Baku hantam peluru sudah selesai, meskipun mereka hanya mampu menangkap satu orang. Sunwoo membongkar kembali senapannya dan memasukannya kedalam tasnya.
"Kau terluka." Ujar Soobin setelah menyentuh punggung Sunwoo yang terlihat basah, dan saat ia melihat tangannya ada noda merah disana.
"Hanya satu peluru saat membawa Yeji tadi, tidak masalah." Dia menggantungkan satu tali tas itu pada sebelah bahunya. "Bisa kau urus sisanya? Aku harus segara mengurus sesuatu."
Soobin mengangguk. "Pergilah."
"Thank's." Sunwoo menepuk bahu Soobin sekali sebelum kemudian pergi dari sana.
Saat menuju tempat parkir, dirinya berpapasan dengan Minho.
"Yeji dibawa ke Rumah sakit, dia kehilangan banyak darah." Ujar Minho.
Sunwoo mengangguk, dia mengambil pistolnya dan menyelipkanya pada pinggang Minho. "Gunakan insting saja, untuk berjaga-jaga." Dia menarik ujung jaket Minho untuk menutupi gagang pistol yang menyembul sebelum kemudian melanjutkan langkahnya.
Minho sempat menahan nafas untuk beberapa saat sebelum kemudian menghela nafas panjang. "Dia mengatakan hanya untuk berjaga-jaga bukan? Berarti aku tak harus menyentuhnya saat ini."
*
*
*Sunwoo memasuki mobilnya, namun ia duduk dikursi belakang dengan Jean yang sudah duduk dikursi kemudi. "Markas Josh." Ujarnya seraya meletakan tas yang dibawanya ke bagian belakang jok yang didudukinya.
Jean langsung memutar stirnya, melirik kearah spion memastikan jika ada tiga motor yang mengikuti mereka setelah keluar dari kawasan perusahaan.
"Berbalik!" Titah David yang memang ikut dengan Jean.
Sunwoo menurut, ia membalikan badannya sehingga membelakangi David.
Sreek!
David merobek kemeja Sunwoo begitu saja, tanganya dengan cepat mengambil handuk basah untuk membersihkan darah yang masih saja keluar.
"Kau sudah memperkirakan ini ulah siapa?" Tanya Jean.
"Senjata yang mereka gunakan adalah ciri khas Phoenix, sssht." Dia meringis pelan saat David menyuntikan anastesi pada punggungnya.
"Mereka datang sendiri?"
"Entah. Namun bisa mengakses gedung secepat itu, sepertinya mereka di undang."
"Morick?"
"Dia memiliki akses untuk menghubungi Phoenix, namun tak memiliki hal yang cukup menarik untuk ia tawarkan. Asumsiku dia hanya perantara."
Klang!
Bunyi peluru yang dijatuhkan kedalam mangkuk stainless menandakan bahwa David berhasil mengeluarkan pelurunya, dia langsung menjahit luka itu sebelum kemudian menutupnya dengan perban.
*
*
*Minho menatap petugas kebersihan yang sedang membersihkan kekacauan, lorong kaca yang tadinya segar dipandang mata kini hancur. Helaan nafas ia lepaskan dengan berat. "Masih ada lima hari, dan entah apa lagi yang akan terjadi."
"Bukankah mereka terlalu terlihat berusaha dengan keras agar persidangan itu tidak terjadi?" Ujar Haknyeon yang baru saja datang.
"Tetap saja ini tidak bisa dijadikan bukti, kita tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menempatkan mereka sebagai tersangka dari beberapa penyerangan terakhir."
Haknyeon menghela nafas. "Mungkin jika itu bukan Sunwoo, kasus ini tidak akan berjalan sejauh ini."
Minho terkekeh pelan. "Yeah, entah kita harus bersyukur atau takut. Dia seolah berteman dengan kematian."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERCOVER
RandomJudul sebelumnya : Bad genius Darah mafia mengalir murni ditubuhnya, namun dirinya juga salah satu aset negara. Keturunan darah murni familia ternama, dididik layaknya hewan buas. Tidak sembarang hal bisa menyentuhnya, musuh dari semua musuh, namun...