"Park Jibin dari Hwasal resmi menduduki kursi kandidat nomor dua, berdampingan dengan Ok Taecyeon dari Gyedan yang menduduki kursi kandidat nomor satu. Dibalik kejadian dimana Park Jibin pindah kursi ini menuai pro-kontra diantara masyarakat, karena sebelumnya Park Jibin menduduki kursi nomor Lima. Sedangkan pemilik kursi nomor dua yang sebelumnya, Seo Youngho dari Buggyeong menduduki kursi Park Jibin sebelumnya. Banyak yang bertanya apa yang terjadi dibalik pertukaran kursi ini?"
Semua media Korea menayangkan tayangan yang sama. Dimasa kampanye seperti ini, perpindahan kursi kandidat akan sangat mencurigakan bagi semua orang. Banyak yang beranggapan bahwa Hwasal bergerak terlalu ambisius pada periode ini, karena mereka tidak ikut dalam pemilihan presiden beberapa periode kebelakang.
Disisi lain, Jibin hanya memijat pelipisnya yang mendadak pening. "Kau membuatku terpojok, Grandpha." Keluhnya pada sang Kakek yang masih dengan tenang meminum tehnya.
Sang Kakek tersenyum simpul. "Kita harus mengecek ombak, Jibin-ah."
Jibin mendengus. "Tolong bedakan mana ombak mana tsunami."
Sang kakek terkekeh pelan. "Biarkan saja mereka berkata apa, setidaknya berita ini langsung meredam berita adikmu. Kau tahu sendiri dia tidak boleh terlalu tersorot oleh media."
Jibin hanya bisa menghela nafas pasrah. Kakeknya benar, ini demi salah satu adiknya. Sunwoo tidak bisa terlalu tersorot oleh media, apalagi menggunakan kebebasnnya dalam menggunakan senjata. Itu akan mengundang perhatian orang-orang yang memiliki keingintahuan besar tentang Militer atau apapun itu. "Aku akan meminta bayaran mahal untuk ini."
*
*
*"Bukankah ini terlalu kebetulan?" Tanya Taecyeon.
"Apanya?" Dokyeom balik bertanya.
"Berita ini muncul saat berita tentang penyerangan Tuseoggi masih panas-panasnya. Mereka seolah meredam api dengan halar."
Dokyeom menyerngit dan kembali berpikir ulang. Jika Hwasal memang ingin menduduki kursi nomor dua, mereka bisa mengajukan diri sejak awal. Bukan ditengah kampanye seperti ini.
"Kau yakin Hwasal dan Jaksa itu tidak memiliki hubungan apapun? Sekalipun hanya rekan kerja?"
Dokyeom menggeleng. "Dia tidak pernah terlibat dengan Politik diluar teritori nya, dia terikat oleh Politik Spanyol."
"Tapi ini terlalu kebetulan jika kita anggap hanya sebuah kebetulan, timing nya terlalu pas."
Terjadi keheningan beberapa saat. Dokyeom meyakini jika Sunwoo tidak bisa terlibat dengan Politik Karena dia terikat dengan Spanyol, namun dia juga tidak bisa mengabaikan apa yang Taecyeon katakan.
"Ah, bukankah kau sedang menyelidiki penyebab kejadian kecelakaan yang menimpa Puteri bungsu pemimpin Hwasal? Apa hasilnya?"
"Itu murni kecelakaan dan pihak Rumah sakit yang bersangkutan memiliki rekap medisnya, hasil otopsi nya juga terdaftar di sistem forensik."
"Oke, mari kita anggap ini sebagai kebetulan. Tapi pikirkan bagaimana caranya berita ini menjadi dampak buruk mereka."
"Pihak kontra sudah cukup membuat mereka repot, kita hanya perlu menyulut sedikit api."
*
*
*Felix kembali ke Spanyol lebih tepatnya Madrid setelah menemui Sunwoo beberapa hari yang lalu, kali ini Jeongwoo yang menghubunginya. Bungsu Emilio itu mengatakan jika terjadi sesuatu di Major house.
Memacu langkahnya memasuki sebuah gedung bergaya Eropa klasik, melewati beberapa orang berseragam khusus yang berjaga disepanjang atau mungkin disekeliling gedung besar itu. "Tell me, what really happened?" Tanyanya pada Jeongwoo yang terlihat kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERCOVER
RandomJudul sebelumnya : Bad genius Darah mafia mengalir murni ditubuhnya, namun dirinya juga salah satu aset negara. Keturunan darah murni familia ternama, dididik layaknya hewan buas. Tidak sembarang hal bisa menyentuhnya, musuh dari semua musuh, namun...