Suara bising langkah kaki dan suara dorongan koper saling bersautan di pintu kedatangan Bandara Incheon, baik turis maupun warga sipil berbaur disana. Salah satunya adalah sosok pria yang sedang sibuk dengan ponsel yang ditempelkan ketelinganya.
"Hola Dónde estás?" (Halo, dimana kau?)
"Qué es?" (Ada apa?)
"Gran maestro te esta buscando." (Tuan besar mencarimu.)
"Dile que me voy a tomar un día libre." (Katakan padanya aku mengambil jatah libur ku.)
"Cuánto tiempo? Sabes que el gran señor siempre te está observando de cerca." (Berapa lama? Kau tahu sendiri tuan besar selalu ketat mengawasimu.)
"Tres meses tal vez." (Tiga bulan mungkin)
"Dónde irás de vacaciones?" (Kemana kau akan berlibur?)
"Solo visitando mi país de nacimiento." (Hanya berkunjung kenegara kelahiran ku.)
"Bien, le diré al gran señor. trajiste a tus hijos?" (Baiklah, akan aku katakan pada tuan besar. Kau membawa anak-anak mu?)
"Por supuesto, siempre vendrán conmigo." (Tentu, mereka selalu ikut dengan ku)
"No olvide su licencia." (Lisensimu jangan lupa.)
"No. "(Tidak akan)
"Ten cuidado mientras estés allí, si pasa algo, llámame inmediatamente." (hati-hati selama disana, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku.)
"Gracias, Eden" (Terima Kasih)
"De nada, Emilio" (Sama-sama)*
*
*"Dari rekaman barusan bisa disimpulkan bahwa terdakwa terbukti melakukan kekerasan pada korban, hal itu diperkuat oleh beberapa lebam di tubuh penggugat dan hasil visum juga mengakatan kalau lebam-lebam tersebut serasal dari pukulan yang sangat keras dan beberapa senjata tumpul."
"Saya keberatan yang mulia, klien saya sama sekali tidak pernah melakukan kekerasan fisik terhadap penggugat. Lebam di tubuh penggugat hanya rekayasa, dan jikapun benar, luka-luka itu disebabkan oleh dirinya sendiri."
Jaksa muda itu memutar matanya malas. "Logikanya jikapun penggugat melukai diri sendiri, dengan cara apa? Memukul wajah sendiri, membenturkan punggungnya ke dinding, atau menghantam kepala sendiri hingga bocor hanya untuk menggugat terdakwa?"
"Kenapa tidak? Batas kenekatan seseorang tidak ada yang tahu."
"Lalu bagaimana dengan anak mereka yang bahkan takut melihat terdakwa?! Sepolos apapun anak usia empat tahun, dia pasti tahu mana orang yang melindunginya dan mana orang yang membuatnya terancam!" Nada Jaksa bermata kucing itu naik satu oktaf.
"Harap tenang." Hakim mengintrupsi.
Jaksa dengan name tag Hwang Yeji itu mendengus sebelum kemudian kembali duduk, mata kucingnya menatap sinis Pengacara yang mendadi lawannya hari ini.
"Baiklah, berdasarkan bukti dan saksi yang dihadirkan oleh penggugat beserta tinjauan yang mendukung, maka terdakwa dinyatakan bersalah dan di jatuhi hukuman empat tahun penjara." Putus sang Hakim disertai tiga ketukan palu.
Yeji tersenyum lega dan memeluk klien nya. "Mulai sekarang Ahjumma bisa tenang."
Wanita berusia pertengana tiga puluh itu mengangguk. "Terima kasih Jaksa Hwang, ini semua berkat dirimu."
*
*
*Persidangan dibubarkan, Yeji melangkah dengan ringan setelah mengantar kliennya keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERCOVER
RandomJudul sebelumnya : Bad genius Darah mafia mengalir murni ditubuhnya, namun dirinya juga salah satu aset negara. Keturunan darah murni familia ternama, dididik layaknya hewan buas. Tidak sembarang hal bisa menyentuhnya, musuh dari semua musuh, namun...