"Sesuai waktu yang tertera pada rekaman, kejadian tersebut terjadi pada pukul empat kurang lima menit. Nyonya Jang melakukan perlawanannya selama dua puluh menit sebelum beliau memilih menggunakan garpu sebagai ancaman terhadap Tuan Kim." Jaksa Kim menatap tuan Kim seraya tersenyum tipis. "Anda terlalu fokus terhadap pembersihan bukti yang mengarah pada diri anda sendiri, anda lupa bahwa apapun bisa terjadi dalam persidangan. Tak peduli sematang apapun rencana yang anda rancang, jika memang anda bersalah, maka apa yang anda lakukan akan sia-sia."
Tuan Kim menatap Jaksa pembela itu dengan tatapan yang mulai waspada. Jelas Jaksa itu bukan orang sembarangan.
Jaksa Kim menatap sang hakim sebelum kemudian mengajukan permintaan. "Saya ingin meminta izin untuk mengajuka beberapa pertanyaan kepada penuntut, Yang Mulia."
Hakim terlihat berfikir sejenak sebelum kemudian mengangguk. "Dipersilahkan."
Jaksa Kim menoleh dapa Tuan Kim dan tersenyum tipis. "Maaf sebelumnya tuan Kim, tapi apakah anda saat itu sedang mabuk?"
Tuan Kim berdecih. "Tidak ada orang yang mabuk di sore hari, Jaksa Kim."
Jaksa Kim mengangguk dan kembali memutar rekaman CCTV tadi, mengulangnya dengan kecepatan lebih rendah. "Tapi anda terlihat seperti sedang mabuk di sana, tidak ada orang yang berjalan sempoyongan dalam keadaan sadar, Tuan Kim." Puas dia melihat wajah pias Tuan Kim.
"M-mungkin saat itu aku sedang sakit kepala."
Jaksa Kim menyerngit. "Mungkin? Anda tidak ingat dengan kondisi anda sendiri saat itu?"
"Itu kejadian satu bulan yang lalu Jaksa Kim, wajar bila saya lupa."
Jaksa Kim terlihat berfikir sejenak. "Tapi bukankah seharusnya hampir mengalami pembunuhan itu selalu menimbulkan efek samping trauma? Dan yang menurut para psikologi, trauma adalah ingatan yang sulit dilupakan Tuan Kim. Apalagi dalam waktu singkat."
"Dang! I like he's attack." Somi nyaris bersorak di kursinya.
"Sulit bukan berarti tidak bisa Jaksa Kim, saya selalu berusaha mengalihkan perhatian saya pada hal lain. Jika memang tidak bisa, saya mengonsumsi obat penenang dengan anjuran dokter."
"Kena kau. Jangan mengatakan hal diluar topik persidangan."
"Jenis obat apa yang dianjurkan oleh dokter anda tuan Kim?"
"Jenis obat apapun itu tidak ada hubungannya dengan sidang ini, Jaksa Kim." Jaksa Han menyela.
Jaksa Kim menatap Jaksa Han sejenak. "Tentu saja ada hubungannya Jaksa Han, bagaimana bila jenis obat itu adalah salah satu jenis narkotika?" Dia kembali memokuskan perhatiannya pada Tuan Kim. "Bisa jawab pertanyaan saya tadi, Tuan Kim?"
Bola mata tuan Kim terlihat melihat kesana-kemari. "Benzodiazepin." Akhirnya Tuan Kim menjawab.
"Keluhan yang anda katakan pada Dokter?"
"S-saya mengalami gangguan tidur dan merasa tidak aman bila dirumah."
"Dokter pridadi?" Nada suara Jaksa Kim semakim dingin dan menekan.
"B-bukan, saya datang ke Rumah Sakit."
"Pertemuan perdana atau konsultasi rutin?"
"Anda menekan klien saya, Jaksa Kim." Jaksa Han kembali menyela.
"Semua yang ada disini tertekan Jaksa Han."
"Ouch, tha't savage." Soobin tak bisa menahan senyumannya, baru kali ini dia melihat persidangan seseru ini.
"Aku suka ketenangannya." Haknyeon ikut berkomentar.
"Tuan Kim?" Jaksa Kim menagih jawabannya.
"Pertemuan perdana."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERCOVER
RandomJudul sebelumnya : Bad genius Darah mafia mengalir murni ditubuhnya, namun dirinya juga salah satu aset negara. Keturunan darah murni familia ternama, dididik layaknya hewan buas. Tidak sembarang hal bisa menyentuhnya, musuh dari semua musuh, namun...