sekarang"

"Bagus juga Ji, kalau mau ngambil juga gimana?" Tanya Zweitson.

"Kemarin gw sempet ngobrol sama tetangga gw, katanya bisa langsung datang ke storenya, atau buat janji dulu via WhatsApp. Teruu 3bls gw minta deh nomor adminnya" jelas Fajri lagi.

"Boleh tu Ji bagi nomornya. Biar gw obrolin ke abang"

"Oh ya Son, di bengkel BangHan juga ada lowongan" ucap Fiki.

"Kemungkinan besar kagak diboleh gw Fik kalau disitu" jawab Zweitson.

"Iya juga ya, lu aja harus di seleksi dulu ye kalau mau kerja" sahut Fiki.

"Dah jadi adek kesayangan mah beda Fik" ucap Fajri sembari terkekeh.

Zweitson terkekeh pelan mendengar ucapan Fajri.

Kalau masalah jadi adek kesayangan, masih ia aminkan sampai sekarang. Memang dari dulu Fenly menentang keras tentang adek - adeknya yang ikut kerja. Oleh karena itu, ia tak heran bahwa sang Abang sangat selektif memilih pekerjaan yang cocok untuknya.

"Kalau warmindo gitu, gw bisa bantu Son buat jaga. Kan enak kalau lagi luang gitu kan, buka aja tuh dari habis magrib. Terus kalau malming, buka dari sore Son. Terus cari tempat yang kemungkinan besar banyak yang dateng" ujar Fajri.

"Iya Ji, nanti gw izin dulu ke abang. Kalau buka sendiri gitu kan ga terlalu berat kan ya. Terus kak Rein juga bisa bantu. Ide bagus banget itu dah. Thanks ya idenya" jawab Zweitson.

"Kalau tentang biaya buat modal, bisa deh lu ke gw. Pake dulu punya gw, kalau lu takut ngebebani abang lu" ujar Fajri.

"Gampang deh kalau itu, Ji"

Fiki yang ada di bangku belakang hanya tersenyum, senang rasanya melihat temannya ini saling membantu.

Teman tak perlu banyak, yang penting bisa saling ngejaga satu sama lain. Bukan tak mau, tapi memang sudah terbiasa tidak ada yang mendekat.

***

Hai hai

Apa kabar semua?
Semoga sehat selalu

Gimana sama chapter ini?

Jangan lupa tinggalin jejak ya.
Vote dan komennya jangan lupa.

Maaf bila typo berdebaran,
terima kasih.

See you next chapter.

Salam dari yang nulis
(29 Juni 2023)

'DIA' ADIK KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang